Beritaneka.com—Gebyar Nusantara 2021 memasuki ke rangkaian akhir yakni Malam Puncak Gebyar Nusantara. Pada malam puncak ini Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Kerjasama, dan Hubungan Alumni IPB University, Prof Dr Dodik Ridho Nurrochmat menutup secara resmi kegiatan Gebyar Nusantara 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa IPB University.
Menurut Prof Dodik, Gebyar Nusantara adalah suatu acara yang luar biasa. Tidak hanya menunjukkan rasa cinta kepada bangsa dan tanah air, tetapi mengikat keberadaan bangsa Indonesia melalui keragaman budaya.
“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang unik, yang diikat, bukan saja oleh kesamaan. Biasanya bangsa-bangsa yang lain diikatnya dengan kesamaan suku, kesamaan agama, dan sebagainya, tetapi bangsa Indonesia itu diikatnya dengan keberagaman,” tutur Prof Dodik, dalam keterangan tertulis, Kamis (28/10).
Baca juga: Apartemen Kepiting 4.0, Inovasi IPB Bersama PT TSI
Menurut Prof Dodik, keberagaman budaya adalah pengikat bangsa. Budaya yang beragam di IPB University menjadi suatu kebanggaan. IPB University merupakan salah satu perguruan tinggi yang memiliki mahasiswa dengan keragaman asal daerah dan suku terbesar di Indonesia.
“Hal tersebut terjadi karena tidak terlepas dari sejarah panjang bagaimana IPB University memberi dan mencari yang terbaik. Program Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) yang diinisiasi oleh almarhum Prof Andi Hakim Nasution mencari talenta-talenta terbaik dari seluruh Indonesia,” katanya.
Oleh karena itu, IPB University mempelopori konsep PMDK yang mencari bibit-bibit unggul dari seluruh penjuru nusantara. Menurut Prof Dodik, ini menjadi kebanggaan bersama bahwa dengan hal tersebut IPB University menjadi salah satu perguruan tinggi dengan keragaman suku dan asal usul daerah yang paling kaya di antara perguruan tinggi lainnya.
“Saya rasa inilah yang kemudian bisa kita ambil hikmahnya bahwa perbedaan itu adalah suatu rahmat yang akan membesarkan kita semua. Membesarkan IPB Univeristy sebagai universitas yang terbaik,” imbuhnya.
Baca juga: Optimalkan Herbal Indonesia, Pakar IPB Ini Usulkan Kolaborasi Bioinformatika dan Biodiversitas
Selain itu, lanjutnya, keberagaman budaya di IPB University tidak hanya menjadikan perguruan tinggi terbaik di Indonesia pada tahun 2020, tetapi juga menghantarkan IPB University menjadi World Class University.
Gebyar Nusantara 2021 kali ini mengusung tema Abhipraya Palawa Nusantara. Yang memiliki arti harapan untuk bersemi kembali dengan tagline Indonesia Bangkit dan Karya Nusantara.
“Kegiatan ini diikuti oleh 26 Organisasi Mahasiswa Daerah (Omda) dengan berbagai rangkaian kegiatan. Mulai dari pra event, opening ceremony, main event, bincang budaya, dan malam puncak Gebyar Nusantara 2021,” ujar ketua pelaksana Gebyar Nusantara 2021, Muhammad Iqbal.
Meski digelar secara online, hal ini tidak mengurangi esensi dari Gebyar Nusantara IPB University. Ia berharap euforia festival kebudayaan terbesar di IPB Univeristy ini masih tetap terasa.
Malam Puncak Gebyar Nusantara ini dihadiri Walikota Bogor Dr Bima Arya, Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Kerjasama dan Hubungan Alumni, Prof Dr Dodik Ridho Nurrochmat, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Dr Drajat Martianto, Direktur Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir (Ditmawa PK) Dr Alim Setiawan Slamet, Kasubdit Pembinaan Karakter Ditmawa PK, Dr Beginer Subhan dan beberapa tamu undangan lainnya.
