Beritaneka.com—Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya muslim, Indonesia menduduki 10 besar industri halal dalam berbagai bidang, terutama ekonomi syariah. Namun demikian, peringkat tersebut tidak lantas menjadikan Indonesia unggul dalam sains halal. Bahkan faktanya masih tertinggal dari Thailand. Negara dengan minoritas muslim ini memiliki pusat studi kajian halal terbesar di dunia.
Prof Arif Satria, Rektor IPB University menyebut lembaganya merupakan inisiator terbentuknya LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia). Yakni sebuah lembaga yang membantu pemerintah sebagai pemeriksa halal.
Baca juga: Terkait Merdeka Belajar, Rektor IPB Nilai Perlu Regulasi yang Kondusif
Dibentuknya lembaga tersebut, pada tahun 1989, merupakan komitmen IPB University untuk terus mengembangkan studi kajian halal. Sejak tahun berdirinya LPPOM MUI, banyak peneliti IPB University yang telah mengambil peran sehingga kini dapat dikembangkan Halal Science Center di IPB University.
“Halal Science Center IPB University ini menurut saya sebuah lembaga yang penting untuk riset pengembangan R&D (Research and Development). Terutama di bidang autentikasi bahan, teknologi inovasi halal dan sistem jaminan halal. Di saat yang bersamaan kita juga concern pada bidang pengembangan manusia serta menjadi alasan untuk memperkuat ekosistem sistem jaminan halal di Indonesia,” ungkap Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB University ini.
Melihat pangsa pasar halal yang luar biasa potensial, menurutnya Indonesia juga menjadi pasar yang menjanjikan. Terlebih lagi pertumbuhan penduduk muslim kian bertambah secara eksponensial dalam beberapa dekade terakhir.
Di tahun 2030, diperkirakan penduduk muslim dunia akan mencapai 2,2 milyar jiwa. Sudah teridentifikasi juga bahwa nilai ekonomi industri halal telah mencapai 1,8 triliun US Dóllar pada tahun 2015.
“Menurut saya, hal ini merupakan kesempatan bagi Indonesia yang memiliki nilai ekonomi, dari aspek konsumen. Dari produk makanan halal saja sudah mencapai 197 milyar US Dólar. Jadi artinya kita ini melihat potensi untuk produk-produk industri halal, untuk ekonomi. Dan di saat yang bersamaan memberikan akses pada masyarakat untuk mendapatkan produk halal. Ini saya kira merupakan hal yang sangat penting,” tambahnya.
Baca juga: Di Masa Pandemi Petani Binaan IPB University Bisa Ekspor
Ia belajar kuatnya sains halal dari Thailand terutama dengan hadirnya pusat studi kajian halal di Universitas Chulalongkorn. Menurutnya kekuatan tersebut tidak lepas dari komitmen Thailand sebagai “kitchen of the world”. Sehingga menjadikan Thailand untuk siap menyajikan produk pangan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dunia.
“Artinya, Indonesia sebagai negara mayoritas muslim sudah saatnya untuk turut bersaing sebagai pemimpin industri halal di dunia,” tutupnya.
Beritaneka.com—Tidak terasa hari Raya Idul Kurban sebentar lagi tiba. Di mana-mana bermunculan pedagang hewan kurban musiman, bahkan sampai swalayan pun ikut menjual hewan kurban dengan harga ditentukan berdasarkan berat badan.
Pertanyaanya, apakah hewan tersebut memenuhi syarat sebagai hewan kurban Melihat perkembangan yang ada, drh Supra Tikno menjelaskan, berbeda dengan hewan yang disembelih untuk konsumsi sehari-hari, hewan kurban memiliki kriteria tertentu agar memenuhi persyaratan yang disyariatkan.
Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB University itu menjabarkan, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai hewan kurban antara lain sehat, tidak cacat, tidak kurus, dan cukup umur.
Baca juga: Belajar Kesejahteraan Kuda Andong
Lebih lanjut, drh Supra Tikno menjelaskan, hewan yang sehat memiliki ciri-ciri aktif bergerak, saling menaiki, nafsu makan baik, rambut atau bulu tidak kusam, cermin hidung basah, mata bersinar, mulut, hidung dan anus bersih.
“Biasanya, hewan tersebut punya surat keterangan kesehatan hewan (SKKH),” ujar drh Supra Tino, yang merupakan peneliti di Halal Science Center (HSC) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University.
