Beritaneka.com—Forum Bersama Indonesia (FBI) menilai minimal ada tiga alasan kinerja yang menjadikan Gubernur DKI, Anies Baswedan layak diusung menjadi calon presiden pada pemilihan umum tahun 2024. Anies dinilai FBI memiliki kinerja yang baik karena berhasil membuktikan janjinya pada kampanye pemilihan gubernur DKI 2017.
“Kualitas dan kapasitas seorang pemimpin itu bukan pada apa yang dia sampaikan namun lebih pada apa yang telah dikerjakan. Dan Anies sudah buktikan apa yang dijanjikan serta nyata direalisasikan,” ujar Ketua Umum FBI, Budi Siswanto kepada Beritaneka.
Budi menegaskan, Anies sudah berhasil dengan nyata mengatasi berbagai persoalan besar yang selama ini dialami warga Jakarta. Tiga persoalan utama yang sudah menjadi langganan warga Ibukota DKI, yakni persoalan banjir, kemacetan dan sampah, bisa diselesaikan dengan baik.
Baca juga: Langkah Politik Pangan Anies Baswedan Menuju Pilpres 2024
Terkait banjir, Budi melihat kinerja Anies sudah berdampak pada semakin kecilnya wilayah banjir yang dialami warga Jakarta. Termasuk pada musim hujan extrim akhir tahun-hingga awal tahun lalu, titik genangan di Jakarta sangat jauh berkurang.
Kinerja Anies yang lain, lanjut Budi, bisa dilihat ketika mantan Menteri Pendidikan itu mengatasi macet Jakarta. Penanganan kemacetan bisa diselesaikan dengan pola integrasi transportasi. Penataan pola transportasi serta perbaikan sarana prasarana transportasi yang dikerjakan Anies sangat banyak membantu mengurai kemacetan di Jakarta.
“Hal yang sama dengan pengelolaan sampah yang mulai terpadu, tidak hanya mengandalkan tempat pembuangan sampah Bantar Gebang yang berada di wilayah Bekasi,” tegas Budi.
Bagaimana peluang Anies didukung partai politik untuk bisa maju menjadi calon presiden 2024, menurut Budi, saat ini partai politik memerlukan figur untuk peningkatan elektabilitasnya. Dan Anies punya kualifikasi itu. Itu terlihat dari semua lembaga survei yang selalu menempatkan figur Anies Baswedan pada tiga teratas. Selain itu, karena Anies bukan kader partai politik, sehingga terbuka peluang untuk didukung beberapa partai politik.
“Semua parpol punya peluang yg sama utk mendukung, mengingat waktu yg masih cukup untuk melihat serta konsolidasi internal,” ungkapnya.
Baca juga: Sistem Buka Tutup Kawasan Wisata Diberlakukan Saat Libur Lebaran
SMRC pada 28 Februari sampai 8 Maret 2021 merilis survei yang menempatkan Prabowo Subianto (20 persen), Anies Baswedan (11,2 persen), Ganjar Pranowo (8,8 persen), Sandiaga Uno (5 persen), dan Ridwan Kamil (4,8 persen).
Charta Politika, merilis hasil survei pada Triwulan I 2021 menghasilkan, Prabowo sebagai capres yang mendapat perolehan suara terbanyak sebesar 19,2 persen dari total 1.200 responden. Berurutan setelah Prabowo, yakni Ganjar Pranowo (16 persen), Anies Baswedan (12,6 persen), Sandiaga Uno (9,3 persen), dan Ridwan Kamil (8,1 persen).
Hasil survei Indikator Politik yang dilaksanakan terhadap responden anak muda pada rentang usia 17-21 tahun menempatkan Anies Rasyid Baswedan (15,2 persen), Ganjar Pranowo (13,7 persen), dan Ridwan Kamil atau Kang Emil (10,2 persen) menjadi tiga tokoh teratas yang dipilih anak muda jika pemilihan presiden dilakukan sekarang.