Beritaneka.com—Mahasiswa IPB University berhasil membuat bubur instan bernama “Burbus.” Bubur ini terbuat dari bahan utama ikan gabus yang memiliki kandungan albumin tinggi.
Inovasi Burbus ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K). Program ini mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI.
Mariana Kristin Siregar sebagai ketua tim menjelaskan, bahan baku pembuatan Burbus adalah ikan gabus. Menurutnya, ikan gabus memiliki kandungan albumin yang tinggi. Protein ini berfungsi sebagai protein untuk meningkatkan aliran darah ke otak, memperbaiki edema pada otak, dan mencegah terjadinya malnutrisi.
“Burbus diharapkan dapat membantu masyarakat terkait pemenuhan kebutuhan nutrisi sekaligus dapat mencegah dan membantu penyembuhan penyakit stroke,” kata Mariana Kristin.
Baca juga: Dosen Mengabdi IPB, Fasilitasi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Agro di Desa Benteng
Mariana Kristin bersama kolega yang terdiri dari Budiono Ujaya Putra, Dion Kurnia Alfarobi Enda, Windy Jelita Noyasari, dan Aditya Rizqi Hafidzuddin, mendapat bimbingan langsung oleh Dr Wini Trilaksani.
Lebih lanjut, Mariana menjelaskan, bahan baku lainnya yang digunakan yaitu rumput laut Sargassum sp. dan minyak ikan lemuru. Mariana mengatakan, rumput laut Sargassum sp. mengandung senyawa fukoidan yang berfungsi sebagai antiinflamasi, antitrombotik, antioksidan serta menghambat degenerasi sel-sel pada neuron otak. Penghambatan ini dinilai sangat penting dalam pengobatan pasca stroke.
“Selain itu, kandungan Omega-3 pada minyak ikan lemuru, yang merupakan ikan asli Indonesia dapat memperbaiki fungsi endotel dan meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL),” terang Mariana.
Mahasiswa IPB University itu menjelaskan, produk Burbus terdiri atas tiga varian rasa yaitu bayam, wortel, dan kacang polong. Adanya varian rasa pada produk bertujuan agar konsumen memiliki pilihan rasa. Produk Burbus tidak hanya untuk dikonsumsi oleh penderita stroke, namun juga oleh orang yang ingin mencegah stroke.
“Kami juga terus melakukan inovasi produk, peningkatan kualitas produk, dan ekspansi pasar,” tambah Mariana Kristin.
Baca juga: Trust in Trash, Manajemen Listrik Sampah Karya Mahasiswa IPB University
Melalui produk Burbus, katanya, diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan kasus stroke di Indonesia dengan produk pangan.
Dosen pendamping, Dr Wini Trilaksani mengatakan, Burbus bukan sekadar pangan instan biasa. Ia mengaku, produk ini juga diformulasikan dengan penambahan zat gizi tertentu dan bahan pangan yang mengandung biocompound. Biocompound yang dimaksud antara lain, albumin dari protein ikan gabus, fucoidan, mineral dari rumput laut Sargassum, dan Omega-3.
“Burbus yang berupa bubur instan berklaim ini cocok untuk mereka daripada harus menelan tablet atau kapsul suplemen albumin, fucoidan maupun soft gel omega-3. Keunggulannya lagi adalah penyajiannya mudah, awet, dan ringan sehingga mudah didistribusikan ke daerah manapun, bahkan diekspor bila semua persyaratan standarnya sudah dipenuhi,” pungkas Dr Wini Trilaksani, dosen IPB University dari Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University.
Beritaneka.com—Sinergi dan kolaborasi antara akademisi dengan pihak desa terkait pengembangan desa wisata penting untuk dilakukan. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan Dosen Mengabdi IPB University.
Ketua Tim Dosen Mengabdi Muh Faturokhman, SPt, MSi menjelaskan Desa Benteng, salah satu desa lingkar kampus IPB Dramaga memiliki potensi besar dalam pengembangan desa wisata.
