Beritaneka.com—Mahasiswa IPB University melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor. Salah satu kegiatan yang digelar webinar “Hidroponik dan Budikdamber sebagai Alternatif Pertanian pada Lahan Terbatas”. Tampil sebagai nara sumber Dr Tatag Budiardi, Dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).
Menurut Tatag, sistem budidaya tanaman Akuaponik dan Hidroponik muncul karena adanya fenomena “urban farming”. Akuaponik adalah teknologi yang memadukan teknik bercocok tanam dan budidaya ikan pada lahan yang sempit.
Akuaponik merupakan teknologi produksi pangan yang memiliki kemampuan untuk produksi dalam ruang yang efisien dan pada tempat yang tidak biasa. Teknologi ini cocok digunakan untuk menanam ikan dan sayuran secara berkelanjutan. Unit produksi akuaponik berpotensi diterapkan untuk ketahanan pangan baik skala rumah tangga maupun skala komersial pada berbagai tingkat teknologi dan ukuran.
“Teknik akuaponik dapat menghasilkan produksi ikan dan sayuran sebagai bahan pangan yang terkontrol proses produksinya dan kualitas yang baik,” ujarnya.
Baca juga: Aplikasi IJAH Analytics, Sistem Prediksi Formula Jamu yang Mutakhir
Prinsip kerja sistem akuaponik pada dasarnya menggunakan nutrisi yang ditambahkan ke sistem akuaponik seoptimal dan seefisien mungkin dengan menghasilkan dua produk yaitu ikan dan sayuran.
Sistem akuaponik tersebut memanfaatkan air secara hemat dan efisien untuk kegiatan produksi dengan memaksimumkan penggunaan lahan atau unit produksi. Komoditas ikan yang biasa dibudidayakan pada sistem ini biasanya adalah ikan lele, nila, mujair, dan patin.
Pemilihan jenis ikan yang akan dibudidayakan tersebut perlu memperhatikan kemampuan ikan untuk dapat bertahan hidup pada kondisi tertentu. Sementara sayuran yang biasa diterapkan dengan sistem ini berupa kangkung, sawi, dan caisim.
Peralatan yang digunakan untuk menciptakan sistem ini tergolong sangat sederhana yaitu dapat menggunakan ember bekas dan gelas plastik yang sudah tidak terpakai.
Monitoring perlu dilakukan secara berkala dengan memperhatikan kondisi hara yang digunakan, kualitas air yang terjaga, serta tingkat padat tebar ikan yang dibudidayakan.
“Budikdamber merupakan solusi yang sangat tepat untuk diterapkan pada lahan yang terbatas untuk melakukan produksi ikan dan sayuran pada waktu yang sama, tentunya dengan kontrol yang dijaga sehingga kualitas dan kuantitas yang dihasilkan memiliki nilai yang sangat baik,” imbuhnya.
Baca juga: Di Masa Pandemi Petani Binaan IPB University Bisa Ekspor
Selain Dr Tatag, kegiatan ini juga menghadirkan Dr Hamim, Dosen IPB University dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Sesuai dengan kepakarannya, Dr Hamim menjelaskan kandungan hara pada sistem hidroponik.
Nutrisi (hara) untuk tanaman hidroponik dapat disalurkan melalui pemberian pupuk cair. Pupuk yang cocok serta banyak dijual di pasaran contohnya adalah pupuk AB-mix, VeggieMix, dan Royal Hidroponik.
Komoditas yang cocok untuk hidroponik pada umumnya adalah jenis buah-buahan seperti melon, tomat, dan strawberry; dan jenis sayuran seperti selada, seledri, daun bawang, dan sawi hijau.
Pemeliharaan hidroponik pada umumnya dilakukan pengontrolan pada sirkulasi nutrisi, menjaga pH media, memperhatikan kecukupan aerasi, pengamatan morfologi, dan pengatasan penyakit, serta pemanenan.
Pemanenan tanaman dengan sistem hidroponik ini dilakukan berdasarkan jenis tanaman dengan pelaksanaan panen secara serempak, berulang, ataupun bertahap. Pemasaran hasil tanaman hidroponik dapat dilakukan pada super market, restoran/catering/hotel, atau online market.
“Tanaman dengan sistem hidroponik ini memiliki potensi yang sangat tinggi karena memiliki kualitas produk yang baik, tren konsumen masa mendatang, dan perkembangan online market,” imbuhnya.