Untuk mengetahui hewan sehat, ia juga menjelaskan tata cara menilai hewan yang sehat. Pertama, hewan dilihat dari sisi kanan, kiri depan dan belakang untuk melihat kondisi fisiknya. Kedua, sebelum membeli hewan, pembeli dapat meminta pedagang untuk menjalankan hewan yang mau dibeli.
Ketiga, perlu memeriksa kaki dan kuku hewannya. Keempat, memberikan pakan pada hewan, dan memeriksa secara seksama lubang tubuh dan mata. Serta yang terakhir adalah memeriksa cermin hidung, apabila kering maka menunjukkan hewat tersebut sakit atau demam.
Syarat hewan qurban berikutnya adalah hewan tersebut tidak cacat. Ciri hewan yang cacat antara lain telinga rusak, ekor terpotong, pincang, buta, dan buah zakar atau testis tidak lengkap.
Dosen IPB University itu juga mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yaitu, “Tidak bisa dilaksanakan qurban binatang yang pincang, yang nampak sekali pincangnya, yang buta sebelah matanya dan nampak sekali butanya, yang sakit dan nampak sekali sakitnya dan binatang yang kurus yang tidak berdaging/berlemak. “
Syarat hewan qurban lainnya, lanjut drh Supra Tikno, adalah hewan tidak kurus. Ia menjelaskan, hewan kurus dapat dilihat dari adanya penonjolan tulang-tulang rusuk atau iga, tulang bagian pinggang, dan pinggul.
Syarat terakhir adalah hewan yang akan dikurbankan telah cukup umur. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, “Jangan kamu menyembelih untuk qurban melainkan yang “mussinah”(telah berganti gigi) kecuali jika sukar didapat, maka boleh berumur satu tahun (yang masuk kedua tahun) dari kambing maupun domba.”
“Tidak pernah dipersyaratkan ukuran berat hewan qurban sama sekali, yang ada adalah mussinah atau berganti gigi, jika sulit mencari hewan mussinah maka boleh tsaniyyah atau telah genap satu tahun untuk domba maupun kambing,” kata drh Supra Tikno.
Baca juga: IFS Kunjungan Silaturahmi ke Wardah
Sementara untuk umur sapi, telah memasuki tahun ke dua (minimal 13 bulan) atau 2 tahun (sapi) memasuki tahun ketiga (minimal 25 bulan). Ketika tsaniyyah susah didapat maka alternatif terakhir adalah yaitu Jazaah yaitu hanya untuk domba ekor gemuk atau Gibas yang telah genap 6 bulan masuk ke bulan ke tujuh.
Assesor Profesi Juru Sembelih Halal dari IPB University ini juga menjelaskan, tentang gambaran untuk melihat gigi hewan sudah mussinah atau sudah berganti gigi.
“Perhatikan gigi paling tengah, jika sudah berganti maka akan sangat besar dan sangat berbeda dengan gigi di sebelahnya. Akar giginya juga sudah masuk lebih dalam ke dalam gusi,” tegas drh Supra Tikno.
Beritaneka.com—Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Sekolah Vokasi IPB University berhasil menggelar Festival Legislasi secara daring beberapa waktu lalu. Hadir dalam festival ini, Eva Zainal Abidin, B.Comm anggota aktif DPD RI Dapil Jawa Timur dan Dr Dede Yusuf, ME, ST, MIPol, Wakil Ketua Komisi X DPR RI.
Dalam kesempatan ini, Eva membahas tentang Legislator Muda. Menurutnya, mahasiswa sebagai generasi Z harus mampu membuka ruang partisipasi. Para legislator muda harus belajar dan bersiap dalam mengambil alih estafet kepemimpinan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Terkait Merdeka Belajar, Rektor IPB Nilai Perlu Regulasi yang Kondusif
Sementara itu, Dr Dede Yusuf mengatakan bahwa pemuda yang bisa bertahan adalah pemuda yang menguasai digital, multitasking, kolaborasi dan adaptasi agar mampu bertahan menuju Indonesia emas di tahun 2045. Pemuda tidak boleh apatis, harus mau bergerak untuk bermimpi besar dan mewujudkan mimpi itu.