“Kegiatan dosen mengabdi ini diharapkan dapat menggerakkan kembali sektor pariwisata dengan pengembangan desa wisata berbasis agro. Selain itu, pengembangannya dapat membuka lapangan pekerjaan bagi para pemuda yang tergabung dalam pengelola desa wisata dan menggerakkan ekonomi desa,” ujar Dosen Program Studi Manajemen Agribisnis Sekolah Vokasi IPB University ini.
Baca juga: Trust in Trash, Manajemen Listrik Sampah Karya Mahasiswa IPB University
Dalam kegiatan ini, lanjutnya, dilakukan identifikasi potensi dan permasalahan, pemetaan potensi dan masalah serta pengembangan konsep desa wisata. Selain itu juga akan dilakukan pelatihan manajemen desa wisata berbasis agro, merealisasikan program dan evaluasi program.
Dr Budi Wahyu Priatna, anggota Tim Dosen Mengabdi, menambahkan bahwa untuk pengembangan desa, pertama perlu memotret kembali potensi desa sehingga jalur dan atraksi bisa terpetakan lebih baik.
Kedua, imbuhnya, pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) perlu lebih banyak melakukan observasi dalam wilayah desa. Termasuk melihat desa di sekitar Desa Benteng yang sudah berhasil mengembangkan kegiatan wisata. Hal ini akan membuka rute-rute yang bisa dikembangkan di Desa Benteng untuk wisata.
“Forum komunikasi internal juga perlu dibentuk sehingga dapat menjembatani aktivitas dari masing-masing pengurus desa serta pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Semuanya mengarah ke program desa yang kemudian dapat diramu menjadi profil desa,” jelas Ketua Program Studi Komunikasi Sekolah Vokasi IPB University.
Sementara itu Kepala Desa Benteng, H Faka Harika, S.Ap menjelaskan Desa Benteng memiliki potensi tidak hanya alam tapi juga budaya. Tak hanya potensi wilayahnya yang besar, Desa Wisata Benteng juga sudah terbentuk organisasi kepengelolaan terkait desa wisata.
“Semoga setelah kondisi pandemi semakin turun, anggaran untuk desa wisata bisa dialokasikan lebih besar. Sehingga mendukung kegiatan wisata yang sempat terhambat karena pandemi,” ucapnya.
Baca juga: Luncurkan Buku, Rektor IPB: Kecepatan Belajar Modal Penting Lahirnya Inovasi
Menanggapi hal itu, anggota Tim Dosen Mengabdi lainnya, Hudi Santoso, SSos, MSi memaparkan desa wisata di wilayah lain yang tetap membuka kegiatan wisata dengan prokes ketat selama pandemi.
“Semoga dengan kolaborasi antar pihak dan semangat dalam merealisasikan ke depan, desa wisata di Desa Benteng bisa berjalan,” ujar dosen Program Studi Komunikasi sekolah Vokasi IPB University.
Dr Rini Untari juga menyebutkan sebagai destinasi wisata, Desa Benteng sudah memenuhi kriteria. Ini karena Desa Benteng sudah memiliki something to see, berbagai atraksi wisata alam serta budaya.
Sudah punya something to do, imbuhnya, berupa aktivitas yang dapat dirancang dari atraksi yang ada dan tentunya something to buy dengan keberadaan ratusan UMKM untuk bisa menyediakan buah tangan untuk pengunjung yang datang ke desa wisata.
“Desa wisata yang berkembang semoga akan memberdayakan banyak masyarakat dan berdampak pada berbagai komponen. Tidak hanya ekonomi juga ekologi serta sosial budaya masyarakat,” ujar dosen Program Studi Ekowisata Sekolah Vokasi IPB University.
Kegiatan Dosen Mengabdi ini juga melibatkan dua mahasiswa. Yaitu Nur Faizatul Luthfiah dari Program Studi Manajemen Agribisnis dan Maulki Fahru Rijal dari Program Studi Ekowisata Sekolah Vokasi IPB University
Beritaneka.com—Seperti apa keterkaitan antara sains dan budaya? Prof Husin Alatas, Sekretaris Eksekutif Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University mencoba memberikan jawaban.
