Beritaneka.com—Desa Sekapuk yang berlokasi di Kecamatan Ujung Pangkah, daerah Gresik, Jawa Timur dapat menjadi tauladan bagi kebangkitan ekonomi desa di Indonesia.
Tahun lalu, di tengah pandemi dan resesi ekonomi, Desa Sekapuk meraih penghargaan sebagai Desa Brilian Terbaik se-Indonesia dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa dan Kementerian BUMN karena mampu mengelola dengan baik pemerintahan desa dan Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes.
Baca Juga: Punya 45 Desa Wisata, Kemendes Bantu Pembangunan Samosir Lewat Dua Pola
Kepala Desa Sekapuk Abdul Halim mengungkapkan, keberhasilan membangun Desa Sekapuk berkat dukungan penuh seluruh warga masyarakat dan perangkat desa. Ini merupakan realisasi dari ide dan janji kampanye saat mengikuti pemilihan kepala desa (pilkades) Sekapuk.
“Sejak diminta visi misi panitia pilkades, idenya menjadikan potensi desa terutama sektor pariwisatanya menjadi salah satu sumber pendapatan asli desa,” kata Abdul Halim kepada Beritaneka.com
Abdul Halim mengakui tidak mudah untuk mewujudkan ide tersebut. Banyak tantangan dan hambatannya. “Pasca tambang batu kapur yang tentu sulit dalam melakukan pembenahan dan penanaman. Kemudian, tempat pembuangan sampah dan kurangnya dukungan dari warga saat itu,” kata Abdul Halim. Namun, dia menemukan kuncinya, yakni harus berani GILA (Gagasan, Ide, Langsung Aksi).
Dengan langsung aksi, maka menguatkan silaturahmi akhirnya warga masyarakat desa termasuk perangkat desa mendukung penuh dan dapat diajak bekerja sama, berkolaborasi dan bersinergi membangun kawasan wisata di Desa Sekapuk. “Kita harus positif thinking dan mengubah mindset masyarakat desa, untuk yakin bahwa apa yang kita lakukan ini untuk kebaikan bersama,” kata Abdul Halim.
Baca Juga: Rayakan 1 Tahun IFS, Orang Indonesia Paling Dermawan Sedunia
Menurut kades berpenampilan nyentrik berambut gondrong dan berjenggot panjang ini, pemerintah pusat memberikan apresiasi, namun dukungan dana nol. Kecuali hanya dana desa yang diamanahkan, itupun penggunaannya sesuai juknis dan peraturan menteri dan peraturan bupati. Namun, Abdul Halim tidak patah arang. Dia berupaya terus menggali ide dan potensi desa dan sumber daya manusianya.
Caranya dengan mendirikan BUMDes Desa Sekapuk, yang kini memiliki 4 jenis usaha, yakni usaha wisata Selo Tirto Giri (Setigi), PDAM, Pengolahan Sampah dan Tambang Kapur. Dari usaha-usaha tersebut pada tahun 2020 BUMDes berhasil mengumpulkan laba bersih sebesar Rp7 miliar, sehingga mampu menyumbang Pendapatan Asli Desa (PAD) Rp2,047 miliar. Abdul Halim pun mendapat julukan kades miliarder.
“Tahun 2021 ini kami sudah targetkan laba BUMDes meningkat menjadi Rp9,9 miliar dan menyumbang PAD sebesar Rp3,412 miliar. Bagi kami, pandemi Covid-19 bukan kiamat tapi justru jadi semangat untuk bangkit,” tegas Abdul Halim. Di masa pandemi ini, warga desa dapat survive dengan membuka UMKM, berdagang, memproduksi bata putih dan menjadi mitra bumdes terutama di sektor wisata.
Baca Juga: Diskon PPnBM 100% Mobil Baru Diperpanjang Hingga Agustus 2021
Dari hasil tersebut, desa bisa memberikan beasiswa kepada pelajar asal Desa Sekapuk mulai SD, SMP, SMA hingga beasiswa untuk S1 (Sarjana) bagi anak-anak yang berprestasi dan dari keluarga kurang mampu. “Ke depan kami akan berusaha memberikan insentif bagi warga yang usianya tidak lagi produktif,” kata Abdul Halim.
Abdul Halim bersyukur dalam kurun waktu 3 tahun bisa membuka lapangan kerja bagi ratusan kepala keluarga, sehingga mayoritas warga desa dapat bekerja di desanya tanpa perlu bermigrasi ke kota-kota besar. “Alhamdulillah dari masyarakat yang pendapatan awalnya Rp400.000 sebulan bisa menjadi kisaran Rp6-7 juta per bulan,” kata dia.