“Caranya adalah dengan membekali diri, terus berlatih dan pantang menyerah menggali potensi diri. Jangan takut, karena tiap manusia sudah ditetapkan oleh Tuhan akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh alam bahwa kita akan menjadi baut-baut kecil yang bergerak untuk menggerakkan alam. Pemuda harus memiliki proyeksi selama 10 tahun yang akan datang akan menjadi seorang pemimpin dan legislator muda dengan kemampuan profesionalitas,” ujar Dr Dede dalam pemaparannya mengenai Peran Generasi Muda Sebagai Penggerak Perubahan Bangsa.
Webinar Festival Legislasi tahun ini mengusung tema “Peran Legislator Muda Sebagai Penggerak Perubahan Bangsa”. Tidak hanya webinar kegiatan ini juga disertai lomba tingkat Nasional yaitu lomba Essay dan Poster yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa aktif di Indonesia.
Dalam sambutannya, Dekan Sekolah Vokasi IPB University, Dr Arief Darjanto sangat mengapresiasi dan mendukung terlaksananya kegiatan Festival Legislasi ini. Menurutnya, kegiatan ini sangat relevan dengan kebutuhan mahasiswa sebagai calon pemimpin dalam kehidupan bernegara di masa yang akan datang.
Baca juga: Rehabilitasi Ekosistem, Bappenas Beri Mandat IPB Kelola Pesisir Raja Ampat
Festival Legislasi ini juga dapat memberikan manfaat dan semangat secara maksimal kepada seluruh mahasiswa untuk bekal menjadi pemimpin yang tangguh di masa yang akan datang. Mahasiswa dapat belajar dari para narasumber yang benar-benar ahli dan memiliki pengalaman praktis dalam lembaga kelegislasian.
“Sehingga mahasiswa dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan berorganisasi di level kampus,” ujar Dosen IPB University ini.
Acara webinar Festival Legislasi ditutup dengan pengumuman pemenang lomba Essay dan lomba Poster tingkat Nasional. Juara 1 Lomba Essay diraih oleh Hilarius Bryan Pahalatua Simbolon (Universitas Gadjah Mada); Juara 2 oleh Megy Febrianisyah (Universitas Gadjah Mada); Juara 3 oleh Anggarda Giri Rajati (Universitas Brawijaya).
Sementara Juara 1 Lomba Poster diraih oleh Sonie Hadi Prayoga (Universitas Negeri Jember); Juara 2 oleh Ketut Agus Oktariawan (Universitas Pendidikan Ganesha), Juara 3 oleh Nawal Ramziyah (Universitas Sriwijaya)
Beritaneka.com—Untuk meningkatkan kepedulian calon dokter hewan terhadap kesejahteraan kuda, Himpunan Profesi Hewan Kesayangan Eksotik dan Akuatik Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University mengadakan webinar nasional “Horse Rescue Management” secara daring, minggu kedua Juni 2021.
Drh Merry Wain (Head of JAAN Domestic & Veterinary Care Coordinator Jakarta Animal Aid Network) dan Loes Schure DVM MSc (Founder Vets4Welfare Foundation Senior Veterinary Advisor JAAN) hadir sebagai narasumber.
Baca juga: Tantangan Diagnosis Virus Pada Tanaman
Kasus kuda rescue yang diangkat ialah kuda pekerja atau kuda andong di wilayah Jakarta. Sejak 2008, JAAN mulai menerima banyak email dari wisatawan yang melaporkan kondisi buruk yang dialami kuda andong. Pada tahun 2009 JAAN memulai program untuk kuda andong dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kuda pekerja andong dengan mengedukasi pemilik kuda.
“Ketentuan hukum terkait kesejahteraan hewan kuda pekerja telah dimuat dalam UU 18/2009 Jo UU 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, KUHP pasal 302, 540, dan 541. Manajemen kuda rescue masuk shelter terdiri dari rekam medis, dokumentasi, general check up, horse vet specialist visit, deworming saat intake, tetanus vaccination saat intake, dan lose monitor,” jelas Loes di hadapan mahasiswa kedokteran hewan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Baca juga: Ice Cream Ramah Lingkungan Kreasi Mahasiswa IPB
Loes juga menjelaskan bahwa pedoman perawatan kuda pekerja terdiri dari manajemen kandang, pakan, dan kuku. Kandang yang digunakan kebersihannya harus terjaga, dimulai dari alas kandang, ruangan, dan menjauhkan benda tajam.
“Pakan terdiri dari hijauan dan minum secara adlibitum. Perawatan kuku dilakkukan dengan membersihkan dan pemotongan secara rutin,” imbuhnya.
