Beritaneka.com — Para penggemar grup band Sheila On 7, pastinya mengenal Sakti Ari Seno. Mantan bassist Sheila On 7 yang akrab disapa Sakti ini telah keluar dari band tersebut untuk berhijrah.
Sekarang, Sakti lebih dikenal dengan nama Ustadz Salman Al Jugjawy. Sakti mengawali kariernya bersama Sheila On 7 pada 1999 lewat album debut Sony Music Indonesia. Band yang terkenal dengan julukan band sejuta kopi ini mencapai banyak kesuksesan.
Sakti memutuskan keluar dari bandnya itu pada 2006 dan kemudian berhijrah. Alasan pria kelahiran 14 Juni 1980 ini awalnya disebabkan sang ibu yang mendadak sakit. Lantaran terlalu padat dan sibuk bersama Sheila On 7, menjadikan Sakti sulit untuk terus merawat ibunya.
Hijrah Sakti sebenarnya sudah dimulai ketika masih menjadi personil Sheila On 7. Pada saat menjalani konser di Malaysia pada 2005, ia mulai sering membaca buku-buku yang berkaitan dengan agama Islam.
Setelah hijrah, Sakti mengganti namanya menjadi Salman Al Jugjawy. Penampilannya kini terlihat seperti seorang muslim yang menjaga sunnahnya, dengan menggunakan gamis dan penutup kepala atau peci di setiap penampilan.
Selain itu, dia juga memanjangkan jenggot yang merupakan salah satu sunnah Rasulullah Muhammad SAW. Meskipun telah berhijrah, Sakti tidak meninggalkan dunia musik yang sudah melekat pada dirinya. Hanya, ia sekarang lebih fokus dengan genre religi.
Seperti pada 2010, Sakti menciptakan lagu berjudul “Selamatkan” di bawah naungan labelnya sendiri yang diberi nama Al Jugjawy Records. Sakti sempat meluncurkan sebuah album bertajuk Islam Itu Indah. Eksistensi Sakti di dunia hiburan saat ini tidak lagi seperti ketika masih menjadi bagian dari Sheila On 7.
Hal itu membuat Sakti memilih menjalankan bisnis. Selain label musik, dia diketahui juga mendirikan pondok pesantren bernama Daarush Shalihin yang terletak di Sleman, Yogyakarta. Sakti memiliki pula beberapa bisnis lain, di antaranya clothing line, usaha kopi, peternakan kambing hingga travel umroh dan haji.
Beritaneka.com—Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Andi Sudirman Sulaiman sebagai Gubernur Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan memiliki kekosongan jabatan usai gubernurnya, Nurdin Abdullah terjerat kasus korupsi.
Posisi gubernur Sulsel pada hari ini Kamis (10/3/2022) diisi oleh Andi yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur Sulsel.
Menurut keterangan Istana, Andi dilantik Jokowi pukul 15.00 WIB di Istana Negara Jakarta. Andi dilantik bersama Kepala dan Wakil Kepala Badan Otorita Negara untuk Ibu Kota Negara (IKN).
Baca Juga:
- Kasus Covid-19 di Indonesia Terus Turun, Prokes Tetap Kita Jaga
- Bareskrim Sita Mobil Ferarri dan Rumah Mewah Crazy Rich Indra Kenz
- Harga Minyak Dunia Melambung, DPR Minta Pemerintah Jangan Naikkan BBM
- Crazy Rich Doni Salmanan Ditetapkan Jadi Tersangka
- Transjakarta Luncurkan 30 Bus Listrik, Anies Baswedan: Atasi Polusi Udara Ibu Kota
- Mulai Hari Ini Tidak Ada Jaga Jarak di KRL
Andi maju sebagai sosok independen atau nonpartai. Selain dikenal sebagai adik eks Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Andi merupakan sosok muda di tataran kepala daerah setingkat gubernur.
