Beritaneka.com—Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan, kelangkaan minyak goreng (migor) yang terjadi di pasaran baik di pasar tradisional dan ritel modern karena adanya oknum-oknum penimbun. Jadi, bukan karena kurang pasokan dari produsen Crude Palm Oil/CPO .
“Terdapat temuan Satgas Pangan ada oknum-oknum yang sengaja menimbun produk minyak goreng dan tidak mendistribusikannya ke pasaran. Oleh karena itu teman-teman beserta tim Satgas pangan kabupaten kota dan provinsi sedang melakukan langkah-langkah evaluasi tersebut,” kata Sekretaris Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag I G Ketut Astawa kepada wartawan.
Baca Juga:
“Kalau kita lihat data yang ada, komitmen dari produsen CPO itu sudah mencapai 351 juta liter selama 14 hari, kebutuhan kita selama per bulan sebenarnya berkisar antara 279 sampai 300 juta liter,” kata dia.
Dengan demikian, sambung Ketut, seharusnya pasar dalam negeri kebanjiran produk minyak goreng dalam jangka waktu sebulan. Namun yang terjadi justru sebaliknya, ketersediaan produk minyak goreng masih sedikit, bahkan langka di pasaran.
Selain itu, terjadi panic buying, yakni warga masyarakat yang membeli minyak goreng dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan. Sehingga menyebabkan stok minyak goreng menipis, membuat warga lainnya tidak kebagian produk migor.
“Masyarakat kita sendiri juga karena ada informasi kekurangan ketersediaan minyak akhirnya mereka berbondong-bondong beli, bahkan satu keluarga biasanya sudah beli, besoknya beli, sorenya beli. Sehingga kadang-kadang di salah satu ritel modern dibuka langsung habis,” katanya.
Ketut mengimbau seluruh warga masyarakat agar tidak perlu membeli minyak goreng dalam jumlah banyak agar ketersediaan minyak goreng bisa tercukupi.