Beritaneka.com—Berbagai penyesuain perlu dilakukan untuk merespon perubahan global yang terjadi secara cepat dan tidak terduga. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) merespon ini dengan meluncurkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Kegiatan MBKM adalah wujud respon pemerintah agar sistem pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan era saat ini.
“MBKM membebaskan mahasiswa untuk belajar di luar program studinya. Bahkan mahasiswa merdeka untuk belajar di luar kampus selama tiga semester. Mahasiswa bisa magang di industri multinasional, mengajar di sekolah proyek di desa. Serta bisa mengikuti program belajar di negara lain,” ungkap Nadiem Makarim MBA, Mendikbudristek dalam diskusi rangkaian kegiatan Festival Kampus Merdeka (15/6-2021).
Baca juga: Rehabilitasi Ekosistem, Bappenas Beri Mandat IPB Kelola Pesisir Raja Ampat
Hadir dalam kegiatan ini Ir Joko Widodo selaku Presiden RI dan Prof Arif Satria yang merupakan Rektor IPB University sekaligus Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI). Selain itu, hadir juga perwakilan mahasiswa yang mengikuti program MBKM yang diadakan oleh Kemendikbudristek dan perwakilan dari pimpinan perusahaan negeri dan swasta.
Dalam kesempatan ini, Prof Arif memberikan beberapa masukan kepada Presiden RI dan Kemendikbudristek terkait keberlangsungan MBKM yang saat ini sudah berjalan.
Menurutnya salah satu komponen yang penting adalah menciptakan regulasi yang kondusif untuk menunjang kegiatan ini. Misalnya undang-undang tentang guru dan dosen yang memuat tentang kualifikasi dosen.
“Saat kita hadir dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka, sulit untuk mencari praktisi yang ahli. Perlu adanya penyesuaian perangkat perundang-undangan agar bisa kondusif untuk implementasi kampus merdeka. Begitu pula untuk sistem akreditasi yang harus merdeka juga untuk ekosistem kampus. Lalu statuta perguruan tinggi yang masuk dalam pemerintah perlu direform,” tambah Prof Arif.
Ia juga menjelaskan bahwa program Kampus Merdeka ini sangat cocok dengan agenda di IPB University. Semenjak tahun 2019 IPB University sudah menggagas program-program yang membebaskan mahasiswa untuk belajar di luar kampusnya. Misalnya dengan menggabungkan riset, kewirausahaan dan belajar dalam satu kegiatan. Sehingga ia menyebut, saat momen peluncuran program MBKM, ada istilah ‘tumbu nemu tutup’. Progam ini sangat mendukung agenda dari IPB University.
Baca juga: Apa Hubungan Lapar dan Marah? Berikut Penjelasan Pakar IPB
Menanggapi ini Nadiem sangat senang dan menyebut Prof Arif sebagai ‘champion’ dari Kampus Merdeka. Bahkan sebelum program ini diluncurkan, ide ini sudah digagas oleh IPB University. Ia senang memiliki mitra yang sangat responsif.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ir Joko Widodo, yang merespon baik masukan ini dan mendorong seluruh pihak untuk terus berkolaborasi.
“Kampus Merdeka membutuhkan kolaborasi dari semuanya, baik kampus, mahasiswa, pemerintah, industri dan pihak lainya. Paling penting juga kecepatan dari tiap pihak. Misal kecepatan review kurikulum di kampus, pengembangan program di dunia industri dan ekosistem pendidikan nasional. Hal ini bukan hanya pekerjaan Mendikbudristek, tapi semua harus bekerja sama jika ingin membangun negara Indonesia yang maju,” tutup Presiden Joko Widodo.
