Beritaneka.com—Ada banyak tantangan untuk mendapatkan tanaman yang tinggi produktivitas dan berkualitas. Salah satunya adalah pengendalian virus. Virus pada tanaman memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri dengan cepat dan mudah menyesuaikan dengan lingkungan sehingga penyebarannya dapat terus meluas.
Demikian disampaikan ahli virus tanaman IPB, Prof Sri Hendrastuti Hidayat. “Tantangan pengembangan metode deteksi virus tumbuhan di antaranya yaitu sensitivity (sensitifitas), specificity (spesifikasi), dan early detection (deteksi cepat). Upaya deteksi cepat dapat menggunakan metode hyperspectral dan Thermal Imaging Methods. Yakni memanfaatkan perubahan warna dan suhu tanaman sebagai indikator tanaman sakit atau tidak,” ujar Kepala Divisi Penyakit Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman Faperta, IPB University ini.
Baca juga: Ice Cream Ramah Lingkungan Kreasi Mahasiswa IPB
Masa depan deteksi virus di Indonesia tentu menjadi pertanyaan, hal ini kemudian dibahas oleh Sari Nurulita, Dosen IPB University dari Departemen Protesi Tanaman, Fakultas Pertanian. Sari menjelaskan dua metode deteksi umum yaitu menggunakan real time Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Lamp-PCR.
”Mengembangkan teknik deteksi virus pada tanaman membutuhkan kolaborasi antara industri dan petani, universitas, pusat penelitian serta karantina tanaman.”
Deteksi adanya virus pada tanaman dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung, serologi/molekuler, dan sensor cahaya/citra. Ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pada pengamatan langsung dapat dilakukan dengan mudah dan praktis, namun tidak spesifik dan berpeluang besar adanya keterbatasan visual pengamat. Pengamatan molekuler, memiliki keunggulan yang spesifik dan akurat, namun terdapat keterbatasan sebab fasilitas laboratorium yang kurang lengkap dan biaya yang tinggi.
“Adapun untuk deteksi sensor cahaya memiliki keunggulan yaitu mudah dan praktis untuk dilakukan dan dapat menguji jumlah sampel yang lebih banyak. Namun kelemahannya adalah tidak spesifik serta membutuhkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan komputasi dan analsis data,” tambah Asmar Hasan, Mahasiswa Pascasarjana, IPB University.
Baca juga: Apa Hubungan Lapar dan Marah? Berikut Penjelasan Pakar IPB
Asmar Hasan memaparkan tentang cara deteksi dini gejala virus mosaik berbasis pengolahan citra termal (Termografi). Adapun tahapannya yaitu pertama dengan perekaman citra, kemudian pengolahan citra, lalu visualisasi citra berdasarkan tingkat warna. Selanjutnya adalah dengan analisis statistika data suhu.
“Saat analisis, berdasarkan pengolahan citra terdapat warna gelap dan terang. Gelap menandakan suhu yang lebih rendah dan terang menunjukkan suhu yang tinggi. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa pada daun di setiap daerahnya memiliki suhu yang berbeda-beda,” tuturnya.
Beritaneka.com—Gunung Marapi yang berada di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat mengalami…
Beritaneka.com—Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Letnan Jenderal TNI Maruli Simanjuntak sebagai Kepala Staf Angkatan Darat…
Beritaneka.com—Sebanyak 253 juta data pemilih di Komisi Pemilihan Umum (KPU) bocor dibobol hacker. Namun setelah…
Beritaneka.com—Demonstrasi berupa unjuk rasa besar-besaran warga masyarakat dunia telah berlangsung di pelbagai belahan dunia, bahkan…
Beritaneka.com—Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengingatkan kepada penguasa untuk tidak kembali pada masa Orde Baru…
Beritaneka.com—Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memutuskan tidak memberi bantuan hukum kepada Firli Bahuri (FB) yang saat…