Beritaneka.com, Jakarta —Bank Indonesia (BI) berencana menerbitkan rupiah digital. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan rupiah digital ini berteknologi Blockchain system, lebih tepatnya menggunakan Distributed Ledger Technology (DLT) Blockchain.
“Kami menyiapkan rupiah digital. mengintegrasikan sistem pembayaran dengan infrastruktur pasar uang. Saat ini BI sedang mendorong digitalisasi di semua sektor, termasuk di dalamnya mata uang,” kata Perry dalam acara peluncuran Core Banking System (CBS) dan E-Licensing serta Peresmian BI sebagai Agen Penata Usaha SBSN Valas Global secara virtual, Kamis (15/9/2022).
Perry mengatakan, bank dan sektor keuangan saat ini sudah terintegrasi, interoperable, dan interconnected. “Pada Agustus lalu, proses penerbitan rupiah digital sudah masuk dalam tahap pemilihan bank atau sistem pembayaran yang akan diberikan mandat untuk distribusi,” ungkapnya.
Fungsi dari rupiah digital, lanjut dia, akan sama dengan uang kertas yang selama ini sudah beredar. Meskipun berbentuk digital, tetapi rupiah digital ini akan menjadi alat pembayaran yang sah.
“Kami sedang dalam memproses semua desain, fitur, keamanan yang hanya dimiliki rupiah digital untuk menjadi alat pembayaran resmi yang sah di negara ini. Dan kami akan menggunakannya sebagai referensi untuk menyimpan nilai aset digital. Baik digunakan dalam perbankan digital, e-niaga, atau bahkan di metaverse dengan rupiah digital,” katanya.
Beritaneka.com—NFT adalah singkatan Non Fungible Token. Non fungible artinya sesuatu yang tidak dapat dipertukarkan, sebuah karya yang memiliki keunikan tersendiri.
Aset non-fungible bisa berwujud foto, lukisan, maket, bangunan, musik, gambar, animasi atau bangunan apapun. Aset seperti ini bisa saja diduplikasi, tetapi karya orisinal tetap saja hanya ada satu yang sudah di-NFT kan itu.
Konsep tersebut berlaku dalam NFT. Token di sini merujuk pada berkas sertifikat digital yang disimpan dalam blockchain.
Baca Juga:
Sultan Gustaf Al Ghozali, Iseng Foto Selfie Berbuah Miliaran Rupiah
Cara Jualan Karya Seni Melalui NFT, Gampang Ternyata!
Jadi, yang dibeli dari NFT sebenarnya bukanlah karya seperti swafoto Ghozali yang sedang heboh ini, melainkan berkas digital yang memuat sertifikat keaslian atau kepemilikan karya tersebut.
Apa yang Bisa Dijadikan NFT?
Secara teori, berkas digital apa pun bisa dijual sebagai NFT. Ini karena yang bernilai dari NFT adalah berkas orisinalitasnya.
Meskipun sudah dibeli, karya-karya tersebut tetap bisa beredar bebas dan diduplikasi oleh pengguna internet.
Kendati demikian, berkas keasliannya tidak bisa dipalsukan. Kami kutip dari BBC, ini karena catatan siapa memiliki apa dalam blockchain tercatat dalam ledger yang dirawat oleh ribuan komputer.
Orisinalitas itulah yang membuat NFT berharga. Seperti membeli karya pelukis tertentu, karya itu bisa diplagiat ribuan kali tetapi pembeli tetaplah berstatus pemilik aslinya.
Mengapa NFT Bisa Berharga Mahal hingga Triliunan Rupiah?
Rekor aset NFT termahal saat ini dipegang oleh The Merge. Aset ini terjual dengan mata uang Ethereum yang jika dikonversikan nilainya mencapai USD91,8 juta atau setara Rp1,3 triliun.
Alasan orang rela membayar mahal demi berkas NFT pun beragam. Bagi penikmat karya seni, alasannya bisa sebagai apresiasi.
Bagi karya seperti swafoto Ghozali, meskipun terlihat remeh, konsistensinya membuat foto selama lima tahun dapat menjadikan karyanya bernilai.
Di lain sisi, aspek ketokohan juga kadang berpengaruh dalam penjualan aset NFT. Tokoh kenamaan seperti Jack Dorsey dan Edward Snowden pernah merilis NFT yang laku jutaan dolar AS.
Selain itu, pembeli juga bisa jadi berspekulasi harga itemnya akan terus naik dan dia akan mendapatkan keuntungan.
Hal ini pun rentan membuat bisnis NFT sebatas menjadi gelembung ekonomi. Gelembung ekonomi adalah perdagangan aset dalam volume besar dengan nilai yang lebih tinggi dibanding nilai fundamentalnya.
Gelembung ekonomi bisa tiba-tiba pecah saat barang yang diperdagangkan sudah tidak diminati lagi. Harganya akan anjlok drastis dan pembeli terakhir merugi.
