Beritaneka.com—Tiga mahasiswa IPB University dari Departemen Fisika berhasil meraih medali emas dalam kompetisi Japan Design, Idea and Invention Expo 2021. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Ananda Thalia, Aldi Destia Lesmana, dan Vanya Azzahra Chairunissa.
Penghargaan ini diraih atas temuan mereka berupa alat non-invasif portable yang dirancang untuk membedakan ayam halal dari ayam non-halal beserta tingkat kesegarannya.
“Kompetisi ini diselenggarakan oleh World Invention Intellectual Property Associations. Seluruh proses perlombaan kami ikuti secara online hingga tahap penjurian yang dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2021,” ujar Ananda.
Baca juga: Alat Panen Kelapa Sawit Karya Mahasiswa IPB
Ananda menjelaskan, alat yang diberi nama Chilator tersebut terdiri dari dua pasang elektroda, mikrokontroler, LCD, baterai, dan data logger. Ia mengatakan, prinsip kerja dari alat ini adalah mengukur resistansi daging ayam menggunakan metode pengukuran resistivitas 4-probe.
Probe luar yang terbuat dari karbon ini akan mengalirkan arus ke ayam dan probe bagian dalam yang terbuat dari besi akan mengukur beda potensial yang dihasilkan oleh daging ayam.
“Bagian daging ayam yang dapat diamati dengan alat ini adalah dada, paha, dan sayap ayam yang dipotong dengan baik, bukan ayam tiren,” tambah Ananda.
Lebih lanjut, mahasiswa IPB University itu menjelaskan, Chilator digunakan dengan cara menempelkan bagian probe pada sampel ayam yang ingin diukur. Hasil pengukuran akan diolah oleh mikrokontroler hingga muncul hasilnya di LCD berupa nilai resistansi sampel dan informasi mengenai kesegaran sampel termasuk keterangan bahwa sampel tersebut adalah daging ayam segar atau ayam yang telah mati sebelum disembelih.
“Ayam halal memiliki rentang nilai resistansi 6,15 Ω– 28,53 Ω, sedangkan ayam tiren memiliki rentang nilai resistansi 1,68 Ω – 7,83 Ω. Nilai resistansi ayam tiren lebih rendah dari ayam halal. Kemudian nilai resistansi akan meningkat seiring dengan menurunnya kesegaran sampel ayam,” papar Vanya.
Baca juga: IPB Kembangkan Pemupukan Melalui Irigasi
Di bawah bimbingan Dr Akhiruddin Maddu dan tim telah dilakukan persiapan sejak bulan April 2021. Dosen IPB University dari Departemen Fisika itu mendampingi mahasiswanya sejak awal penentuan ide hingga penjurian. Meskipun proses bimbingan banyak dilakukan secara online namun hal tersebut tidak mengurangi kekompakan timnya.
“Ide ini muncul atas dasar pentingnya informasi tentang kelayakan konsumsi produk pangan seperti daging ayam yang beredar di pasaran, baik informasi kesegaran maupun kehalalannya. Alat ini dibuat untuk memudahkan konsumen dalam menilai dan membedakan mana daging ayam yang layak dikonsumsi bagi masyarakat, khususnya bagi umat muslim,” ujar Dr Akhiruddin.
Beritaneka.com—Hari Raya Idul Adha tidak lama lagi. Namun situasi pandemi COVID-19 tidak kunjung usai sehingga dapat menyulitkan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan kurban. Tata cara pelaksanaannya pun harus disesuaikan dengan mematuhi protokol kesehatan tanpa mengurangi nilai halal dan thayyib.
Demi memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pelaksanaan kurban selama pandemi, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta Kementerian Pertanian Republik Indonesia menggelar Webinar dengan topik “Pelaksanaan Kegiatan Kurban pada Situasi Pandemi COVID-19”, minggu ketiga Juni 2021.
Drh Supratikno, Dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan menyebutkan pelaksanaan kurban secara syar’i di masa pandemi harus tetap berpegang teguh pada dalil yakni bersikap ihsan kepada binatang sembelihan. Petugas penyembelih kini sudah mengetahui pengetahuan yang cukup, hanya perlu menyesuaikan trik yang tepat untuk menyiasati kegiatan kurban di kala pandemi.
Baca juga: Terkait Merdeka Belajar, Rektor IPB Nilai Perlu Regulasi yang Kondusif
Hal yang paling diutamakan menurutnya adalah petugas penyembelih telah benar-benar memastikan bahwa tata cara penyembelihan telah sesuai dengan syariah Islam. Hal lain yang perlu diperhatikan yakni fasilitas kurban karena tempat penyembelihan di luar Rumah Potong Hewan (RPH) sebagian besar masih kurang memadai.
Ia menyarankan kegiatan kurban agar sebaiknya dilakukan di RPH saja, ditambah petugasnya yang telah kompeten.
Peneliti di Halal Science Center (HSC) IPB University ini juga menyebutkan ada tiga kunci utama dalam penyembelihan yakni lingkungan tempat penyembelihan, kompetensi petugas, dan peralatan yang sesuai.
Selain itu, penyembelihan juga harus didasarkan pada lima prinsip dalam kesejahteraan hewan di samping syariah Islam. Hal tersebut patut diingat karena manajemen stress pada hewan kurban akan mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan.
Di masa pandemi, jumlah panitia disarankan tidak melebihi lima orang. Sedikitnya jumlah panitia akan mengurangi risiko penularan serta kontaminasi bakteri kepada daging.
“Ketika di tempat perobohan dan penyembelihan, hanya butuh lima orang dan pasti berdekatan sehingga harus diberi fasilitas yang mumpuni, diberi kacamata googles, masker yang nyaman, sarung tangan kain yang nyaman, serta jangan memakai pakaian yang mencolok,” jelas Pakar Juru Sembelih Halal (Juleha) IPB University ini.
Dr Med Vet drh Denny Widaya Lukman, Dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan juga menambahkan bahwa masyarakat tidak perlu takut hewan kurban akan menularkan COVID-19. Berdasarkan laporan, tidak pernah ada penularan COVID-19 yang berasal dari hewan, termasuk hewan potong. Adapun penularannya diakibatkan dari kontaminasi oleh petugas penyembelih. Sehingga sangat perlu memperhatikan kehigienisan tempat penyembelihan.
Baca juga: Rehabilitasi Ekosistem, Bappenas Beri Mandat IPB Kelola Pesisir Raja Ampat
Ia juga mengingatkan agar tempat penyembelihan tidak menjadi sumber pencemaran. Mengingat banyak laporan pembuangan limbah kurban masih dilakukan ke saluran pembuangan umum. Petugas juga perlu memperhatikan kebersihan di tempat penanganan daging.
Hal tersebut wajib diterapkan pada petugas yang menangani daging, peralatan yang kontak dengan daging, proses, serta tempat pemotongan dan penanganan berlangsung. Bila diabaikan, bakteri dapat berkembang biak dengan cepat bahkan dalam hitungan menit bila kondisinya optimal untuk tumbuh.
“Saya berharap agar jangan sampai kita mengotori daging sehingga menjadi kurang thayyib bagi penerima kurban, inilah yang menjadi tanggung jawab kita bersama. Terutama para penyelenggara hewan kurban agar daging yang dihasilkan tetap halal dan thayyib,” pungkasnya.
Beritaneka.com—Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya muslim, Indonesia menduduki 10 besar industri halal dalam berbagai bidang, terutama ekonomi syariah. Namun demikian, peringkat tersebut tidak lantas menjadikan Indonesia unggul dalam sains halal. Bahkan faktanya masih tertinggal dari Thailand. Negara dengan minoritas muslim ini memiliki pusat studi kajian halal terbesar di dunia.
Prof Arif Satria, Rektor IPB University menyebut lembaganya merupakan inisiator terbentuknya LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia). Yakni sebuah lembaga yang membantu pemerintah sebagai pemeriksa halal.
Baca juga: Terkait Merdeka Belajar, Rektor IPB Nilai Perlu Regulasi yang Kondusif
Dibentuknya lembaga tersebut, pada tahun 1989, merupakan komitmen IPB University untuk terus mengembangkan studi kajian halal. Sejak tahun berdirinya LPPOM MUI, banyak peneliti IPB University yang telah mengambil peran sehingga kini dapat dikembangkan Halal Science Center di IPB University.
“Halal Science Center IPB University ini menurut saya sebuah lembaga yang penting untuk riset pengembangan R&D (Research and Development). Terutama di bidang autentikasi bahan, teknologi inovasi halal dan sistem jaminan halal. Di saat yang bersamaan kita juga concern pada bidang pengembangan manusia serta menjadi alasan untuk memperkuat ekosistem sistem jaminan halal di Indonesia,” ungkap Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB University ini.
Melihat pangsa pasar halal yang luar biasa potensial, menurutnya Indonesia juga menjadi pasar yang menjanjikan. Terlebih lagi pertumbuhan penduduk muslim kian bertambah secara eksponensial dalam beberapa dekade terakhir.
Di tahun 2030, diperkirakan penduduk muslim dunia akan mencapai 2,2 milyar jiwa. Sudah teridentifikasi juga bahwa nilai ekonomi industri halal telah mencapai 1,8 triliun US Dóllar pada tahun 2015.
“Menurut saya, hal ini merupakan kesempatan bagi Indonesia yang memiliki nilai ekonomi, dari aspek konsumen. Dari produk makanan halal saja sudah mencapai 197 milyar US Dólar. Jadi artinya kita ini melihat potensi untuk produk-produk industri halal, untuk ekonomi. Dan di saat yang bersamaan memberikan akses pada masyarakat untuk mendapatkan produk halal. Ini saya kira merupakan hal yang sangat penting,” tambahnya.
Baca juga: Di Masa Pandemi Petani Binaan IPB University Bisa Ekspor
Ia belajar kuatnya sains halal dari Thailand terutama dengan hadirnya pusat studi kajian halal di Universitas Chulalongkorn. Menurutnya kekuatan tersebut tidak lepas dari komitmen Thailand sebagai “kitchen of the world”. Sehingga menjadikan Thailand untuk siap menyajikan produk pangan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dunia.
“Artinya, Indonesia sebagai negara mayoritas muslim sudah saatnya untuk turut bersaing sebagai pemimpin industri halal di dunia,” tutupnya.
Beritaneka.com—Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mendorong agar produk-produk Indonesia menguasai pasar halal dunia. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk melakukan hal tersebut.
“Indonesia memiliki potensi pasar besar bagi produk muslim. Kita tentu sangat ingin Indonesia juga menjadi produsen dan eksportir produk halal terbesar di dunia,” kata Wapres Ma’ruf Amin saat membuka acara Indonesia Industrial Moslem Exhibition (II-Motion) 2021, secara virtual, Kamis (3/6/2021).
Wapres mengungkapkan, berdasarkan data OIC Economic Outlook 2020, di antara negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI, Indonesia masih menjadi eksportir terbesar kelima dengan proporsi 9,3 persen, di bawah Arab Saudi (14,5 persen), Malaysia (13,3 persen), Uni Emirat Arab (12,3 persen), dan Turki (10,1 persen). Indonesia juga merupakan importir terbesar keempat dengan proporsi 8,4 persen di bawah Uni Emirat Arab (12,2 persen), Turki (12,1 persen), dan Malaysia (11,8 persen).
Baca Juga: PAN Sebut Soetrisno Bachir Jadi Capres 2024
Untuk itu, Wapres berharap agar potensi Indonesia sebagai pasar produk muslim harus dibarengi dengan peningkatan kinerja ekspor Indonesia ke luar negeri khususnya ke negara-negara OKI.
“Indonesia harus lebih gigih berusaha menguasai pasar halal dunia khususnya negara-negara OKI,” ujarnya.
Untuk mewujudkannya, Wapres memaparkan sedikitnya ada empat langkah strategis yang dapat dilakukan. Pertama, dengan mengembangkan riset halal dan meningkatkan substitusi impor.
“Yang kedua, dengan mambangun kawasan-kawasan halal yang terintegrasi dengan fasilitas logistik halal. Ketiga, dengan membangun sistem informasi halal termasuk mempercepat proses penyelesaian sertifikat halal,” ujarnya.
Terakhir, lanjut Wapres, adalah dengan meningkatkan kontribusi produsen-produsen produk halal, baik skala mikro, menengah, dan besar untuk ekspor produk halal ke seluruh dunia (Global Halal Value Chain).
“Melihat berbagai potensi yang kita miliki, ditambah dukungan pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal, saya optimis Indonesia mampu menjadi produsen produk halal terbesar di dunia dalam waktu mendatang,” kata Wapres Ma’ruf Amin.
Baca Juga: BI Mau Terapkan Mata Uang Digital, DPR Minta Dikaji Lebih Dalam
Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melaporkan penyelenggaraan II-Motion 2021 ini diharapkan dapat meningkatkan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia.
“Alhamdulillah, berdasarkan rilis terbaru, PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Mei 2021 tercatat pada posisi 55,3, naik dari 54,6 pada bulan April sebelumnya. Hal ini merupakan catatan rekor tertinggi dalam sejarah Indonesia,” kata Menperin.
Menperin Agus Gumiwang juga berharap agar event bertema “Indonesian Halal Industry Today” yang diikuti 138 peserta dari kelompok komoditi makanan dan minuman, mode/feshion, kosmetik, perhiasan dan perlengkapan rumah tangga ini, dapat menjadi jalan untuk mewujudkan Indonesia sebagai produsen produk halal terbesar di dunia.
“Melalui acara II-Motion 2021 ini diharapkan dapat membuka dan memperluas jangkauan pemasaran produk muslim Indonesia, mendorong pertumbuhan industri kecil dan menengah produk muslim, memperkuat citra Indonesia sebagai pemain penting dalam industri halal dunia, serta mendukung upaya Indonesia untuk menjadi produsen produk halal terbesar di dunia,” kata Menperin Agus Gumiwang.
Baca Juga: Jemaah Haji Gagal Berangkat, Pemerintah Diminta Jelaskan Diplomasi Maksimal yang Dilakukan
Sebagai informasi, State Global Islamic Economic Report 2020-2021 melaporkan tingkat konsumsi masyarakat muslim dunia mencapai 2,02 triliun Dolar Amerika Serikat (AS) di sektor makanan, farmasi, kosmetik, mode, perjalanan dan media/rekreasi halal. Sebagai contoh, pengeluaran untuk modest fashion mencapai 277 miliar Dolar AS, meningkat 4,2 persen dari tahun sebelumnya, dan diperkirakan mencapai 311 miliar Dolar AS pada 2024.
Turut hadir dalam acara ini Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Pimpinan dan Anggota Komisi VI DPR RI, segenap Pengurus OASE Kabinet Indonesia Maju, Ketua Umum dan Pengurus Inti Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), para Pejabat Kementerian dan Lembaga terkait, serta para Peserta Pameran dan Pelaku Usaha yang berpartisipasi dalam II-Motion 2021