“Jika kita bisa mengidentifikasi hal tersebut, ini dapat memberikan harapan bahwa Indonesia suatu saat akan berkontribusi terhadap perkembangan sains tanpa meninggalkan jati diri dan budaya bangsa,” kata Prof Husin Alatas, Guru Besar IPB University dari Departemen Fisika, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/10).
Terkait sains dan budaya, Prof Melani Budianta, menyebut, masa peradaban Indonesia terletak pada kelindan sains dan budaya.
“Kalau kita tidak bisa mengintegrasikan sains dan budaya, artinya sains berjalan sendiri dengan budaya, maka akan sulit bagi kita dalam membangun peradaban di masa depan,” ujar Prof Melani Budianta, Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Baca juga: Trust in Trash, Manajemen Listrik Sampah Karya Mahasiswa IPB University
Ia pun mencontohkan, pengetahuan tradisional yang berkembang maju saat ini adalah teknik akunpuntur yang dikembangkan di China. Teknik akupuntur ini sangat terkait dengan budaya China, bahwa seluruh tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang holistik.
“Jadi ada falsafah di balik praktik akupuntur ini. Karena satu titik di tubuh kita itu terkait dengan seluruh tubuh kita,” tambah Prof Melani Budianta.
Di Indonesia, katanya, budaya dan kearifan lokal yang masih lestari di masyarakat seperti praktik sasi. Praktik sasi ini terkait dengan pengetahuan tentang masa ikan bertelur. Praktik ini juga menjadi sistem untuk menjaga keberlangsungan spesies ikan serta konservasi sumber daya alam.
Baca juga: Menengok Kontes Ayam Ketawa Nasional di FKH IPB University
“Dari praktik ini, kita melihat bahwa budaya dan sains itu terkait di sini. Jadi ini perlu pendekatan dari berbagai ahli untuk meneliti di balik praktik sasi dan menunjukkan bahwa budaya kita mengenal ini,” tambahnya.
Kalau ini sampai hilang, lanjutnya, lalu kita lupakan dengan ilmu-ilmu kapitalisme, maka kita akan memaksa alam itu untuk keserakahan manusia. Namun demikian, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, terjadi dikotomi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional.
“Pengetahuan modern menjadi hegemonik dan meminggirkan pengetahuan lokal yang saat ini masih dianggap sebagai tahayul, mitos, yang tidak berdasar dan tidak rasional,” kata Prof Melani.
Akibatnya, pengetahuan tradisional nyaris punah, padahal akupuntur, salah satu contoh sistem pengobatan herbal di China, ketika terus dikembangkan, pada akhirnya dapat melengkapi sistem pengobatan modern. Hal serupa juga berlaku bagi budaya dan pengetahuan tradisional di Indonesia apabila dikembangkan.
“Indonesia itu kaya dengan budaya dan keanekaragaman hayatinya, jadi mari kita jaga dan lestarikan kekayaan kita,” ajaknya.
Baca juga: Luncurkan Buku, Rektor IPB: Kecepatan Belajar Modal Penting Lahirnya Inovasi
Untuk mengembalikan kelindan sains dan budaya, ia menyarankan untuk mengadakan dialog lintas disiplin dalam pengetahuan modern. Tidak hanya itu, ia juga menyebut bahwa dialog transdisiplin dengan pengetahuan tradisional harus terus dikembangkan dan digali landasan filosofisnya. Terutama kaitannya dengan kearifan sosial-ekologi dan keterkaitan dengan sains.
“Paradigma neoliberal sedang krisis, ini memerlukan kearifan dan peradaban baru yang ekologis dan holistik, oleh karena itu, kelindan sains dan budaya menjadi kunci untuk memajukan peradaban di Indonesia,” pungkasnya.
