Categories: BERITA

Bhima Yudhistira: Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Terlalu Optimis

Beritaneka.com—Pemerintah, melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh mencapai 6,9 persen hingga 7,8 persen pada kuartal II-2021. Proyeksi tersebut mengalami perubahan perkiraan sebelumnya yang hanya tumbuh 6,7 persen.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, pertumbuhan 7,8 persen bisa dicapai karena pemulihan ekonomi di kuartal II. Pemulihan terutama didorong membaiknya seluruh komponen pengeluaran. Data yang ada memperlihatkan, periode April-Juni 2021, seluruh komponen pengeluaran tumbuh positif.

Baca juga:  Pemerintah Naikkan Plafon KUR UMKM hingga Rp20 Miliar

Misalnya, untuk konsumsi rumah tangga, pertumbuhannya di kuartal II diperkirakan bisa mencapai 6,9 persen hingga 7,9 persen. Faktor pendukung peningkatan konsumsi rumah disebabkan adanya kebijakan Harbolnas Ramadhan, hingga pencairan THR untuk Aparatur Sipil Negara (ASN)/PNS dan TNI/Polri.

Namun, target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang tinggi, di tengah pandemik Covid-19, di mata pengamat ekonomi terlalu percaya diri dan tidak melihat realita yang ada di tengah-tengah masyarakat.

“ Terlalu over optimis,” ujar Bhima Yudhistira Ekonom INDEF kepada Beritaneka.

Bhima menegaskan target pemerintah tersebut terlalu berlebihan, karena perkiraan yang dibuatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ke II baru 1-2%.

Baca juga: Tinjau Vaksinasi Pelaku UMKM di Yogyakarta, MenkopUKM: Pemulihan Ekonomi dan Kesehatan Harus Beriringan

Selain itu, alasan pertumbuhan yang ditargetkan pemerintah sulit untuk dicapai karena beberapa kebijakan yang dibuat pemerintah sendiri. Misalnya, pada bulan Ramadhan ini menjelang Idul Fitri, pergerakan perantau untuk mudik ke kampung halaman dibatasi. Kebijakan pemerintah, mulai tanggal 6 sampai 17 Mei 2021 dilarang mudik.

“Ada pelarangan mudik Lebaran. mobilitas terhambat belanja masyarakat juga rendah,” ungkap Bhima.

Bhima mengakui memang ada daya pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi ekspor. Namun, pengaruhnya kecil. Pertumbuhan positif hanya ditopang rebound ekspor komoditas yang nilai tambahnya kecil.

Kebijakan lain pemerintah yang menjadi faktor penghambat target pertumbuhan ekonomi akan sulit dicapai, jelas Bhima adalah belanja pemerintah serapannya lambat dan cenderung berkurang, misalnya THR ASN yang tidak penuh.

“Padahal support dari belanja pemerintah diperlukan,” tegasnya. (ZS)

Redaksi Beritaneka

Recent Posts

Gunung Marapi Erupsi, 11 Pendaki Meninggal 12 Hilang

Beritaneka.com—Gunung Marapi yang berada di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat mengalami…

12 bulan ago

Maruli Simanjuntak Jadi KSAD

Beritaneka.com—Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Letnan Jenderal TNI Maruli Simanjuntak sebagai Kepala Staf Angkatan Darat…

12 bulan ago

Sebanyak 204 Juta Data Pribadi Pemilih di KPU Bocor Dibobol Hacker, Dijual Rp1,2 Miliar

Beritaneka.com—Sebanyak 253 juta data pemilih di Komisi Pemilihan Umum (KPU) bocor dibobol hacker. Namun setelah…

12 bulan ago

Tax Payer Community: People Power sampai Boikot Pajak Bisa Hentikan Genosida Gaza

Beritaneka.com—Demonstrasi berupa unjuk rasa besar-besaran warga masyarakat dunia telah berlangsung di pelbagai belahan dunia, bahkan…

12 bulan ago

Megawati Ingatkan Penguasa Jangan Kembali Masa Orba

Beritaneka.com—Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengingatkan kepada penguasa untuk tidak kembali pada masa Orde Baru…

12 bulan ago

KPK Tidak Beri Bantuan Hukum ke Firli Bahuri

Beritaneka.com—Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memutuskan tidak memberi bantuan hukum kepada Firli Bahuri (FB) yang saat…

12 bulan ago

Warning: Unknown: write failed: No space left on device (28) in Unknown on line 0

Warning: Unknown: Failed to write session data (files). Please verify that the current setting of session.save_path is correct (/opt/lampp/temp/) in Unknown on line 0