Selama ini, jajaran gubernur muda diisi Ridwan Kamil (Jawa Barat) yang lahir pada 4 Oktober 1971, Anies Baswedan (DKI Jakarta) yang lahir 7 Mei 1969 dan Ganjar Pranowo (Jawa Tengah) 28 Oktober 1968.
Andi yang kelahiran Bone 25 September 1983 ini insinyur lulusan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Sebelum terjun ke dunia politik, Andi pernah bekerja pada berbagai perusahaan. Seperti PT Thiess Contractor Indonesia (2007), PT Petrosea Tbk pada 2008-2009, PT Marine Engineering Services pada 2009-2014, hingga PT Offshore Services Indonesia.
Andi akan menyandang predikat sebagai gubernur termuda di Indonesia, berusia 38 tahun.
Beritaneka.com—Ikrom Mustofa, alumnus IPB University dari Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) baru saja menerima penghargaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Award/Mata Garuda Prize bidang Lingkungan Hidup. Penganugerahan award ini dilakukan dalam kegiatan LPDP Week 2021, acara tahunan yang dilakukan oleh lembaga beasiswa LPDP Kementerian Keuangan RI.
Dalam memperebutkan anugerah tersebut, Ikrom membawa inovasi Generasi Cerdas Iklim (GCI). Yakni gerakan sosial lingkungan yang berfokus pada pendidikan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam bidang kebencanaan.
GCI ini ia dirikan tahun 2015 dan saat ini telah berkembang menjadi Yayasan Generasi Cerdas Iklim dengan beberapa lembaga di bawahnya. Antara lain Unit Pengabdian Masyarakat, Unit Pelatihan Kebencanaan dan Beasiswa Bakti GCI.
Baca juga: Donny Kris Puriyono: Pemerintah Perlu Berikan Akses Bantuan dan Izin Usaha
Kemenangan Ikrom dalam LPDP Award 2021 bidang Lingkungan Hidup ini tidak terlepas dari berbagai aktivitas maupun karir yang sudah sekitar 10 tahun ia jalani.
“Generasi Cerdas Iklim adalah salah satu aksi dan praktik baik yang kami jalani bersama orang-orang yang juga peduli terhadap pendidikan iklim dan lingkungan. Berdirinya GCI salah satunya didasari oleh ide saya dalam kompetisi Mahasiswa Berprestasi tingkat Nasional 2015 mewakili IPB University. Saat itu saya berhasil menjadi peringkat 2 Mawapres Nasional 2015,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, kontribusinya pada bidang iklim dan lingkungan, memotivasi Ikrom untuk menempuh pendidikan master di Wageningen University & Research, Belanda, pada jurusan Ilmu Lingkungan, dengan peminatan Adaptasi Perubahan Iklim dan Studi Bencana Alam.
Baca juga: Kisah Khairul Walad, Mengabdi untuk Para Mustahik Bersama BAZNAS
Ikrom yang saat ini bekerja sebagai Direktur Riset dan Survei, perusahaan konsultan PI AREA dan Kepala Divisi Kebijakan Bencana, Pusat Studi Bencana IPB University, berkesempatan untuk terus memperdalam ilmu dan pengetahuan terutama dalam bidang adaptasi perubahan iklim dan kebencanaan.
Dalam perjalanannya, berbagai penghargaan khusus juga telah didapatkan oleh Ikrom. Sebagai contoh, di bulan Oktober 2020, ia berkesempatan menjadi pembicara tamu dalam Alumni Open Day Wageningen University. Ia memaparkan aktivitas pasca studi master dalam bidang lingkungan.
Tidak hanya itu, melalui kontribusi dan peran serta seluruh tim dan pengurus Yayasan GCI, pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan anugerah GCI sebagai organisasi kepemudaan terbaik tingkat Jawa Barat bidang lingkungan hidup.
“Beberapa hari lalu, tepatnya tanggal 22 Oktober 2021, saya juga terpilih untuk mewakili pemuda ASEAN membacakan deklarasi anak muda terkait aksi iklim (mitigasi maupun adaptasi) di depan Ibu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI dan seluruh Menteri Lingkungan Hidup tingkat ASEAN,” tuturnya.