Beritaneka.com—Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University kembali menggelar kontes ayam ketawa nasional. Namun demikian, kontes kali ini diselenggarakan secara online dengan rangkaian webinar dan lomba fotografi.
“Kontes ayam ketawa merupakan ajang silaturahim antara warga IPB University dengan pencinta ayam hias. Selain itu juga, kegiatan ini juga menjadi ajang sportivitas dalam melestarikan budaya nasional,” ujar Prof Ekowati Handharyani, Pembina Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas FKH IPB University.
Sementara itu, Dekan FKH IPB University, Prof Deni Noviana menyebutkan bahwa 40 hingga 50 persen alumni FKH IPB University bekerja di bidang perunggasan. Artinya, kegiatan di luar kelas seperti kontes ayam ketawa akan menambah kekayaan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa FKH IPB University.
“Mendapatkan ilmu pengetahun dari para narasumber yang berpengalaman di bidangnya merupakan satu hal yang penting dan tentu akan mendukung proses belajar,” terangnya.
Baca juga: Luncurkan Buku, Rektor IPB: Kecepatan Belajar Modal Penting Lahirnya Inovasi
Turut hadir dalam webinar, Ahmad Pebiyanto, koordinator pecinta ayam ketawa wilayah Tangerang. Di dalam presentasinya, ia menampilkan berbagai macam suara dari ayam ketawa. Ia menyebutkan bahwa secara umum jenis suara ayam ketawa dibagi menjadi tiga yakni tempo laju, sedang, dan pelan.
Lebih lanjut, Ahmad mengatakan, jenis suara ayam ketawa dengan interval kokok yang cepat dikenal dengan nama disko atau gretek. Kedua, jenis suara dengan tempo ketukan sedang serta bercengkok disebut dangdut. Terakhir, jenis slow seperti namanya maka interval suara kokok ayam ini lambat.
“Untuk memilih kualitas ayam ketawa sebaiknya banyak berkumpul bersama teman-teman yang lebih senior. Tujuannya adalah untuk mengetahui ayam ketawa yang bagus dan berkualitas. Bisa juga dilihat dari garis keturunan atau banyak tropi yang sudah diperoleh,” paparnya.
Adapun Dr Aulia Andi Mustika, dosen FKH IPB University memaparkan langkah-langkah merawat kesehatan ayam ketawa. Pasalnya, syarat pertama yang harus dipenuhi agar ayam ketawa dapat mengeluarkan suara yang merdu adalah harus sehat secara fisik dan tidak stres.
Ia menjelaskan, manajemen pemeliharaan ayam ketawa dimulai dari pemilihan bibit yang unggul. Setelah itu, pengaturan kandang ayam yang baik dengan syarat aman, nyaman, dan sehat. Suhu ideal bagi ayam ialah 16 sampai 27 derajat celsius.
“Suhu kandang untuk ayam terus dikurangi seiring pertumbuhan ayam, apabila menggunakan lampu maka ketinggian lampu bisa diubah semakin tinggi,” terang pakar farmakologi IPB University ini.
Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Pakar IPB: Negara Berkembang Butuh Pangan Dua Kali Lipat
Lebih lanjut, ia menerangkan, kelembaban yang ideal untuk ayam sekitar 30 sampai 70 persen. Ia juga menyarankan supaya ventilasi kandang cukup dan terjaga dari kebisingan.
Ia juga menjelaskan, penyakit yang umum menyerang ayam diantaranya berak darah yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini, ditandai dengan menurunnya nafsu makan dan kotoran ayam yang bercampur darah segar. Penyakit lainnya adalah penyakit new castle disease atau tetelo yang disebabkan oleh virus.
Ayam yang terserang tetelo akan mengalami gangguan syaraf sehingga kepalanya menjadi terbalik ke bawah. Selain itu terdapat penyakit chronic respiratory disease (CRD) complex atau penyakit ngorok yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
“Ayam juga bisa terserang cacingan dan penyakit gumboro yang disebabkan oleh infeksi virus,” paparnya.
