Beritaneka.com—Seperti apa keterkaitan antara sains dan budaya? Prof Husin Alatas, Sekretaris Eksekutif Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University mencoba memberikan jawaban.
“Jika kita bisa mengidentifikasi hal tersebut, ini dapat memberikan harapan bahwa Indonesia suatu saat akan berkontribusi terhadap perkembangan sains tanpa meninggalkan jati diri dan budaya bangsa,” kata Prof Husin Alatas, Guru Besar IPB University dari Departemen Fisika, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/10).
Terkait sains dan budaya, Prof Melani Budianta, menyebut, masa peradaban Indonesia terletak pada kelindan sains dan budaya.
“Kalau kita tidak bisa mengintegrasikan sains dan budaya, artinya sains berjalan sendiri dengan budaya, maka akan sulit bagi kita dalam membangun peradaban di masa depan,” ujar Prof Melani Budianta, Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Baca juga: Trust in Trash, Manajemen Listrik Sampah Karya Mahasiswa IPB University
Ia pun mencontohkan, pengetahuan tradisional yang berkembang maju saat ini adalah teknik akunpuntur yang dikembangkan di China. Teknik akupuntur ini sangat terkait dengan budaya China, bahwa seluruh tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang holistik.
“Jadi ada falsafah di balik praktik akupuntur ini. Karena satu titik di tubuh kita itu terkait dengan seluruh tubuh kita,” tambah Prof Melani Budianta.
Di Indonesia, katanya, budaya dan kearifan lokal yang masih lestari di masyarakat seperti praktik sasi. Praktik sasi ini terkait dengan pengetahuan tentang masa ikan bertelur. Praktik ini juga menjadi sistem untuk menjaga keberlangsungan spesies ikan serta konservasi sumber daya alam.
Baca juga: Menengok Kontes Ayam Ketawa Nasional di FKH IPB University
“Dari praktik ini, kita melihat bahwa budaya dan sains itu terkait di sini. Jadi ini perlu pendekatan dari berbagai ahli untuk meneliti di balik praktik sasi dan menunjukkan bahwa budaya kita mengenal ini,” tambahnya.
Kalau ini sampai hilang, lanjutnya, lalu kita lupakan dengan ilmu-ilmu kapitalisme, maka kita akan memaksa alam itu untuk keserakahan manusia. Namun demikian, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, terjadi dikotomi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional.
“Pengetahuan modern menjadi hegemonik dan meminggirkan pengetahuan lokal yang saat ini masih dianggap sebagai tahayul, mitos, yang tidak berdasar dan tidak rasional,” kata Prof Melani.
Akibatnya, pengetahuan tradisional nyaris punah, padahal akupuntur, salah satu contoh sistem pengobatan herbal di China, ketika terus dikembangkan, pada akhirnya dapat melengkapi sistem pengobatan modern. Hal serupa juga berlaku bagi budaya dan pengetahuan tradisional di Indonesia apabila dikembangkan.
“Indonesia itu kaya dengan budaya dan keanekaragaman hayatinya, jadi mari kita jaga dan lestarikan kekayaan kita,” ajaknya.
Baca juga: Luncurkan Buku, Rektor IPB: Kecepatan Belajar Modal Penting Lahirnya Inovasi
Untuk mengembalikan kelindan sains dan budaya, ia menyarankan untuk mengadakan dialog lintas disiplin dalam pengetahuan modern. Tidak hanya itu, ia juga menyebut bahwa dialog transdisiplin dengan pengetahuan tradisional harus terus dikembangkan dan digali landasan filosofisnya. Terutama kaitannya dengan kearifan sosial-ekologi dan keterkaitan dengan sains.
“Paradigma neoliberal sedang krisis, ini memerlukan kearifan dan peradaban baru yang ekologis dan holistik, oleh karena itu, kelindan sains dan budaya menjadi kunci untuk memajukan peradaban di Indonesia,” pungkasnya.
Beritaneka.com—Gunung Marapi yang berada di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat mengalami…
Beritaneka.com—Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Letnan Jenderal TNI Maruli Simanjuntak sebagai Kepala Staf Angkatan Darat…
Beritaneka.com—Sebanyak 253 juta data pemilih di Komisi Pemilihan Umum (KPU) bocor dibobol hacker. Namun setelah…
Beritaneka.com—Demonstrasi berupa unjuk rasa besar-besaran warga masyarakat dunia telah berlangsung di pelbagai belahan dunia, bahkan…
Beritaneka.com—Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengingatkan kepada penguasa untuk tidak kembali pada masa Orde Baru…
Beritaneka.com—Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memutuskan tidak memberi bantuan hukum kepada Firli Bahuri (FB) yang saat…