Terpilihnya Ikrom menjadi perwakilan pemuda ASEAN tersebut karena keikutsertaannya mewakili Indonesia dalam dialog ASEAN Youth on Climate Change Initiative (ASEANYouCAN) di Brunei Darussalam.
Baca juga: Indra Sugiarto, Pengusaha dan Penulis Inspiratif Jebolan IPB University
Menurut Ikrom, praktik baik cerdas iklim harus terus dilakukan. Terutama oleh generasi muda dalam bidang apapun, sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan berkelanjutan termasuk sebagai upaya pengarusutamaan perubahan iklim menjadi aksi adaptif iklim.
“LPDP Week 2021 merupakan rangkaian acara yang melibatkan berbagai peran LPDP baik dari layanan riset, investasi dan beasiswa. Melalui LPDP week para awardee, alumni, periset, stakeholders, dan masyarakat saling berkolaborasi dan berkontribusi untuk mengoptimalkan peran kepada Indonesia,” jelasnya.
Melalui keiatan ini, lanjutnya, LPDP juga ingin memberikan semangat kepada masyarakat Indonesia untuk bangkit dari era pandemi menuju tatanan baru. Mata Garuda Prize/ LPDP award menjadi satu bagian penting yang ditunggu-tunggu baik oleh para alumni maupun awardee LPDP sebagai upaya untuk mengapresiasi karya dan kontribusi mereka dalam berbagai bidang
Beritaneka.com—Berita membanggakan kembali datang dari alumni muda IPB University, Kaisar Akhir atas prestasinya sebagai penerima “Indonesia Best Youth Leader Award 2021” dari Majalah Penghargaan Indonesia.
Alumni Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) ini dinilai mampu memimpin Maritim Muda Nusantara, sebuah perkumpulan pemuda di bidang kemaritiman tingkat nasional yang ia bentuk bersama teman-temannya pada tahun 2018.
Di Maritim Muda Nusantara ini, Kaisar membuat berbagai terobosan seperti penggunaan teknologi digital, program-program yang inovatif dan kreatif dan konsep Pemuda Ekonomi Biru 4.0 di era pandemi COVID-19.
“Penghargaan ini diberikan setelah melalui sebuah proses penilaian yang dilakukan bersama Pusat Rekor Indonesia secara komprehensif,” terang Kaisar Akhir.
Baca juga: Mahasiswa IPB Ciptakan Biskuit Tingkatkan Produktivitas Sapi Perah
Saat kuliah di IPB University, Kaisar dikenal sebagai mahasiswa yang berprestasi dan aktif berorganisasi. Ia pernah menjadi Duta Institut selama tahun 2014-2016, Juara 1 Bidang Kesejahteraan Rakyat Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa (KPKM) Tingkat Nasional 2013.
Peraih Medali Perunggu Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Gagasan Tertulis dalam ajang PIMNAS XXV, Peringkat 3 Mahasiswa Berprestasi IPB University Program Sarjana pada tahun 2014 dan 2015, Ketua Forum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) se-IPB University, Ketua UKM Pramuka dan Pengurus UKM Forum for Scientific Studies (Forces).
Setelah lulus, Kaisar melanjutkan pendidikan S2 di World Maritime University (WMU), Swedia, dengan spesialisasi Ocean Sustainability, Governance and Management. Kaisar berhasil mendapatkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) jalur afirmasi prestasi nasional/internasional.
Sepulangnya ke Indonesia, usai pendidikan S2-nya, ia mendirikan Maritim Muda Nusantara bersama enam orang lainnya. Ada yang menjadi pengurus dan ada yang menjadi pengawas.