Mike Winkelmann, seniman digital yang sukses menjual NFT seharga puluhan juta dolar AS pada 2021 lalu, mengakui bahwa NFT rentan menjadi gelembung ekonomi.
“Sejujurnya, saya berpikir akan ada gelembung. Dan saya pikir kita sekarang sedang berada dalam gelembung itu,” kata Winkelmann kepada BBC.
Beritaneka.com—Pemasaran villa dan fasilitas pariwisata di Pulau Katang Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) memanfaatkan teknologi blockchain yakni dengan Token Katang Lingga Villa (KLGV).
Token KLGV ini secara khusus dibuat untuk menjual villa dan bisnis Pariwisata di pulau tersebut.
Menurut Direktur Diva Agra Selaras (DAS) Lead Agent Pulau Katang Lingga, Atoek Koesmoeryantati, berbeda dengan bitcoin yang juga berbasis teknologi blockchain, maka token KLGV ini ada underlying-nya, memiliki aset riil dan bisnis riil di Pulau Katang Lingga.
Baca Juga: Sholat Berjamaah di Atas Kapal Selam
“Sehingga pemilik KLGV akan mendapat share profit dari bisnis villa dan pariwisata di Pulau Katang Lingga,” kata Atoek Koesmoeryantati.
Token KLGV mempunyai harga dasar yang selalu naik, karena sama dengan aset riil Pulau Katang Lingga.
Sebagai ilustrasi, harga tanah ketika akan dibangun Villa tentunya akan naik. Kemudian, ketika villa terbangun maka harga akan naik lagi. Selanjutnya saat villa beroperasi harga pun akan naik lagi.
“Jadi, ketika kawasan Pulau Katang Lingga terbangun fasilitas secara komplet tentunya harganya akan naik lagi dari nilai saat ini,” jelas Atoek Koesmoeryantati.
Sementara itu, Komisaris DAS, Kapten Sar menjelaskan, token KLGV merupakan penerbitan aset digital atas tempat wisata Pulau Katang Lingga. KLGV menjadi salah satu solusi bagi upaya pemerintah dalam menarik investasi di sektor pariwisata.
“Token KLGV itu sebenarnya sama dengan aset crypto lain, spt bitcoin, Etherium, Tron dan lainnya, karena kita untuk security, keamanan pemiliknya karena ada aset dan usahanya nya maka kita sebut security token atau token KLGV,” kata Kapten Sar.
Saat ini harga Token KLGV masih murah dan terjangkau semua lapisan Masyarakat.
“Sekarang untuk memiliki Token KLGV bisa dibeli mulai dari harga Rp150.000 atau yang punya asset Tron bisa ditukar KLGB mulai dari 200 trx,” kata Atoek Koesmoeryantati.
Diakui Atoek Koesmoeryantati, Investasi ini bahkan bisa dijangkau oleh pebisnis mikro atau UMKM. Uang Rp150.000 sangat terjangkau masyarakat Indonesia dan 200 Tron sangat terjangkau masyarakat dunia.
Baca Juga: Peluncuran Global Hyundai Staria, Perintis Mobilitas Masa Depan
Ketika seseorang memiliki 150.000 di dompetnya bisa saja segera habis untuk makan atau berbelanja. Uang Rp150.000 disimpan di bank juga akan berkurang karena dipotong biaya admin setiap bulan. Sementara jika dibelikan aset tanah juga kurang.
“Sekarang masyarakat bisa menyisihkan Rp150.000 untuk membeli aset KLGV yang jelas suatu saat akan berkembang dan menjadi aset masa depan,” tutur Atoek Koesmoeryantati.
Bahkan masyarakat umum pun bisa ambil bagian dan memiliki kemerdekaan aset atas kepemilikan KLGV.
Untuk membangun Katang Lingga tahap pertama, dijelaskan Atoek Koesmoeryantati sudah dialokasikan 404.600 KLGV dari Total supply 999.999 KLGV.
“Jadi sangat terbatas dibanding bitcoin yang total Supply sudah mencapai 21.000.000. Saya yakin setiap 200 Token KLGV yang terjual maka harga akan naik sebesar Rp 2.000. Kalau seorang investor membeli sekarang dengan harga 1 KLGV masih Rp 1.202.000 maka ketika sudah tercapai 404.600 KLGV maka harga sudah menjadi Rp 5.246.000,” paparnya.
Baca Juga: OK OCE dan Konsultan PajakOnline Siapkan Komunitas Penggerak Pembayar Pajak
Kenaikan lebih dari 450% bisa tercapai kurang lebih 1 tahun. Harga dasar akan selalu meningkat menyesuaikan pembangunan dan pariwisata di Pulau Katang Lingga.
Jika seorang investor berinvestasi di Token KLGV walau dari nilai yang terkecil, untuk aset masa depan kita, maka akan bisa berkembang. “Jadilah investor yang menginvestasikan sebagian dana kita walau sedikit untuk investasi jangka panjang agar bisa kita nikmati di masa depan,” kata Atoek Koesmoeryantati.