Beritaneka.com—IPB University terus berupaya menghadirkan aura industri di kampus melalui kehadiran Teaching Factory. Teranyar, Rektor IPB University, Prof Arif Satria meresmikan Teaching Factory Sorinfer Fakultas Peternakan IPB University di Unit Pendidikan dan Penelitian (UP3) Jonggol, 26/1.
Bekerja sama dengan PT Santana Manggala Karya, Teaching Factory Sorinfer ini merupakan fasilitas mutakhir untuk praktikum dan penelitian mahasiswa dalam bidang budidaya hingga produksi hijauan pakan secara mekanik dan industri.
Baca juga: IPB dan Warga Sekitar Bersinergi, Manfaatkan Sampah Jadi Souvenir
Sorinfer sendiri merupakan produk pakan fermentasi dengan nutrien lengkap dan seimbang. Berbahan sorgum dan indigofera yang juga diperkaya dengan bahan tambahan lainnya. Sehingga sangat bagus untuk kebutuhan nutrisi ternak.
“Sorinfer merupakan pakan komplit fermentasi yang siap saji. Dengan Sorinfer, memberi pakan menjadi mudah. Peternak tidak perlu lahan luas (untuk mendapatkan rumput hijauan). Cukup dengan sorinfer, kebutuhan nutrisi ternak dapat terpenuhi,” ujar Prof Luki Abdullah, Ketua Tim Peneliti.
Selain komplit, lanjut dia, keunggulan lain Sorinfer dapat disimpan dalam waktu lama. Bahkan mampu bertahan hingga tiga tahun jika kemasan tidak dibuka. Di samping itu, karena proses fermentasi, ternak menjadi sangat suka berkat aroma yang dihasilkan.
Baca juga: Tim Mobile Legend IPB Juara 1 dan 2 di Atma Jaya E-sport Festival Week 2022
Ia menjelaskan, produksi Sorinfer di tempat ini didukung mesin yang dirancang dengan kapasitas produksi 20 ton per hari. Jika dikalkulasi, dalam sehari, dapat menghasilkan omset 50-75 juta rupiah.
“Di Indonesia, memang industri completed feed belum banyak. Saya kira ini yang pertama di universitas. Ini merupakan buah karya riset kami sejak 2016 hingga saat ini. Semoga Tefa Sorinfer ini dapat menjadi inspirasi bagi para peneliti dan juga industri,” terangnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyampaikan, selain menjadi inspirasi, inovasi Sorinfer ini mampu menjadi solusi permasalahan pakan dalam negeri. Sorinfer sangat membantu para peternak yang tak memiliki lahan yang luas untuk memenuhi kebutuhan pakan.
“Sorinfer bisa menjadi jawaban permasalahan pakan saat ini. Dimana tidak semua peternak memiliki lahan yang cukup. Tidak semua juga mampu memformulasikan pakan yang berkualitas. Sorinfer adalah jawabannya,” ujarnya.
Baca juga: Lewat Tefa, Sekolah Vokasi IPB Hadirkan Aura Industri di Kampus
Rektor IPB University, Prof Arif Satria dalam peresmian itu menyatakan bahwa pembangunan Teaching Factory merupakan program IPB University untuk memfasilitasi pendidikan mahasiswa. Teaching Factory hadir agar mahasiswa dapat hands on terhadap kompetensi yang diperlukan market saat ini.
“IPB University ingin membangun berbagai Teaching Factory yang terbaik dan paling modern di Indonesia, sehingga dapat memotivasi generasi muda untuk berkiprah di bidang pertanian,” ujarnya.
Menurutnya, Teaching Factory Sorinfer ditujukan sebagai sarana pembelajaran dan penelitian bagi mahasiswa, dosen dan masyarakat. Inovasi ini mendapatkan dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam bingkai program Kedai Reka.
Usai memberikan sambutan, Rektor IPB University menandatangani prasasti peresmian Teaching Factory Sorinfer, pemotongan pita pabrik dan melepaskan truk pengiriman produk Sorinfer ke konsumen.
Peresmian ini dihadiri oleh sejumlah pimpinan IPB University diantaranya Wakil Rektor bidang Internasionalisasi, Kerjasama dan Hubungan Alumni, Prof Dodik Ridho Nurrochmat, Wakil Rektor bidang Inovasi dan Bisnis, Prof Erika Budiarti Laconi, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dr Ernan Rustiadi, beserta jajarannya.
Beritaneka.com—Industri pakan di Indonesia masih dihadapkan pada dinamika ketersediaan bahan baku pakan yang musiman dan tidak berkelanjutan. Kondisi pandemi COVID-19 kian menambah kesemrawutan khususnya dalam ketersediaan bahan baku lokal dan impor.