“Penghargaan ini merupakan sebuah prestasi bersama Maritim Muda Nusantara, karya dan kontribusi anak muda maritim di seluruh Indonesia. Ini semua hasil kerja tim antara pengurus pusat, daerah, cabang dan anggota Maritim Muda. Kami akan terus berinovasi, berkarya dan berkolaborasi membangun maritim negeri secara berkelanjutan menuju Indonesia Poros Maritim Dunia dengan fokus utama saat ini pada pengembangan ekonomi biru 4.0,” ungkap Kaisar.
Baca juga: Temukan Alat Deteksi Ayam Halal, Tim Mahasiswa IPB Raih Medali Emas di Jepang
Maritim Muda Nusantara didirikan dengan visi terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan pemuda sebagai garda terdepan melalui penyiapan sumberdaya manusia kemaritiman, pengembangan ilmu pngetahuan dan teknologi kemaritiman dan penguatan budaya maritim.
Harapan saya hal ini dapat menjadi terobosan dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang terwujud pada tahun 2045.
Kaisar berharap dengan hadirnya Maritim Muda Nusantara akan semakin banyak pemuda yang menyadari jati diri Indonesia sebagai bangsa bahari dan negara maritim. Makin banyak anak muda yang memiliki literasi maritim yang baik dan mampu memanfaatkan dan mengelola sumber daya maritim di daerahnya masing-masing secara optimal.
Beritaneka.com—Desa Sekapuk yang berlokasi di Kecamatan Ujung Pangkah, daerah Gresik, Jawa Timur dapat menjadi tauladan bagi kebangkitan ekonomi desa di Indonesia.
Tahun lalu, di tengah pandemi dan resesi ekonomi, Desa Sekapuk meraih penghargaan sebagai Desa Brilian Terbaik se-Indonesia dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa dan Kementerian BUMN karena mampu mengelola dengan baik pemerintahan desa dan Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes.
Baca Juga: Punya 45 Desa Wisata, Kemendes Bantu Pembangunan Samosir Lewat Dua Pola
Kepala Desa Sekapuk Abdul Halim mengungkapkan, keberhasilan membangun Desa Sekapuk berkat dukungan penuh seluruh warga masyarakat dan perangkat desa. Ini merupakan realisasi dari ide dan janji kampanye saat mengikuti pemilihan kepala desa (pilkades) Sekapuk.
“Sejak diminta visi misi panitia pilkades, idenya menjadikan potensi desa terutama sektor pariwisatanya menjadi salah satu sumber pendapatan asli desa,” kata Abdul Halim kepada Beritaneka.com
Abdul Halim mengakui tidak mudah untuk mewujudkan ide tersebut. Banyak tantangan dan hambatannya. “Pasca tambang batu kapur yang tentu sulit dalam melakukan pembenahan dan penanaman. Kemudian, tempat pembuangan sampah dan kurangnya dukungan dari warga saat itu,” kata Abdul Halim. Namun, dia menemukan kuncinya, yakni harus berani GILA (Gagasan, Ide, Langsung Aksi).
Dengan langsung aksi, maka menguatkan silaturahmi akhirnya warga masyarakat desa termasuk perangkat desa mendukung penuh dan dapat diajak bekerja sama, berkolaborasi dan bersinergi membangun kawasan wisata di Desa Sekapuk. “Kita harus positif thinking dan mengubah mindset masyarakat desa, untuk yakin bahwa apa yang kita lakukan ini untuk kebaikan bersama,” kata Abdul Halim.
Baca Juga: Rayakan 1 Tahun IFS, Orang Indonesia Paling Dermawan Sedunia
Menurut kades berpenampilan nyentrik berambut gondrong dan berjenggot panjang ini, pemerintah pusat memberikan apresiasi, namun dukungan dana nol. Kecuali hanya dana desa yang diamanahkan, itupun penggunaannya sesuai juknis dan peraturan menteri dan peraturan bupati. Namun, Abdul Halim tidak patah arang. Dia berupaya terus menggali ide dan potensi desa dan sumber daya manusianya.