Siapa yang paling layak menjadi pendamping Anies pada pemilihan presiden 2024, Budi menjawab diplomatis, FBI tidak masuk pada wilayah itu.
“Kami sebagai relawan fokus mendukung Anies, terkait nanti duet serta didukung dari mana, itu pastinya domain Parpol, masih sangat dinamis,” ungkapnya. (ZS)
Beritaneka.com—Kunjungan Gubernur DKI Jakarta, Anies Bawesdan, ke Jawa Tengah dan Jawa Timur ditafsirkan banyak makna. Ada yang melihat hanya makna tersurat, tapi lebih banyak lagi dari tersiratnya.
Secara tersurat, kunjungan Anies itu hanya untuk mengamankan pangan warga Jakarta dan keinginan menyejahterakan petani. Hal itu diungkapkan Anies secara tegas saat di Cilacap dan Ngawi.
“Namun demikian, secara tersirat kunjungan Anies ke dua provinsi itu juga dapat dimaknai dalam konteks politis. Sebab, saat singgah di Sragen, bos beras di wilayah tersebut dengan tegas mendukung Anies Baswedan pada Pilpres 2024,” ujar M. Jamiluddin Ritonga, pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul.
Baca juga: Jamiluddin Ritonga: Reshuffle Kabinet, Semua Wakil Menteri Ditiadakan
Menurut penulis buku Perang Bush Memburu Osama, hal itu juga diperkuat dengan kunjungan Anies ke Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo untuk sowan kepada ulama. Anies juga menginap di Kota Madiun dan bertemu wali kotanya, selain juga bertemu Gubernur Jawa Timur Chofifah Indar Parawansa.
Lebih jauh, Jamil yang juga pengajar metode penelitian komunikasi menegaskan, rangkaian pertemuan itu, memang bernuansa politis. Kepada ulama, Anies berupaya mendekatkan diri dengan datang langsung ke Pondok Modern Gontor. Dukungan ulama ini sangat diperlukannya agar nantinya Jawa Timur dapat menjadi lumbung suaranya.
“Dukungan juga diharapkan dari Ngawi dan Madiun, yang dikenal basis merah. Kalau basis merah juga mendukungnya, maka Jawa Timur sebagai suara terbesar kedua secara nasional dapat dikuasai Anies,” ungkap Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996 – 1999 ini.
Baca juga: Jamiluddin Ritonga: Jauhkan Vaksin dari Kepentingan Politik
Hal yang sama juga terlihat di Jawa Tengah yang merupakan suara terbesar ketiga secara nasional. Dengan masuk ke Cilacap dan Sragen, Anies juga berupaya untuk mendapat dukungan dari basis merah yang terbesar di Indonesia. Kalau basis merah Jawa Tengah mendukung Anies, maka peluang memenangkan suara yang selama ini dikuasai PDIP dapat diwujudkan.
Upaya menguasai suara di Jawa makin terlihat dengan rencana kunjungan serupa ke Sumedang, Jawa Barat, selesai lebaran. Jawa Barat sebagai suara terbesar secara nasional tampaknya menjadi kalkulasi Anies untuk memuluskannya pada Pilpers 2024.
“Jadi, kunjungan Anies ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan nanti usai lebaran ke Sumedang (Jabar) tentulah lebih kental politisnya daripada sekedar urusan pangan. Sebab, kalau hanya urusan pangan, cukup petinggi Pemprov. DKI Jakarta saja yang datang ke wilayah tersebut,” tegasnya.
Upaya Anies untuk mendapat dukungan dari tiga provinsi itu tentu strategi cerdas. Sebab, kalau tiga provinsi itu dikuasai, termasuk juga DKI Jakarta yang merupakan basisnya, maka peluang menang pada pilpres makin terbuka.
Apalagi kalau Anies juga mendapat dukungan dari Banten dan Yogyakarta, maka aroma menjadi presiden tinggal menunggu waktu saja.(ZS)