Untuk mencegah ayam terserang berbagai macam penyakit, katanya, perlu dilakukan perawatan kesehatan ayam dan lingkungan hidup ayam dengan baik. Langkah-langkah yang dapat dilakukan berupa disinfeksi kandang terutama pada peralihan musim.
“Pemberian vaksin secara lengkap untuk menghindari serangan virus. Terakhir dengan pemberian suplemen dan vitamin,” pungkasnya
Beritaneka.com—Ada hikmah di masa pandemi COVID-19. Orang tua dapat mengasuh anaknya dengan baik sehingga dapat memperkuat kelekatan emosi anak dengan orangtua.
Hal ini disampaikan Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, Dr Tin Herawati saat membuka Bina Desa: Ngariung Carita Jilid #3, beberapa waktu lalu. Kegiatan ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fema IPB University. Pesertanya adalah warga dari desa Cibanteng Bogor.
Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Pakar IPB: Negara Berkembang Butuh Pangan Dua Kali Lipat
Webinar ini menghadirkan Pakar Pengasuhan Anak dari Departemen IKK IPB University, Alfiasari, SP, MSi. Dalam kesempatan ini, Alfiasari memaparkan materi berjudul “Kelekatan Emosi dan Self-Efficacy Anak: Bagaimana Membuat Anak Yakin dengan Kemampuannya di Masa Pandemi?”
Baca juga: Mahasiswa IPB Ciptakan Cream Soup Instan dengan Kemasan Self-Heating
Menurutnya, ada banyak tantangan dalam pengasuhan anak di masa pandemi. Yakni pendampingan anak belajar dari rumah, risiko penggunaan gadget yang berlebihan, pengelolaan suasana hati orang tua dan anak, serta pengelolaan lingkungan rumah yang nyaman bagi orang tua dan anak.
“Untuk itu, penting untuk membangun self-efficacy agar anak dapat merasa yakin atas kemampuan dirinya masing-masing. Selain itu, kelekatan emosi orang tua dan anak juga penting. Diperlukan strategi untuk menguatkan kelekatan emosi dan self-efficacy anak di masa pandemi,” ujarnya.
Beritaneka.com—Organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO) memperkirakan populasi global mencapai 9,1 miliar pada tahun 2050. Situasi itu memaksa masyarakat dunia meningkatkan produksi pangan dua kali lipat lebih besar.
“Implikasinya adalah semua negara harus meningkatkan produksi pangan sebesar 70 persen dari tingkat produksi saat ini. Untuk negara berkembang harus ditingkatkan dua kali lipat,” ujar Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Prof Rizaldi Boer, dalam keterangan tertulis kepada media, Selasa (14/09).
Menurut Boer, Kementerian Pertanian (Kementan) RI sudah menargetkan bahwa Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Tentu ini menjadi tantangan besar yang harus dicapai karena Indonesia juga ingin berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan pangan di dunia.
Baca juga: Mengapa Jokowi Gagal Meraih Prestasi dalam Isu Perubahan Iklim?
Boer menegaskan, perubahan iklim menjadi tantangan untuk bisa meningkatkan produktivitas. Perubahan iklim akan berpengaruh besar terhadap kemampuan produksi pangan ke depan.
Di sisi lain, Boer menambahkan, pertanian menjadi salah satu sumber emisi utama yang menyebabkan perubahan iklim. Meskipun yang menjadi sorotan adalah energi, FAO memperkirakan bahwa sektor pertanian akan berkontribusi 30 persen dari emisi total.
“Sementara itu, target dunia untuk mencegah terjadinya dampak buruk perubahan iklim mencapai zero emission pada tahun 2050. Target ini kita kenal dengan net zero emisson untuk menghindari dampak buruk perubahan iklim,” ungkap peraih Nobel Peace Prize 2007 ini.