Baca Juga: Tips Memilih Hewan Qurban
Selanjutnya, kades Sekapuk ini ingin membangun kawasan agrowisata dan hotel terapung. Baginya, maritim merupakan kearifan lokal dari masyarakat pesisir seperti Desa Sekapuk yang hanya berjarak 8 kilometer dari pesisir pantai. Selain untuk penginapan, hotel apung ini dapat menjadi wahana edukasi rekreasi bagi masyarakat.”Kami yakin akan semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke wilayah pesisir pantai utara Gresik ini ke Desa Sekapuk,” kata Abdul Halim. (el)
Beritaneka.com—Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menghadiri Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Indonesia Spice Up The World secara virtual, Rabu (30/6/2021).
Dalam rapat yang dipimpin Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan itu, Halim Iskandar menjelaskan soal pemetaan potensi dan BUMDes yang mendukung Program Indonesia Spice Up The World.
Halim Iskandar mengatakan jika Kementeri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bakal berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian terkait dengan potensi Industri Gastronomi.
Sedang untuk BUMDes, kata Halim Iskandar, masih terus dilakukan identifikasi Potensi.
“Ada potensi Jahe dan Jahe Merah, ada 13 BUMDes yang teridentifikasi dan terus dilakukan pendampingan,” kata Halim Iskandar.
Baca juga: Wujudkan Desa Bersih Narkoba, Kemendes Aktifkan Pos Jaga Gerbang Desa
Gus Halim, sapaan akrabnya, melanjutkan soal potensi yang dikelola BUMDes yaitu bawang merah dan kemiri ada di 11 BUMDes. Potensi pala dan cengkeh ada di tujuh BUMDes.
Juga terkait potensi Lada, Gula Merah dan Gula Semut di enam BUMDes serta potensi Kunyit, Kencur, Cabai dan Sereh Wangi di 11 BUMDes.
“Ini yang sekarang kita identifikasi, konsolidasi dan terus lakukan pendataan bersamaan dengan proses pemetaan dan pendataan BUMDes menuju Berbadan Hukum,” kata Gus Halim.
Imbas dari lahirnya UU Cipta Kerja membuat BUMDes bisa berbadan hukum dan memperluas cakupan kinerja BUMDes nantinya.
“Kami berharap, layaknya BUMDes yang telah sukses ekspor kopra dan vanila, nanti dukungan berbagai pihak, bakal lahir BUMDes yang juga lakukan ekspor,” tandas Gus Halim.
Baca juga: Kemendes PDTT dan KIP Jalin Kerjasama Keterbukaan Informasi Publik di Desa
Indonesia Spice Up The World adalah sebuah gerakan nasional yang sedang diusung pemerintah untuk tujuan meningkatkan nilai ekonomi di pariwisata, perdagangan dan investasi melalui industri gastronomi.
Gerakan nasional yang saat ini dikoordinasikan oleh Kementerian Kordinasi Maritim dan Investasi sudah digodok sejak Bulan Juni 2020 dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dari unsur pentahelix (Akademisi, Bisnis, Komunitas, Asosiasi, Pemerintah dan Media).
Rencananya akan diluncurkan di Dubai World Expo Oktober mendatang.
Beritaneka.com— Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar mengunjungi Desa Balongasem, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk, Sabtu (24/4). Ia meninjau produksi sepatu yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sejahtera di Desa tersebut.
Produksi sepatu dengan merk Baker’s ini baru berjalan sekitar dua tahun terakhir. Dengan memberdayakan tiga pekerja, BUMDes Sejahtera mampu memproduksi sekitar 20 pasang sepatu per hari.
Pria yang akrab disapa Gus Menteri ini mengatakan, sepatu yang diproduksi BUMDes sejahtera tersebut memiliki kualitas yang sangat bagus. Bahkan menurutnya, sepatu yang berbahan kulit asli dan kulit sintetis tersebut tidak kalah kualitasnya dengan produk-produk impor.
“Ini (sepatu Baker’s) asli produk sini (Desa Balongasem) Kualitasnya tidak kalah dengan sepatu impor,” ujarnya.
Baca juga: Dana Desa 2020 Terserap 99,95 Persen, Tertinggi dalam 6 Tahun Terakhir
Terkait hal tersebut, Gus Menteri mengajak seluruh masyarakat untuk tidak ragu membeli produk-produk lokal seperti halnya sepatu bermerk Baker’s ini.
Sebab menurutnya, selain kualitasnya yang memang mampu bersaing, membeli dan menggunakan produk lokal adalah upaya membantu meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Jangan khawatir. Beli ya,” ujarnya saat mengenakan sepatu Baker’s sambil mempromosikan sepatu hasil produksi BUMDes Sejahtera ini.
Baca juga: Menuju Desa Sejahtera, Gus Menteri Ingin Dana Desa Dikelola Secara Digital
Untuk diketahui, meski belum mampu memproduksi dalam jumlah besar, sepatu Baker’s telah memiliki konsumen hingga Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya.