Beritaneka.com—Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun mengatakan kritikan yang diberikan BEM UI kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai The King of Lip Service adalah kritikan yang cerdas.
“Kritikan King of Lip Service itu bukan kritikan yang kasar, itu justru kritikan yang cerdas,” katanya.
Kritikan tersebut menjadi viral lantaran surat rektorat UI. “Dan alhamdulilah kritikan itu bisa viral sendiri dari pihak rektorat karena berusaha melarang, berusaha untuk mengklarifikasi, berusaha untuk mengatakan aturan yang melanggar,” katanya.
Baca Juga: BEM UI Beri Predikat The King of Lip Service, Ini Respons Presiden Jokowi
Padahal menurut Refly, pihak rektorat UI yang melanggar aturan apabila merangkap jabatan sebagai komisaris BUMN.
Rektor UI Prof Ari Kuncoro diduga melakukan rangkap jabatan menjadi Komisaris BUMN.Padahal, berdasarkan Statuta UI melarang rektor merangkap jabatan menjadi Komisaris BUMN.
Mengenai hal ini, Refly Harun menyebutkan pengangkatan komisaris berhubungan dengan pemerintah.
“Ari Kuncoro konon katanya mewakili sebagai wakil komisaris utama independen. Tapi orang tahu semua, mau independen dan tidak independen yang menentukan pengangkatan komisaris itu adalah pemegang saham. Jadi tidak mungkin dia tidak relay on dengan pemerintah atau penguasa,” kata Refly Harun yang kami kutip dari akun Youtube official Refly Harun hari ini.
Beritaneka.com—“Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya,” tulis @BEMUI_Official sambil mengunggah sebuah poster “Jokowi: The King of Lip Service”, yang kemudian menjadi viral.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) merespons yang disampaikan BEM UI merupakan bentuk dari pembelajaran dalam mengekspresikan pendapat. “Ya saya kira biasa saja, mungkin mereka sedang belajar mengekspresikan pendapat. Tapi yang saat ini penting ya kita semuanya memang bersama-sama fokus untuk penanganan pandemi Covid-19,” kata Presiden Jokowi dalam keterangan pers yang kami saksikan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (30/6/2021).
Baca Juga: Kades Sekapuk Abdul Halim: Pandemi Bukan Kiamat, Tapi Semangat Bangkit
Jokowi menilai, kritik boleh dilakukan dalam iklim negara demokrasi. Kritik dari mahasiswa tidak perlu dihalangi oleh pihak kampus. “Universitas tidak apa, tidak perlu menghalangi mahasiwa untuk berekspresi, tetapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan,” kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, kritik yang disampaikan BEM UI menjadi satu dari sekian banyak julukan yang diberikan kepadanya. “Ya itu kan sudah sejak lama ya, dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer, ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo, kemudian ganti lagi ada yang bilang saya ini otoriter,” kata Jokowi.