Beritaneka.com—Pertemuan kedua antara Rusia dan Ukraina yang berlangsung pada Kamis (3/3/2022) di Belovezhskaya Pushcha, Belarusia belum menghasilkan kesepakatan gencatan senjata. Akibatnya, perang masih berlanjut.
“Perundingan putaran kedua telah berakhir. Sayangnya, hasil yang dibutuhkan Ukraina belum tercapai,” kata penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, lewat Twitter setelah pertemuan tersebut, seperti kami kutip dari ABC News.
Sebelum pertemuan, Podolyak memposting di Twitter bahwa prioritas Ukraina dalam pembicaraan adalah “gencatan senjata segera”, gencatan senjata dan “koridor kemanusiaan untuk evakuasi warga sipil.”
Baca Juga:
Hentikan Perang! Agresi Militer Rusia Tewaskan 352 Warga Ukraina
Pejabat Ukraina sebelumnya mengatakan mereka ingin Rusia menarik semua pasukan dari Ukraina. Setelah pertemuan itu, Podolyak mentweet pembicaraan itu menghasilkan “solusi hanya untuk organisasi koridor kemanusiaan.”
Podolyak juga mengatakan putaran ketiga pembicaraan akan berlangsung pada awal minggu depan. Meskipun Ukraina menyatakan kekecewaannya tentang putaran kedua pembicaraan, negosiator Rusia Vladimir Medinsky mengklaim negosiasi menghasilkan “kemajuan substansial.”
“Masalah utama yang kami putuskan hari ini adalah masalah menyelamatkan orang, warga sipil, yang berada di zona bentrokan militer,” kata Medinsky.
“Rusia menyerukan warga sipil yang berada dalam situasi ini, jika aksi militer berlanjut, untuk menggunakan koridor kemanusiaan ini,” katanya.
Negosiator Rusia lainnya, Leonid Slutsky mengatakan, kesepakatan dalam pembicaraan putaran kedua akan “diimplementasikan dalam waktu dekat”. Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengatakan militernya telah menyetujui koridor tersebut.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, Rusia akan terus bersikeras bahwa setiap perjanjian damai dengan Ukraina harus mencakup janji bahwa Ukraina akan “demiliterisasi.”
Rusia juga telah mengisyaratkan ingin membahas Ukraina mengadopsi status netral dan setuju untuk meninggalkan ambisinya untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sementara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyatakan, Ukraina tidak tertarik untuk melakukan demiliterisasi.