Beritaneka.com—Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University menghadirkan Millenial Coach Bukalapak, Hendra Etri Gunawan sebagai pembicara pada webinar Fahutan Training Series #3, Sabtu, minggu kedua Juni 2021. Webinar ini mengangkat tema Menumbuhkan Karakter Kepemimpinan dan Kesiapan Bekerja dalam Tim “Leadership Project in Digital Era”. Webinar ini merupakan rangkaian dari Fahutan Training Series yang secara rutin diselenggarakan oleh Fahutan IPB University.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan softskill kepemimpinan mahasiswa. Terutama dalam bekerja sama dalam tim, berkomunikasi, dan menyelesaikan permasalahan kompleks. Harapannya, softskil kepemimpinan ini dapat mendukung profesi mahasiswa di masa datang serta melahirkan pemimpin-pemimpin yang kreatif dan siap bersaing pada era digital dan Revolusi Industri 4.0
Baca juga: Mengenal Sosok R Imam Nuryaman, Mahasiswa Berprestasi IPB Peraih Honorable Mention Awards
Hendra Etri Gunawan adalah alumnus IPB University dari Departemen Manajemen. Bang Ege, panggilan akrabnya, membagikan pengalamannya kepada mahasiswa dari berbagai daerah dan perguruan tinggi di Indonesia. Pada kesempatan ini, Bang Ege memberikan materi tentang agile leadership.
“Bicara kepemimpinan, ada satu kata penting yang harus diketahui, yaitu trust. Karena seseorang dapat mengikuti instruksi orang lain adalah karena adanya trust atau kepercayaan,” ungkapnya ketika membuka materi. Menurutnya ada 3C dalam agile leadership, yaitu Communication, Commitment, dan Collaboration..
“Skill apa yang penting banget di era melimpahnya informasi? Itulah komunikasi. Karena komunikasi bagi seorang leader bukan hanya sekedar menyampaikan pesan. Tetapi juga untuk membangun, membina, dan mengembangkan orang-orang di bawahnya,” ujar millenial pemegang sertifikat Human Resources Professional (CHRP) dan Neuro Linguistic Programming (NLP) ini.
Baca juga: Anuraga Jayanegara, Sosok Profesor Muda IPB University
Aktivis yang pernah menjadi Presiden Mahasiswa IPB University ini juga berpesan agar para mahasiswa dapat memanfaatkan kemajuan teknologi ini dengan baik. “Cari dan bergabunglah dengan komunitas yang dapat meningkatkan kualitas diri,” imbuh alumnus Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University ini.
Penerima penghargaan SWA Indonesia Future HR Leader Award 2019 ini menyampaikan bahwa segala sesuatu dapat dipelajari, termasuk menjadi seorang pemimpin. Ia juga mengajak para peserta untuk langsung terjun sebagai pemimpin melalui project based learning. Menurutnya, dengan terjun langsung, seseorang akan mengerti tentang kepemimpinan.
Beritaneka.com—Tahun 2020, menjadi tahun yang memberikan cerita bahagia untuk R Imam Nuryaman sebagai pejuang prestasi. Imam dinobatkan menjadi Mahasiswa Berprestasi IPB University Program Sarjana setelah melalui perjalanan panjang.
Sosok Imam yang sudah dikenal dalam berbagai kompetisi ternyata memang tidak pernah merasa puas untuk menyelesaikan perjuangannya. Hal ini dibuktikan dengan capaian terbaru yang diraih oleh Imam pada tahun 2021.
Di tengah kesibukannya dalam menyiapkan diri menuju seleksi Mahasiswa Berprestasi Nasional tahun 2021, Imam meraih Honorable Mention Awards di Geneva International Model United Nations (GIMUN) 2021. GIMUN yang dilaksanakan oleh University of Geneva dan Economic and Social Council of the United Nations based in Geneva ini diikuti lebih dari 150 delegasi dari berbagai negara dunia.
Baca juga: Anuraga Jayanegara, Sosok Profesor Muda IPB University
Tidak hanya itu, Imam juga menorehkan prestasi dalam Urios-Utrecht Model United Nations 2021 yang diadakan oleh Study Association for International and European Law dan Utrecht University. Imam meraih Best Delegated mengalahkan sekitar 80 delegasi dari berbagai negara di dunia. Beberapa delegasi bahkan tengah menempuh pendidikan S2 di Eropa, seperti Cambridge of Sustainability Leadership dan Global Sustainability Science di Utrecht University.
“Sedikit berbeda dengan kegiatan GIMUN 2021, pada kegiatan Utrecht MUN 2021 saya sedikit mengalami kendala. Yaitu pada kondisi digital divide dimana jaringan tidak mendukung proses kelancaran lomba mengingat saya sedang di kampung halaman, Tasikmalaya. Tingkat kompetitifnya sangat tinggi mengingat sebagian besar delegasi sudah sangat berpengalaman. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan kemampuan linguistik sebagai native speaker. Selain itu, perlombaan bertepatan dengan momen perayaan hari raya Idul Fitri sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam mengelola batin,” ujarnya.