Caranya dengan mendirikan BUMDes Desa Sekapuk, yang kini memiliki 4 jenis usaha, yakni usaha wisata Selo Tirto Giri (Setigi), PDAM, Pengolahan Sampah dan Tambang Kapur. Dari usaha-usaha tersebut pada tahun 2020 BUMDes berhasil mengumpulkan laba bersih sebesar Rp7 miliar, sehingga mampu menyumbang Pendapatan Asli Desa (PAD) Rp2,047 miliar. Abdul Halim pun mendapat julukan kades miliarder.
“Tahun 2021 ini kami sudah targetkan laba BUMDes meningkat menjadi Rp9,9 miliar dan menyumbang PAD sebesar Rp3,412 miliar. Bagi kami, pandemi Covid-19 bukan kiamat tapi justru jadi semangat untuk bangkit,” tegas Abdul Halim. Di masa pandemi ini, warga desa dapat survive dengan membuka UMKM, berdagang, memproduksi bata putih dan menjadi mitra bumdes terutama di sektor wisata.
Baca Juga: Diskon PPnBM 100% Mobil Baru Diperpanjang Hingga Agustus 2021
Dari hasil tersebut, desa bisa memberikan beasiswa kepada pelajar asal Desa Sekapuk mulai SD, SMP, SMA hingga beasiswa untuk S1 (Sarjana) bagi anak-anak yang berprestasi dan dari keluarga kurang mampu. “Ke depan kami akan berusaha memberikan insentif bagi warga yang usianya tidak lagi produktif,” kata Abdul Halim.
Abdul Halim bersyukur dalam kurun waktu 3 tahun bisa membuka lapangan kerja bagi ratusan kepala keluarga, sehingga mayoritas warga desa dapat bekerja di desanya tanpa perlu bermigrasi ke kota-kota besar. “Alhamdulillah dari masyarakat yang pendapatan awalnya Rp400.000 sebulan bisa menjadi kisaran Rp6-7 juta per bulan,” kata dia.
Baca Juga: Tips Memilih Hewan Qurban
Selanjutnya, kades Sekapuk ini ingin membangun kawasan agrowisata dan hotel terapung. Baginya, maritim merupakan kearifan lokal dari masyarakat pesisir seperti Desa Sekapuk yang hanya berjarak 8 kilometer dari pesisir pantai. Selain untuk penginapan, hotel apung ini dapat menjadi wahana edukasi rekreasi bagi masyarakat.”Kami yakin akan semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke wilayah pesisir pantai utara Gresik ini ke Desa Sekapuk,” kata Abdul Halim. (el)
Beritaneka.com—Pahlawan tidak selalu berorientasi pada seseorang yang berhasil menciptakan gerakan besar untuk negaranya. Sosok pahlawan yang sesungguhnya yaitu pahlawan yang bekerja dengan sepenuh hati agar bermanfaat bagi setiap orang. Walaupun manfaatnya tidak berdampak besar. Seperti apa yang dilaksanakan Agung Cahyana, Teknisi Sekolah Cendekia BAZNAS (SCB).
Setiap pagi dia mengisi Water Treatment Plant agar air tersedia di lingkungan SCB. Dia sudah mengurus instalasi pengolahan air ini sejak 2018.
Instalasi pengolahan air ini mampu memenuhi kebutuhan siswa-siswi SCB dan tenaga didik. Dirinya selalu mengecek persediaan air dan sarana elektronik yang ada di SCB. Secara tidak langsung peran teknisi seperti Agung ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan siswa-siswi SCB.
Baca juga: Mengenal Sosok R Imam Nuryaman, Mahasiswa Berprestasi IPB Peraih Honorable Mention Awards
Saat ditemui di instalasi pengolahan air, Kamis (17/6), Agung Cahyana sedang menyiapkan bahan-bahan untuk pembersih air yang berasal dari Sungai Cianten. Satu persatu alat pengolah air dia pastikan sudah menyala. Berkat keuletannya dalam merawat pengolahan air ini dengan baik, ketersediaan air selalu cukup di Sekolah Cendekia BAZNAS.