Menanggapi hal tersebut, PT Buana Karya Bhakti bersama IPB University mencoba memberikan solusi atas dinamika industri pakan nasional. Solusi yang ditawarkan diantaranya adalah pemanfaatan Bungkil Inti Sawit atau Palm Kernel Meal (PKM) sebagai bahan pakan alternatif sumber energi dan protein.
PKM merupakan hasil sampil dari industri pengolahan kelapa sawit dengan ketersediaan di Indonesia sangat tinggi. PKM diharapkan dapat memberikan solusi atas ketersediaan bahan baku pakan yang berkualitas dan berkelanjutan dengan harga kompetitif. Dengan demikian, inovasi ini dapat memberikan dampak signifikan pada kemajuan industri pakan dan peternakan.
Baca juga: Pakar IPB: Akibat Perubahan Iklim, Suhu Bumi akan Naik 2 Derajat Celcius
PT Buana Karya Bhakti bersama IPB University hendak memperkenalkan Palmofeed sebagai produk unggulan melalui webinar “Mengulas Inovasi Palm Kernel Meal Terolah (Palmofeed) sebagai Bahan Pakan Fungsional Sumber Energi dan Protein” yang digelar di Hotel Santika, Bogor, awal pekan ini.
Prof Arif Satria, Rektor IPB University mengatakan bahwa dirinya sangat bangga pada Prof Nahrowi sebagai peneliti yang mengembangkan produk-produk sampingan sawit sebagai pakan ternak. Terobosan Palmofeed sebagai pakan fungsional yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan peternak dalam produktivitasnya. Ia juga meyakini hasil riset tersebut dapat dikembangkan bagi sektor perikanan yang juga mengalami dinamika pada biaya operasionalnya.
“Bila kita sudah bisa meningkatkan dalam hal kemandirian pangan dalam hal pakan, maka industri peternakan kita akan semakin berkembang pesat. Karena bagaimanapun juga Indonesia dihadapkan pada upaya untuk meningkatkan pemenuhan protein dari masyarakat kita,” katanya.
Baca juga: Pakar Gizi IPB University: ASI Ekslusif dan Program Menyusui Dua Tahun dapat Turunkan Angka Stunting
Lebih lanjut ia menerangkan, konsumsi daging masih relatif rendah dibanding negara lain sehingga perlu terus didorong agar kecukupan protein hewani meningkat. “Jadi pakan dari PKM ini merupakan inovasi yang ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan,” sebutnya.
Prof Nahrowi, Guru Besar IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan (Fapet) sekaligus ahli Palmofeed, menyampaikan hasil riset inovatif PKM bagi pakan ternak. Ia menyoroti bungkil sawit yang tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk bahan pakan lokal. Informasi mengenai pemakaian bungkil sawit juga belum jelas. Umumnya, bungkil sawit hanya digunakan sebagai bahan pengisi hingga tiga persen saja.
Padahal, kata Prof Nahrowi, apabila dilihat dari ketersediaannya dibandingkan bahan pakan lain seperti jagung, bungkil sawit tersedia di segala musim. Teknologi yang digunakan juga sudah established, walaupun kualitas masih bervariasi sehingga masih perlu ditangani.
Ia berpendapat jika berbicara kualitas bahan pakan, hal tersebut bukan merupakan tanggung jawab industri pakan namun produsen sawitnya. Produsen sawit dinilai masih kurang perhatian sehingga tidak ada upaya untuk memperbaiki kualitas bungkil sawit yang masih bervariasi. Maka dari itu ia berupaya untuk menggandeng PT Buana Karya Bhakti agar produsen sadar bahwa bungkil sawit belum bisa dipakai untuk unggas sehingga perlu sentuhan teknologi. Menurutnya, apabila hulunya sudah dikuasai, maka hilirnya akan mudah untuk dikelola.
Lebih lanjut Prof Nahrowi menjelaskan, kekhawatiran utama selain kualitas yang beragam, kandungan mikotoksin atau non starch polissacharydes juga menjadi urusan peneliti. Kandungan mannan oligosakarida yang 20 kali lebih tinggi juga tidak direkomendasikan untuk pakan unggas.
Namun demikian, secara keseluruhan Palmofeed memiliki kualitas kimia lebih baik terutama pada kandungan serat yang jauh lebih rendah daripada PKM mentah. Selain itu, Palmofeed juga telah mengantongi beberapa paten dan berdasarkan analisis biayanya, harga per gram proteinnya relatif lebih murah dibandingkan bahan baku pakan lainnya. Ia berharap agar Palmofeed tersebut dapat dipakai oleh peternak secara nasional.
“Saya berharap banyak pada nutrisionist dan formulator yang punya keberanian dalam menyusun ransum terbaik menggunakan palmofeed. Saya juga berharap teman-teman di lapangan dapat menggunakan bahan pakan ini secara optimal,” tuturnya.