Dosen di Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University ini melanjutkan bahwa untuk mencapai target tersebut, sektor lahan dan kehutanan harus bebas deforestasi pada tahun 2030 (net deforestation). Perlu peningkatan rehabilitasi lahan atau pemanfaatan lahan-lahan yang tidak produktif dengan target 161 juta hektar. Serta mempertahankan kawasan lindung untuk keanekaragaman hayati minimal 57 persen.
“Jika memungkinkan emisi dari sektor tata guna lahan sudah negatif paling lambat tahun 2050. Ini bisa dilakukan melalui kerjasama internasional. Perlu upaya bersama dan dukungan internasional yang memadai melalui kerjasama dengan negara-negara dengan potensi sink yang besar,” tambahnya.
Lebih lanjut dikatakannya, melalui Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia berkomitmen untuk menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor pertanian, lahan, dan kehutanan. Dalam strategi jangka panjang (Long-term Strategy/LTS), Indonesia menargetkan sektor Agriculture, Forestry and Other Land Use (AFOLU) mencapai net sink pada tahun 2030.
“Untuk mencapai net sink, hutan alam tersisa saat ini harus dipertahankan. Sampai tahun 2050, konversi hutan alam tidak lebih dari dua juta hektar,” terangnya.
Baca juga: Pakar IPB: Akibat Perubahan Iklim, Suhu Bumi akan Naik 2 Derajat Celcius
Selain itu, menurutnya, strategi jangka panjang Indonesia yang dilakukan adalah dengan meningkatkan produktivitas pangan 20-50 persen dan sawit sampai 95 persen. Indonesia juga perlu mengembangkan sistem pertanian terpadu dan pertanian campur (mix farming).
“Kurangi food loss dan food waste. Saat ini tingkat kehilangan pangan pada tahap panen dan pasca panen mencapai 11,2 persen dan 6,65-11,1 persen di tingkat eceran. Modernasi alat panen diperlukan untuk meningkatkan teknik panen dan mengurangi kehilangan hasil,” imbuhnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa bantuan berupa fasilitas penyimpanan dan teknologi pengemasan sangat penting untuk mengurangi kehilangan makanan selama distribusi makanan. Perbaikan teknologi panen dan pascapanen diharapkan dapat mengurangi kehilangan pangan dari 71 kilogram per kapita pada tahun 2010 menjadi 34 kilogram per kapita di tahun 2050.
“Strategi berikutnya meningkatkan Gross Domestic Product (GDP). Dengan peningkatan GDP, limbah makanan ikut meningkat. Untuk mencegahnya, kita bisa melakukan kampanye dan penerapan sertifikasi hijau untuk konsumen skala besar, misalnya restoran dan hotel,” pungkasnya.
Beritaneka.com—Masyarakat terutama generasi muda selalu ingin mencoba makanan yang unik, enak dan instan. Saat ini, di pasaran luar negeri tersedia jenis kemasan yang dapat meningkatkan suhu di dalamnya atau disebut self-heating. Pandemi COVID-19 membuat teknologi self-heating menjadi lebih relevan. Namun, di Indonesia sendiri kemasan ini masih belum banyak digunakan.
Kemasan self-heating dimanfaatkan oleh tim mahasiswa dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian (ITP Fateta) IPB University untuk menciptakan inovasi makanan di Indonesia. Tim mahasiswa ITP ini menciptakan cream soup instan bernama “AutoZoup”.
Baca juga: Mahasiswa IPB Ciptakan Biskuit Tingkatkan Produktivitas Sapi Perah
AutoZoup dikemas dengan kemasan teknologi self-heating dan terfortifikasi tepung cangkang telur bebek.
“Penggunaan tepung cangkang telur bebek dapat meningkatkan konsumsi kalsium di masyarakat. Self-heating yang digunakan berupa CaO yang akan bereaksi secara eksotermis. Jika ditambahkan air, kemasan ini dapat mengeluarkan panas dan menghangatkan makanan dengan sendirinya tanpa menggunakan air panas. Rentang suhunya berkisar 100-120 derajat celcius sehingga AutoZoup dapat dikonsumsi dalam keadaan hangat,” papar Firanindyta Hade, salah satu anggota tim.
