Beritaneka.com—Relawan Relawan Poros Widya Chandra (Wichan) berencana mendeklarasikan Airlangga Hartarto-Gandjar Pranowo (GAGA) maju pada Pilpres 2024.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga menilai Duet Airlangga – Ganjar memang potensial untuk diusung pada Pilpres 2024. Sebab, Airlangga punya perahu Partai Golkar yang memiliki kursi terbanyak kedua di Senayan. Partai Golkar di atas kertas cukup mengajak satu partai menengah untuk dapat mengusung duet Airlangga-Ganjar.
“Dilain pihak, Ganjar dengan elektabilitas relatif tinggi dapat menjadi pundi-pundi suara. Setidaknya Ganjar dapat menutupi jebloknya elektabilitas Airlangga,” ujar Jamiluddin.
Baca juga: Jamiluddin Ritonga: MKD dan Golkar Harus Cepat Tangani Kasus Azis Syamsudin
Namun, Penulis buku Perang Bush Memburu Osama ini masih ada persoalan pada pasangan tersebut. Masalahnya, duet ini memang tak sebanding dalam elektabilitas. Ganjar kemungkinan elektabilitasnya masih bisa dikerek, sementara Airlangga tampaknya sudah mentok.
Airlangga dengan posisi Ketua Umum Golkar dan menjabat menteri seharusnya punya elektabilitas yang relatif tinggi. Tapi realitasnya, lanjut Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996 – 1999 ini, hasil survei dari lembaga survei yang kredibel, elektabilitas Airlangga sangat rendah.
“Ini artinya, nilai jual Airlangga memang rendah. Jadi, meskipun dikampanyekan secara intens, elektabilitas Airlangga tampaknya tidak akan naik signifikan,” tegasnya.
Baca juga: Jamiluddin Ritonga: Gibran Belum Layak Maju Pilgub DKI Jakarta
Karena itu, duet Airlangga-Ganjar akan sulit dilirik partai lain. Sebab, peluang untuk menang akan kecil pada Pilpres 2024.
Partai politik tentu akan mengusung pasangan yang berpeluang menang. Duet Airlangga-Ganjar di atas kertas tampaknya tidak memenuhi hal itu.
Jadi, duet Airlangga-Ganjar tampak akan sulit mendapat perahu, selain Golkar. Karena itu, ada kemungkinan duet ini akan layu sebelum berkembang.
Beritaneka.com—Ada upaya menduetkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Sosial Tri Rismaharini pada pilpres 2024. Upaya memunculkan Duet Ganjar-Risma memang wajar mengingat popularitas dan elektabilitas keduanya cukup memadai. Keduanya juga sudah berpengalaman di dunia birokrasi.
“Karena itu, normal saja kalau para relawan dan pendukungnya juga gencar memasarkan Ganjar-Risma, termasuk upaya menduetkan mereka pada pilpres 2024. Mereka mempromosikan Ganjar dan Risma baik melalui darat maupun beragam media,” ujar Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga.
Baca juga: Jamiluddin Ritonga: Biarkan RRI Jadi Media Publik Sesungguhnya
Apalagi, jelas Jamiluddin, Ganjar dan Risma termasuk sosok yang gemar pencitraan. Tidak mengherankan, segala cara akan mereka lakukan untuk meningkatkan citra dirinya. Masalahnya, jelas penulis buku Perang Bush Memburu Osama ini, Ganjar dan Risma berasal dari partai yang sama. Akibatnya, dukungan kepada Ganjar dan Risma dengan sendirinya paling banyak dari PDIP. Hal itu tentu tidak menguntungkan dalam upaya memperoleh dukungan massa dari luar PDIP.
“PDIP juga akan sulit memberi tiket kepada Ganjar-Risma pada pilpres 2024. Sebab, kader PDIP lainnya seperti Puan Maharani, juga berkeinginan memperoleh tiket tersebut,” tegasnya.
Megawati Soekarnoputri yang menjabat Ketua Umum PDIP, ungkap pengajar Metode Penelitian komunikasi ini, tampaknya akan lebih memilih putrinya daripada Ganjar atau Risma. Petinggi DPP PDIP juga akan manut pilihan Megawati.
Selain itu, PDIP juga tidak akan gegabah mengusung pasangan dari kadernya saja. Sebab, peluang kalah akan lebih besar daripada menangnya.
Baca juga: Jamiluddin Ritonga: Blunder Jokowi Berulang
Partai lain juga akan sulit mendukung Ganjar-Risma yang berasal dari satu partai. Hanya partai yang tak berdaya mau mengusung pasangan dari partai yang sama. Apalagi Ganjar dan Risma bukanlah sosok istimewa seperti yang ditunjukkan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokowi.
“Jadi, upaya menduetkan Ganjar-Risma boleh-boleh saja. Hanya saja peluangnya sangat kecil. Realitas itu harus disadari para relawan dan pendukung Ganjar dan Risma,” saran penulis buku Tipologi Pesan Persuasif tersebut.
Terakhir, Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996 – 1999 menyarankan, jangan sampai segala tenaga dan finansial yang dikeluarkan akan berakhir pada kegagalan. Lebih baik Ganjar dan Risma fokus bekerja sesuai yang diamanahkan kepadanya. Itu lebih baik daripada berpikir untuk berduet pada pilpres 2024. (ZS)