Pusat Kajian (Puskas) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengungkapkan, jumlah fakir miskin yang terdampak erupsi Gunung Semeru di 8 Desa, Kabupaten Lumajang mencapai lebih dari 20.953 orang.
Angka tersebut didapatkan dari Basis Data Terpadu BAZNAS RI (BDTMB) sebelum terjadi bencana. Adapun angka kemiskinan tersebut diperkirakan akan bertambah pasca erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada (4/12/2021).
“Data ini kami dapatkan sebelum terjadi erupsi Gunung Semeru. Diprediksi, setelah adanya bencana ini, jumlah fakir miskin akan semakin bertambah. Ini menjadi tugas lembaga zakat dalam melayani mereka,” ujar Ketua BAZNAS RI Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA dalam keterangannya, Minggu (5/12/2021).
Baca juga: Ini 10 Rekomendasi Perkuat Layanan Zakat Hasil Rakornas UPZ BAZNAS 2021
Prof Noor menyampaikan, 20.953 fakir miskin ini tersebar di 8 desa terdampak erupsi Gunung Semeru diantaranya Desa Sumber Wulu, Sumber Mujur, Penanggal, Candipuro, Sumber Rejo, Kecamatan Candipuro.
“Sedangkan pada Kecamatan Pronojiwo ada tiga yaitu Desa Supiturang, Sumber Urip dan Oro Oro Ombo,” jelasnya.
Dalam hal ini, Prof Noor mengatakan, BAZNAS akan terus melakukan upaya terbaik dalam membantu mereka yang terdampak erupsi. BAZNAS juga telah menurunkan tim dari BAZNAS tanggap Bencana (BTB) dan Rumah Sehat BAZNAS (RSB).
Baca juga: PT Capital Life Syariah Gandeng BAZNAS Bangun Masjid Al-Hidayah Kuningan
Sementara itu, Direktur Puskas BAZNAS Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D. menyampaikan pentingnya pemulihan pasca bencana, dan ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
“Warga yang terdampak tersebut banyak rumahnya yang rusak, kendaraan hilang, fasilitas umum tidak berfungsi, dan para UMKM juga terkena dampaknya,” ujarnya.
Akibat bencana erupsi Semeru, Hasbi memperkirakan kerugian mencapai ratusan milyar, karena banyaknya sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan. Seperti Gedung Umum (GU), Jembatan (JBT), Jaringan Listrik (JLIS), Mata Air Bersih (MAB), Mandi Cuci Kakus (MCK), Perdagangan Umum (PU), Jalan Lingkungan (JL),, Lapangan (LAP) dan Talud Permanen (TLP).
“Dengan menggunakan metode Damage and Loss Assessment (DaLA), kami menghitung kerugian mustahik akibat bencana erupsi ini total mencapai Rp. 310 Milyar,” ungkap Hasbi.
Baca juga: Perkuat Kelembagaan BAZNAS, DPR Dorong Optimalisasi Anggaran dari APBN
Lebih lanjut Hasbi menyampaikan, selain membutuhkan bantuan makanan dan kesehatan, warga yang terdampak saat ini juga membutuhkan hunian sementara (huntara) dan bantuan sanitasi air bersih. “Hal ini tentu memerlukan dukungan dari lembaga-lembaga zakat untuk membantu pemulihan pasca erupsi Gunung Semeru.”
Sebelumnya, BAZNAS juga telah menurunkan 14 personel yang terdiri dari BAZNAS Tanggap Bencana (BTB), dokter, perawat, farmasis dan relawan untuk membangun pos kesehatan dan pengobatan mobile bagi warga korban erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021).
BAZNAS akan terus mendampingi para korban terdampak erupsi, dalam proses evakuasi hingga pemulihan bencana. Hingga kini BAZNAS terus berkoordinasi dengan BNPB, BPBD setempat, dan seluruh stakeholder terkait untuk memberikan pelayanan maksimal kepada para korban.
Beritaneka.com—Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyatakan pemerintah menyiapkan sebanyak 6,7 juta Set Top Box (STB) bagi warga miskin. Menteri Johnny juga menyatakan bersama lembaga penyiaran, Kementerian Kominfo juga telah menyiapkan mekanisme pembagian STB agar Analog Switch Off (ASO) berlangsung sesuai jadwal.
“Set top box ini kita perkirakan untuk keluarga miskin sekitar 6,7 juta STB bagi 6,7 televisi yang dimiliki oleh rakyat miskin. Untuk STB ini yang sedang kita siapkan agar 6,7 juta itu tersedia pada waktunya sesuai dengan tahapan ASO paling lambat tanggal 2 November 2022,” ujarnya dalam Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi I DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (16/11/2021).
Baca juga: Dorong Transformasi Industri Pertelevisian, Menkominfo: Pemerintah Perkuat Regulasi
Menkominfo menegaskan ketersediaan STB merupakan aspek penting untuk mendukung implementasi ASO. Menurutnya, STB dibutuhkan bagi perangkat televisi yang belum memenuhi standar Digital Video Broadcasting–Second Generation Terestrial (DVB T2) atau TV digital.
“Bagi yang belum DVB T2 itu harus disediakan perangkat connector atau yang disebut dengan set top box atau STB,” tandasnya.
Menteri Johnny menjelaskan, berdasarkan kriteria serta mekanisme pelaksanaan pembagian STB gratis tengah disiapkan. Hasil penghitungan sementara dengan mengacu pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial dari Kementerian Sosial.
“Terdapat sebanyak 6,7 juta rumah tangga miskin yang berdomisili di daerah yang akan dilaksanakan migrasi siaran analog ke siaran TV digital,” paparnya.
Baca juga: Kominfo Putus Akses 4.873 Konten Fintech Ilegal Sejak Tahun 2018
Menurut Menkominfo, sebanyak 6,7 juta perangkat STB akan dibagikan langsung kepada warga yang memenuhi syarat. Selanjutnya, STB dipasang ke televisi analog yang belum memiliki standar DVB T2 agar bisa menerima siaran televisi digital.
“Jadi lebih dari sekadar bagi-bagi (STB gratis), karena harus dipasang dan di-install di perangkat televisi masing-masing. Seperti misalnya di rumah kalau pakai Indihome atau pakai layanan internet itu kan ada perangkat connector-nya, sama kira-kira seperti itu ada perangkat connector-nya yang memungkinkan menerima siaran digital,” jelasnya.