Dirinya bersyukur bisa bekerja di Sekolah Cendekia BAZNAS, karena selama dua tahun bekerja dia dapat membantu menghidupi keluarganya di Kuningan, Jawa Barat. Selain itu menurutnya banyak ilmu yang bermanfaat karena dia selalu berbagi pengalaman selama berada di lingkungan SCB.
”Alhamdulillah bekerja disini sangat membantu sekali. Saya dapat membantu orang tua yang ibaratnya sudah sepuh. Terus kerja di sini paling nyaman, paling enak dibandingkan sebelum-sebelumnya,” ujarnya.
Terkadang ada beberapa kendala seperti kerusakan yang membutuhkan waktu, dan tidak bisa dilakukan sendirian, tapi dia selalu semangat menyelesaikan tanggung jawabnya.
Baca juga: Indra Sugiarto, Pengusaha dan Penulis Inspiratif Jebolan IPB University
Kendala lainnya dia selalu menemukan beberapa fasilitas seperti keran air yang rusak disebabkan beberapa siswa. Karena itu dia selalu mengimbau siswa untuk lebih menjaga fasilitas sekolah dan asrama di SCB.
Menurutnya siswa-siswi SCB baik, sopan, adabnya walaupun ada beberapa yang sedikit-sedikit ngeyel. Ia mewajarkan itu karena masih remaja. Dirinya menambahkan siswa-siswi SCB hafalannya bagus dan mereka siswa-siswa pintar.
Oleh karenanya dia akan memberikan pelayanan terbaik agar ketersediaan air dan listrik dapat lancar, sehingga membuat siswa nyaman belajar.
Beritaneka.com—Tahun 2020, menjadi tahun yang memberikan cerita bahagia untuk R Imam Nuryaman sebagai pejuang prestasi. Imam dinobatkan menjadi Mahasiswa Berprestasi IPB University Program Sarjana setelah melalui perjalanan panjang.
Sosok Imam yang sudah dikenal dalam berbagai kompetisi ternyata memang tidak pernah merasa puas untuk menyelesaikan perjuangannya. Hal ini dibuktikan dengan capaian terbaru yang diraih oleh Imam pada tahun 2021.
Di tengah kesibukannya dalam menyiapkan diri menuju seleksi Mahasiswa Berprestasi Nasional tahun 2021, Imam meraih Honorable Mention Awards di Geneva International Model United Nations (GIMUN) 2021. GIMUN yang dilaksanakan oleh University of Geneva dan Economic and Social Council of the United Nations based in Geneva ini diikuti lebih dari 150 delegasi dari berbagai negara dunia.
Baca juga: Anuraga Jayanegara, Sosok Profesor Muda IPB University
Tidak hanya itu, Imam juga menorehkan prestasi dalam Urios-Utrecht Model United Nations 2021 yang diadakan oleh Study Association for International and European Law dan Utrecht University. Imam meraih Best Delegated mengalahkan sekitar 80 delegasi dari berbagai negara di dunia. Beberapa delegasi bahkan tengah menempuh pendidikan S2 di Eropa, seperti Cambridge of Sustainability Leadership dan Global Sustainability Science di Utrecht University.
“Sedikit berbeda dengan kegiatan GIMUN 2021, pada kegiatan Utrecht MUN 2021 saya sedikit mengalami kendala. Yaitu pada kondisi digital divide dimana jaringan tidak mendukung proses kelancaran lomba mengingat saya sedang di kampung halaman, Tasikmalaya. Tingkat kompetitifnya sangat tinggi mengingat sebagian besar delegasi sudah sangat berpengalaman. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan kemampuan linguistik sebagai native speaker. Selain itu, perlombaan bertepatan dengan momen perayaan hari raya Idul Fitri sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam mengelola batin,” ujarnya.
Namun, dengan kendala yang cukup banyak tersebut, Imam mampu membuktikan bisa menorehkan prestasi yang gemilang untuk dirinya, keluarganya dan IPB University pastinya.
