Beritaneka.com—Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta, Sabtu 8 Mei 2021, selama tiga jam dengan lancar dan sukses menggelar Webinar Diskusi Publik dengan tema Capres 2024: Saling Intip Partai Politik.
Even yang menghadirkan narasumber Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Hermawi Taslim, dan ahli komunikasi politik Universitas Mercu Buana Dr. A. Rahman, HI., M.Si., CIC
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari yang hadir sebagai pemantik diskusi, memulai pemaparannya dengan menceritakan pertemuan Ketua Umum Demokrat AHY dan Gubernur DKI, Anies Baswedan. Qodari menyebut pertemuan itu sebagai bentuk komunikasi politik paling nyata menjelang Pilpres 2024. Bukti partai politik, sudah menyusun dan mengkalkulasi figur-figur yang memiliki peluang besar untuk menang.
Baca juga: Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UMB Gelar Diskusi Publik, Membaca Peta Pilpres 2024
Qodari menyebut, calon –calon pilpres 2024 yang mau maju, tidak bisa hanya bicara dan bekerja meningkatkan elektabilitas. Namun, harus melakukan pendekatan yang intens pada partai politik, karena menurut UU No 7 tahun 2017 Tentang Pemilu, calon hanya bisa maju jika diusung partai politik yang memiliki 20 persen suara. Dari Hitungan Qodari, syarat untuk bisa maju pilpres membutuhkan 115 kursi anggota DPR. Diantara partai yang memiliki kursi di DPR, hanya PDIP bisa maju sendiri karena memiliki kursi diatas 20 persen.
“Partai politik tidak sembarangan mencalonkan, tapi melihat figur yang memiliki peluang besar,” ujar Qodari.
Lebih lanjut Qodari menjelaskan, berdasarkan data yang dilakukan beberapa lembaga survei, seperti SMRC, Charta Politika, Indikator, Litbang Kompas ada beberapa nama yang muncul diperingkat paling tinggi. Nama-nama itu, Joko Widodo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Berdasarkan data itu, Qodari memetakan tiga skenario calon presiden yang akan muncul pada pilpres 2024. Skenario Pertama, Jokowi-Prabowo versus lawan kotak kosong. Dengan catatan, jika terjadi amandemen UUD 1945 dan klausul jabatan tiga periode presiden diterima. Skenario kedua Prabowo VS Anies. Jika Prabowo didukung PDIP. Anies didukung Partai Islam seperti PKB, PP atau PAN. Sedangkan skenario 3, ada tiga calon presiden yang muncul Prabowo vs Anies vs Ganjar.
Baca juga: Dua Gugatan Moeldoko Cs Terhadap Demokrat AHY Ditolak Pengadilan
“Dari skenario yang ada itu, mungkin terjadi pasangan calon tunggal. Tidak menutup kemungkinan,” tegas Qodari.
Calon tunggal tidak tertutup kemungkinannya karena amandemen UUD 1945 memang tidak dilarang. Tiga periode yang dijabat Jokowi besar peluangnya, karena pemilih Jokowi dan Prabowo besar. Qodari menegaskan, tiga periode bagi Jokowi dan Prabowo sebenarnya menjadi solusi bagi polarisasi yang cukup lebar terjadi di masyarakat.
Variabel apa saja yang menentukan calon pilpres didukung partai politik? Qodari menyebut ideologi politik menentukan pencalonan, disamping varibel lainnya yakni kedekatan personal.
Seperti apa peluang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang akan berkahir masa jabatanya sebagai Gubernur tahun 2022? Menurut catatan Qodari, justru akan memberikan keuntungan tersendiri jika dibandingkan calon presiden yang menjabat hingga tahun 2024. Jika pemilu presiden jadi dipercepat pada Pebruari 2024, tahapan pemilu Juli 2023 sudah dimulai. Paling diuntungkan justru Anies Baswedan. Anies baru selesai masa jabatannya Oktober 2022.
“Anies ada waktu 8 bulan keliling nusantara secara bebas karena tidak terikat dengan jabatan. Calon-calon lain kesulitan dalam hal itu. Kalau menteri sulit dan tidak leluasa,” tegasnya.