Namun, dengan kendala yang cukup banyak tersebut, Imam mampu membuktikan bisa menorehkan prestasi yang gemilang untuk dirinya, keluarganya dan IPB University pastinya.
Menurutnya, berprestasi itu tidak semata-mata ditujukan sebagai ambisi untuk memperoleh gelar, piala, atau sertifikat penghargaan. Melainkan berprestasi adalah wujud syukur terbaik atas potensi yang diberikan Tuhan dan bagaimana kita bisa belajar untuk menjadi pemimpin yang memberi inspirasi dan menunjukan attitude terbaik kita.
“Jadikan keterbatasan sebagai alasan meraih keberhasilan bukan malah sebaliknya. Insyaallah keyakinan dan keikhlasan mengantarkan usaha kita sampai ke tujuan,” ujarnya.
Baca juga: Pertama Kali Ikut, IPB Raih 3 Penghargaan di Indonesian Esports League University
Imam adalah mahasiswa IPB University dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) Fakultas Ekologi Manusis (FEMA). Diterima di IPB University melalui jalur Ketua OSIS pada tahun 2018 menjadi titik awal Imam mengukir ragam prestasi di kampus impiannya.
Sejak awal Imam dikenal sebagai mahasiswa yang tak saja penuh prestasi, namun juga seorang organisatoris dan punya talenta kepemimpinan. Ia selama ini aktif berkiprah di berbagai organisasi kemahasiswaan diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bogor, Wakil Presiden IPB Debating Community, Project Manager ID Volunteering, Presiden Kembang Desa Foundation, Koordinator Pusat Lingkar Muda Priangan Timur dan Project Director IAAS Asia Pacific.
Jejaka berusia 21 tahun asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini kini duduk di semester 6. Imam adalah pribadi yang periang dan hangat. Dengan semua inspirasi dan prestasinya itu, wajar jika predikat Mahasiswa Berprestasi (Mapres) IPB University disematkan di dadanya.
Beritaneka.com—Dosen IPB University, Prof Anuraga Jayanegara berhasil meraih gelar profesor di usia 37 tahun. Tergolong muda untuk seseorang yang berhasil menyandang gelar Guru Besar IPB University. Surat Keputusan (SK) gelar profesor tersebut ditetapkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia pada tanggal 10 Mei 2021.
Prestasi ini ia raih karena ketekunannya dalam menulis artikel ilmiah. Ayah enam anak ini selalu konsisten dan fokus dalam menulis artikel ilmiah. Dalam menggeluti profesinya sebagai dosen dan juga peneliti, ia menjadikan menulis artikel ilmiah sebagai suatu kegiatan rutin harian.
“Saya meluangkan waktu sekitar setengah jam atau satu jam setiap hari untuk aktivitas menulis. Yang penting rutin,” ucap dosen di Fakultas Peternakan IPB University ini.
Baca juga: Modal Nekat, Berikut Kunci Septian Jasiah Wijaya Jadi Peternak Kelas Pengusaha
Prof Anuraga menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Peternakan IPB University pada Mei 2003. Setelah itu, ia mendapat gelar Master of Science (M.Sc) di Agricultural Sciences in the Tropics and Subtropics (Minor in Animal Nutrition), University of Hohenheim, Stuttgart, Jerman.
Prof Anuraga juga pernah menjalani Postgraduate Diploma (PgDip) di Spanyol mengenai Modeling in Ecology and Natural Resource Management, Polytechnic University of Catalunya, Barcelona pada September 2011.
Ia kemudian meraih gelar PhD di Swiss Federal Institute of Technology (ETH) Zurich, Switzerland. Dan pada Maret 2021, ia mulai mendalami ilmu agama dengan mengikuti Program Magister Pendidikan Agama Islam (kelas karyawan) di Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Berkat perjuangannya ini, tidak heran Prof Anuraga memiliki sejumlah prestasi, di mana salah satunya adalah menjadi Dosen Berprestasi Nasional 2019 (peringkat 1) untuk kategori Sains dan Teknologi.
“Untuk mendapatkan ini semua, perlu perjuangan. Baik dari segi ikhtiar maupun tawakkal. Hal penting lainnya adalah meminta doa orang tua, keluarga dan orang-orang soleh. Jangan pernah menyerah, terus persisten menghadapi ujian dan tantangan yang ada. Ini semua karena pertolongan dan kehendak dari Allah SWT,” ucapnya.