Menurutnya, berprestasi itu tidak semata-mata ditujukan sebagai ambisi untuk memperoleh gelar, piala, atau sertifikat penghargaan. Melainkan berprestasi adalah wujud syukur terbaik atas potensi yang diberikan Tuhan dan bagaimana kita bisa belajar untuk menjadi pemimpin yang memberi inspirasi dan menunjukan attitude terbaik kita.
“Jadikan keterbatasan sebagai alasan meraih keberhasilan bukan malah sebaliknya. Insyaallah keyakinan dan keikhlasan mengantarkan usaha kita sampai ke tujuan,” ujarnya.
Baca juga: Pertama Kali Ikut, IPB Raih 3 Penghargaan di Indonesian Esports League University
Imam adalah mahasiswa IPB University dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) Fakultas Ekologi Manusis (FEMA). Diterima di IPB University melalui jalur Ketua OSIS pada tahun 2018 menjadi titik awal Imam mengukir ragam prestasi di kampus impiannya.
Sejak awal Imam dikenal sebagai mahasiswa yang tak saja penuh prestasi, namun juga seorang organisatoris dan punya talenta kepemimpinan. Ia selama ini aktif berkiprah di berbagai organisasi kemahasiswaan diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bogor, Wakil Presiden IPB Debating Community, Project Manager ID Volunteering, Presiden Kembang Desa Foundation, Koordinator Pusat Lingkar Muda Priangan Timur dan Project Director IAAS Asia Pacific.
Jejaka berusia 21 tahun asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini kini duduk di semester 6. Imam adalah pribadi yang periang dan hangat. Dengan semua inspirasi dan prestasinya itu, wajar jika predikat Mahasiswa Berprestasi (Mapres) IPB University disematkan di dadanya.
Beritaneka.com—Dosen IPB University, Prof Anuraga Jayanegara berhasil meraih gelar profesor di usia 37 tahun. Tergolong muda untuk seseorang yang berhasil menyandang gelar Guru Besar IPB University. Surat Keputusan (SK) gelar profesor tersebut ditetapkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia pada tanggal 10 Mei 2021.
Prestasi ini ia raih karena ketekunannya dalam menulis artikel ilmiah. Ayah enam anak ini selalu konsisten dan fokus dalam menulis artikel ilmiah. Dalam menggeluti profesinya sebagai dosen dan juga peneliti, ia menjadikan menulis artikel ilmiah sebagai suatu kegiatan rutin harian.
“Saya meluangkan waktu sekitar setengah jam atau satu jam setiap hari untuk aktivitas menulis. Yang penting rutin,” ucap dosen di Fakultas Peternakan IPB University ini.
Baca juga: Modal Nekat, Berikut Kunci Septian Jasiah Wijaya Jadi Peternak Kelas Pengusaha
Prof Anuraga menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Peternakan IPB University pada Mei 2003. Setelah itu, ia mendapat gelar Master of Science (M.Sc) di Agricultural Sciences in the Tropics and Subtropics (Minor in Animal Nutrition), University of Hohenheim, Stuttgart, Jerman.
Prof Anuraga juga pernah menjalani Postgraduate Diploma (PgDip) di Spanyol mengenai Modeling in Ecology and Natural Resource Management, Polytechnic University of Catalunya, Barcelona pada September 2011.
Ia kemudian meraih gelar PhD di Swiss Federal Institute of Technology (ETH) Zurich, Switzerland. Dan pada Maret 2021, ia mulai mendalami ilmu agama dengan mengikuti Program Magister Pendidikan Agama Islam (kelas karyawan) di Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Berkat perjuangannya ini, tidak heran Prof Anuraga memiliki sejumlah prestasi, di mana salah satunya adalah menjadi Dosen Berprestasi Nasional 2019 (peringkat 1) untuk kategori Sains dan Teknologi.
