Oleh : Haidir Fitra Siagian, Perantau Sipirok di Australia
Beritaneka.com—Memastikan rasa aman bagi masyarakat adalah salah satu keharusan yang harus diperhatikan oleh suatu pemerintahan. Akan sulit mendapatkan ketenangan dan kebahagian jika rasa aman tidak terpenuhi. Itulah sebabnya mengapa di sebagian negara maju, faktor keamanan menjadi prioritas utama dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya.
Kita dapat merasakan pada masa lampau di sejumlah daerah, jika rasa aman tidak dapat dijamin oleh pemerintah, maka rakyatnya tidak akan bisa hidup dengan normal. Segala sesuatunya akan dialami dalam ketidakpastian atau bahkan dalam rasa was-was. Sebaliknya jika rasa aman bisa dijamin oleh pemerintah, rakyat akan dapat menjalani hidup dengan baik. Perekonomian berputar secara normal, demikian pula sektor kehidupan lainnya.
Sore hingga malam ini, kami berada di kawasan Lakemba New South Wales Australia. Jarak dari rumah kami sekitar 90 km atau dua jam perjalanan naik kereta api. Sesuai rencana, kami berbuka puasa di Masjid Ali Bin Abu Talib atau biasa pula dikenal sebagai Masjid Lakemba. Masjid ini berada di dalam kawasan perumahan dan pinggir jalan raya. Dikelola oleh muslim keturunan Timur Tengah dan sebagian dari Asia Selatan.
Pengurus menyajikan hidangan buka puasa ala Timur Tengah. Mereka memasak sendiri di bagian sampai depan masjid. Selain menyediakan kurma dan buah-buahan lokal, juga tersedia nasi ayam dengan rasa Timur Tengah. Di sela-sela menunggu waktu berbuka, seorang bapak yang sudah hampir tua dengan jenggot dan jambang lebat putih, mendatangi kami. Dia membawa satu kantong plastik makanan ringan. Dia membagi-bagikan kepada kami. Satu orang satu bungkus. Katanya, istrinya di rumah yang buat. Ternyata itu adalah sebiji kurma yang dibelah dan di dalamnya dimasukkan buah tin yang diiris kecil-kecil.
Selesai berbuka dan salat Magrib, kami masuh tinggal sejenak. Seorang pengurus menawarkan makanan lain kepada kami. Setelah itu, kami bantu beliau merapikan ruang makan tempat yang tempat buka puasa tadi yang berada di lantai dasar masjid.
Karena rumah kami sangat jauh dan tidak ada niat bermalam (padahal di kawasan ini ada teman baik warga KKSS maupun warga Muhammadiyah), kami tidak ikut salat Tarwih dan harus segera pulang. Dari masjid ke stasiun kereta api berjarak kurang dari satu kilometer. Menyusuri pedesterian yang cukup bagus. Beberapa kawasan terdapat pohon-pohon yang rindang dan taman bunga. Selanjutnya kami melewati kawasan pertokoan.
Ternyata kawasan pertokoan ini sangat ramai pada malam hari terutama selama bulan suci Ramadan. Banyak warga yang datang berbelanja dan berbuka puasa bersama. Sepanjang jalan terlihat toko-toko dan restoran. Hampir semua penjual makanan di sini adalah halal. Sebagian besar pemilik toko adalah keturunan Timur Tengah. Ada pula dari Turki dan Asia Selatan. Mereka menjual makanan sesuai ciri khas asal negara masing-masing.
Paling ujung sekali, terdapat sebuah restoran masakan asli Indonesia. Namanya “Warung Kita”. Darimana lagi kalau bukan dari Padang Sumatera Barat. Warung ini menjual makanan Padang dengan rasa asli. Kami tidak singgah makan karena baru saja makan di masjid. Dari luar, tampak ramai pengunjung yang sedang menikmati hidangan bersama keluarga masing-masing.
Kami sempat berpapasan dengan beberapa orang polisi yang sedang patroli. Di dekat lampu merah, terparkir tiga mobil polisi. Pada kesempatan lain, kami pun melihat dua orang polisi yang masing-masing menunggang kudanya. Kudanya cukup besar dan tinggi. Di Indonesia, saya tidak pernah melihat kuda sebesar ini. Meskipun itu adalah binatang, tapi patuh pada aturan lalu lintas. Saat lampu merah berhenti, dan tidak melambung kendaraan lain.
Keberadaan polisi berkuda dan polisi lainnya yang sedang patroli itu, adalah untuk memastikan rasa aman bagi masyarakat yang ada di sekitar Lakemba. Karena kawasan ini sangat ramai, terutama nanti setelah selesai salat Tarwih, maka akan semakin ramai lagi. Biasanya jalan raya ditutup dari ujung ke ujung, sehingga jalanan dijadikan sebagai pasar malam. Namun tahun ini, jalanan tidak ditutup, untuk menghindari kerumunan warga sebagai dampak pandemi Covid-19 yang lalu. Meskipun keadaan di sini sudah normal, tetapi kewaspadaan masih terus dilakukan.
Satu hal lagi yang menarik perhatian saya adalah toilet. Satu bangunan sebesar ukuran kontainer berada di pinggir jalan dekat dengan taman, persis di depan sebuah cafe tempat kami minum teh. Bangunan itu adalah toilet modern. Saya katakan modern bukan untuk membesar-besarkan. Tapi memang betulan.
Pintunya otomatis, aliran air juga otomatis. Juga siraman ke lobang toilet pun otomatis. Tak perlu menimba air atau menekan tombol. Selesai buang hajat, tinggalkan saja. Air otomatis akan mengalir menyirami seluruh lobang kloset. Suasana di dalam cukup nyaman. Bersih dan dingin, full ac. Di luar, ada kursi tempat menunggu bagi yang antri. Dan satu lagi, full musik.
Meskipun toiletnya bagus dan full musik, tapi pengguna tak perlu mengeluarkan kocek membayarnya. Di Australia tidak ada toilet yang membayar. Semuanya gratis. Di hampir seluruh kawasan dan tempat-tempat umum, terdapat toilet yang nyaman. Dari mana biaya pemeliharaannya? Dari berbagai pajak yang dibayar oleh warga. Pemerintah menganggarkan dana yang memadai untuk memelihara toilet. Pada umumnya, dua kali sehari, petugas kebersihan akan datang membersihkan, mengisi tissu, sabun tangan dan memastikan bahwa setiap saat toilet itu nyaman bagi penggunanya.