Baca juga: Donny Kris Puriyono: Pemerintah Perlu Berikan Akses Bantuan dan Izin Usaha
Saat ini Prof Anuraga Jayanegara menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB University. Ia juga pernah menjadi Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan IPB University.
Karena kepakarannya di bidang Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, ia pun turut serta menjadi Editorial Board berbagai jurnal nasional dan internasional. Diantaranya Asian Australasian Journal of Animal Sciences, South Korea (Internasional Q1), Frontiers in Veterinary Science, Switzerland (Internasional Q1), Jurnal Agripet, Universitas Syiah Kuala (Nasional S2), Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, Universitas Brawijaya (Nasional S2), Tropical Animal Science Journal, IPB University (Internasional Q2).
Tidak jarang, ia juga berkesempatan menjadi Dosen Tamu di luar negeri, seperti di Hiroshima University dan Mie University (Jepang), di Ghent University (Belgium), Poznan University of Life Sciences (Polandia), dan di almamaternya sendiri yakni ETH Zurich (Switzerland).
Beritaneka.com—Keberadan ekosistem pesisir memiliki peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan masyarakat pesisir di Kabupaten Raja Ampat. Namun demikian keberadaan ekosistem pesisir memiliki banyak ancaman yang dapat menurunkan kondisi hingga luasannya. Sehingga mau tidak mau, keberadaan ekosistem pesisir harus dijaga dan dikelola secara lestari untuk keberlangsungan peradaban masyarakat dimasa depan.
Terkait hal tersebut, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University mengadakan Workshop Pembahasan Hasil Survei, Pemilihan Site dan Metode Rehabilitasi Ekosistem di Kabupaten Raja Ampat secara hybrid, Jumat minggu pertama Juni.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Desain Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu dalam Mendukung Percepatan Pelaksanaan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) di Provinsi Papua Barat. Dalam menjalankan program ini, PKSPL IPB University bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (KemenPPN/Bappenas), Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan Coral Reef Rehabilitation Management Program-Coral Triangle Initiative (Coremap-CTI).
Baca juga: BNPB Gandeng IPB Kerjasama Pendampingan Ekonomi Korban Bencana Longsor Sukabumi
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang dilakukan Tim Rehabilitasi PKSPL IPB University, Kampung Yensawai Barat menjadi lokasi rehabilitasi. Oleh karena itu, dalam workshop ini ada masukan yang dapat menyempurnakan pelaksanaan rehabilitasi yang akan dilaksanakan.
Kepala PKSPL IPB University, Dr Yonvitner menyampaikan, yang menjadi konsen terkait dengan pertemuan ini adalah PKSPL IPB University mendapat mandat dari Bappenas untuk melaksanakan program rehabilitasi ekosistem pesisir.
Lebih lanjut dosen IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan ini mengatakan bahwa sinergitas sangat penting dalam proses rehabilitasi, karena harus dilakukan dengan baik dan terukur agar kegagalan dapat diminimalisir.
“Sehingga hari ini kita mencoba mensinergikan apa-apa saja yang diperlukan untuk memperkaya rencana rehabilitasi di Kampung Yensawai Barat. Harapannya program rehabilitasi dapat kita kawal dengan baik dan berkelanjutan,” ungkap sosok yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Bencana (PSB) IPB University ini.
Direktur Program Desain Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu dalam Mendukung Percepatan Pelaksanaan RZWP-3-K di Provinsi Papua Barat, Dr Fery Kurniawan mengatakan bahwa ada beberapa komponen kegiatan yang dibahas, salah satunya studi mendalam ekosistem kritis yang fokus pada mangrove, lamun dan terumbu karang serta sosial ekonomi budaya masyarakat.
“Program rehabilitasi sudah banyak dilakukan di Raja Ampat, namun belum maksimal. Sehingga diharapkan dalam workshop ini ada masukan terkait seperti apa yang harus dilakukan agar mangrove, terumbu karang dan lamun dapat maksimal dalam proses rehabilitasinya,” jelasnya.
Baca juga: Peduli NTT dan NTB, IPB32 Juara Salurkan Bantuan
Sementara itu, Ahmad Mony, Staf Ahli Kedeputian III Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengatakan bahwa target rehabilitasi dalam project ini adalah community base. Sehingga pertimbangan sosial ekonomi dan budaya masyarakat menjadi sangat penting, terutama terkait keberhasilan rehabilitasi ekosistem pesisir.