“Untuk mendapatkan ini semua, perlu perjuangan. Baik dari segi ikhtiar maupun tawakkal. Hal penting lainnya adalah meminta doa orang tua, keluarga dan orang-orang soleh. Jangan pernah menyerah, terus persisten menghadapi ujian dan tantangan yang ada. Ini semua karena pertolongan dan kehendak dari Allah SWT,” ucapnya.
Baca juga: Donny Kris Puriyono: Pemerintah Perlu Berikan Akses Bantuan dan Izin Usaha
Saat ini Prof Anuraga Jayanegara menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB University. Ia juga pernah menjadi Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan IPB University.
Karena kepakarannya di bidang Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, ia pun turut serta menjadi Editorial Board berbagai jurnal nasional dan internasional. Diantaranya Asian Australasian Journal of Animal Sciences, South Korea (Internasional Q1), Frontiers in Veterinary Science, Switzerland (Internasional Q1), Jurnal Agripet, Universitas Syiah Kuala (Nasional S2), Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, Universitas Brawijaya (Nasional S2), Tropical Animal Science Journal, IPB University (Internasional Q2).
Tidak jarang, ia juga berkesempatan menjadi Dosen Tamu di luar negeri, seperti di Hiroshima University dan Mie University (Jepang), di Ghent University (Belgium), Poznan University of Life Sciences (Polandia), dan di almamaternya sendiri yakni ETH Zurich (Switzerland).
Beritaneka.com—Septian Jasiah Wijaya, Alumnus IPB University dari Sekolah Vokasi, sukses membangun usaha bernama PT Waluya Wijaya Farm. Sejak SMA, Septian sudah memulai usaha ternaknya hingga akhirnya ia memutuskan untuk masuk IPB University. Kini Tian telah memiliki lahan ternak seluas 5,6 hektar.
IPB University sebagai tempat bagi Tian, sapaan akrabnya, untuk meningkatkan pengetahuannya dalam mengurus ternaknya dengan benar.
“Kalau dulu pas masih remaja, memberikan pakan ternak masih asal-asalan. Setelah masuk IPB University jadi belajar bahwa semua ada ilmunya dan ada hitungannya. Berapa pakan yang dibutuhkan, jenisnya apa, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Baca juga: Prof Dr Wisnu Gardjito: Kelapa Bikin Rakyat Sejahtera
Tian ingin buktikan bahwa peternak Indonesia bisa memiliki farm yang lebih modern. Dahulu, Tian memulainya dengan strategi yang sederhana. Di tengah perjalanan, barulah secara bertahap dilakukan sedetil mungkin.
“Belajarnya itu sebenarnya mudah, pelaksanaannya lah yang harus sendiri,” ujar alumnus IPB University dari Program Studi Teknologi Manajemen Ternak ini.
Menurutnya, beternak adalah profesi yang mampu mengasah kepekaaan dan jiwa leadership. Septian menceritakan bahwa sapi yang ia pelihara dapat menunjukkan tingkah laku yang menggambarkan kebutuhannya.
“Menjadi peternak melatih kita untuk memiliki perasaan yang kuat. Kita bisa mengerti apa yang mereka butuhkan tanpa mereka harus bicara. Itu akan timbul sendiri ketika kita melakukannya di lapangan,” ungkap Ketua Perhimpunan Peternak Indonesia ini.
Baca juga: Indra Sugiarto, Pengusaha dan Penulis Inspiratif Jebolan IPB University
Dalam wawancaranya, Tian menyampaikan bahwa ia berharap peternakan Indonesia dapat lebih maju ke depannya (dari segi mindset) terutama bagi seorang peternak. Hal ini tentu membutuhkan integrasi antara universitas, pemerintah, peternak dan industri.
“Semua kita harus satu cyrcle, saling mendukung, saling support agar pertanian dan peternakan di Indonesia dapat semakin kuat. Saya yakin ketahanan pangan di suatu negara itu penting sekali untuk kekuatan negaranya,” tutupnya.