“Badan Restorasi Gambut dan Mangrove sendiri tidak hanya melihat aspek keberhasilan rehabilitasi ekosistem dari sudut ekologi saja, namun pelibatan peran masyarakat menjadi penting. Sehingga dengan sendirinya masyarakat mampu menjadi motor penggerak dalam mengawal kegiatan rehabilitasi ekosistem pada tingkat akar rumput. BRGM sendiri memiliki program rehabiitasi mangrove di Provinsi Papua Barat, sehingga aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat menjadi penting dalam mensinergikan keberlanjutan program nantinya,” jelasnya.
Beritaneka.com—Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenkopUKM), Teten Masduki mengunjungi kebun IPB University di Sukamantri, Bogor, (6/6/2021). Kunjungan itu dalam rangka Temu Wicara dengan para petani tanaman hias. Mereka adalah para petani yang tergabung dalam Paguyuban Petani Tanaman Hias Sukamantri binaan Fakultas Pertanian IPB University.
Kebun percobaan Sukamantri merupakan salah satu teaching industry IPB University. Rektor IPB University, Prof Arif Satria menyebut, dengan lahan seluas 39,9 hektar, kebun IPB University di Sukamantri adalah tempat untuk kegiatan penelitian, magang, pembelajaran petani sekaligus sebagai wisata dan bisnis.
Baca juga: Ice Cream Ramah Lingkungan Kreasi Mahasiswa IPB
“Ada 202 petani tanaman hias yang kita bina. Sebagian mereka sudah menjadi eksportir. Bahkan tanaman ekspor mereka ada yang satu pot harganya bisa sampai 70 juta rupiah. IPB University akan terus bekerjasama dengan petani, karena visi kita adalah agar IPB University bisa memberikan nilai tambah dimanapun,” ujarnya.
Kolaborasi antara IPB University, Kemenkop UKM dan PT Bank BNI juga dalam rangka membangun ekosistem industri yang kuat. Kelembagaan dan sumber daya manusia, sebut Prof Arif, merupakan aspek penting dalam kemajuan pertanian.
“IPB University juga hadir untuk bisa terus menyemangati petani agar mereka tetap optimis bergerak di sektor ini. Di masa pandemi ini, petani mitra IPB University justru bisa mengekspor produknya. Ini satu hal yang harus kita syukuri bahwa petani memberikan andil sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dari desa. Ke depan kita perkuat dengan hadirnya koperasi yang unggul dan modern serta menjadi inspirasi bagi petani yang lain,” terang Prof Arif.
Sementara itu Menkop UKM, Teten Masduki menuturkan, koperasi merupakan model bisnis yang tepat bagi sektor pertanian. Sehingga ke depan, petani tidak lagi orang per orang namun sudah dikonsolidasi menjadi satu dalam kelembagaan.
Baca juga: Viral Telur dalam Telur, Bisakah? Ini Kata Pakar IPB University
“Kami melihat di banyak negara, baik itu di Eropa, Amerika, Australia, bahwa di sektor pertanian, koperasi yang jadi bisnis model mereka. Karena petani kalau berhadapan langsung dengan market secara sendiri-sendiri itu berat. Karenanya perlu konsolidasi, bergabung dalam koperasi sehingga bisa masuk ke skala ekonomi,” tuturnya.
Saat ini, Kebun IPB University di Sukamantri ini menjadi sentra tanaman hias daun terbesar di Indonesia. Ke depan, Sukamantri juga ditargetkan menjadi pusat tanaman hias daun nomor satu di Asia Tenggara. Karenanya KemenkopUKM menyambut baik kolaborasi dengan IPB University dan BNI.
“Tanaman hias daun ini saya kira bisa menjadi trendsetter. Kita kuasai dunia dengan tanaman hias Indonesia,” tegas Teten.
Sis Apik Wijayanto, Direktur Hubungan Kelembagaan BNI, mengatakan siap mendukung baik dari sisi pembiayaan maupun juga literasi keuangan dan pendampingan UMKM. “BNI sebagai bank yang go global, kami sangat senang dan bangga dengan kerjasama ini. Tentu ini adalah salah satu dari tri dharma, yakni bersama masyarakat untuk membangun ekonomi,” ujarnya.