Menurut M. Ridho Saputra, anggota tim lainnya, konsumsi kalsium di Indonesia tergolong rendah. Kalsium merupakan jenis mineral penting yang diperlukan tubuh. “Kecukupan gizi kalsium Indonesia masih tergolong rendah dibanding Angka Kecukupan Gizi.
Melalui bimbingan Dosen Departemen ITP IPB University, Dr Nur Wulandari, AutoZoup kami angkat menjadi ide topik Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) 2021 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, ” jelasnya.
Baca juga: Presiden Jokowi: IPB Jadi Kampus Pelopor Inovasi Pertanian
Annisa Dhabita, anggota lainnya menjelaskan bahwa awal mula terbentuk AutoZoup berawal dari ide lomba sebelumnya. “Brainstorming ide dimulai dari awal tahun. Selain itu kami juga konsultasi dengan Dr Wulan. Beliau tergabung di divisi pengolahan pangan. Kami mendapat insight baru mengenai alat-alat yang kami gunakan nantinya,” ujarnya.
Sementara itu, Firanindyta mengatakan bahwa kemasan pada AutoZoup dapat menjadi produk daur ulang, seperti celengan, pot bunga, dan lain-lain. Pusat produksi AutoZoup terletak di Bogor. AutoZoup laku terjual dan tersebar di tiga pulau dan 10 provinsi di Indonesia.
Penjualan telah mencapai target sebesar 450 pieces. Ridho berharap timnya bisa mengharumkan nama IPB University di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Bersama timnya, Ridho juga berencana untuk mengembangkan produk lainnya
Beritaneka.com—IPB University kembali menghadirkan inovasinya untuk mengatasi permasalahan pertanian bangsa. Kali ini inovasi yang ditawarkan berupa robot pemanen buah melon.
Dr Karlisa Priandana, selaku ketua tim inovator mengatakan mencoba membuat inovasi berupa melon-harvesting robot, yaitu alat pemanen buah melon untuk otomatisasi dalam smart melon greenhouse di Agribusiness and Technology Park IPB University.
Pakar robotik IPB University ini menjelaskan, dengan menggunakan melon-harvesting robot, penentuan kematangan buah melon diharapkan dapat menjadi lebih presisi sehingga kualitas hasil panen menjadi lebih tinggi.
“Inovasi Melon-harvesting robot ini juga merupakan salah satu upaya IPB University untuk menarik minat generasi muda bergerak di bidang pertanian,” ujar Karlisa.
Baca juga: Mahasiswa IPB Ciptakan Biskuit Tingkatkan Produktivitas Sapi Perah
Dalam pembuatannya, IPB University bekerja sama dengan PT XL Axiata dan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus). Perancangan dan pengembangan melon-harvesting robot dilakukan di Advanced Research Laboratory IPB University.
Tim dari IPB University adalah Prof Agus Buono; Prof Usman Ahmad; Dr Dwi Guntoro; Dr Karlisa Priandana; Dr I Dewa Made Subrata; Dr Sri Wahjuni; Dr Medria Kusuma Dewi Hardhienata; Wulandari, MAgrSc; Endang Purnama Giri; dan Auriza Rahmad Akbar.
“IPB University merancang konsep melon-harvesting robot serta menyediakan seluruh komponen robot,” ungkap Dr Karlisa Priandana, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Komputer.
Komponen robot yang dimaksud meliputi badan robot, lengan robot, dan mengembangkan teknik image processing untuk mengenali kematangan buah melon berdasarkan citra buah melon.
Sementara itu, PT XL Axiata menyediakan infrastruktur 5G agar robot dapat berkomunikasi dengan server secara real-time. Sedangkan Udinus mengembangkan kendali robotnya.
Selain itu, IPB University juga menyediakan greenhouse yang berlokasi di Agribusiness and Technology Park yang menjadi etalase inovasi IPB University. Hal ini juga bisa menjadi kegiatan promosi kepada para tamu IPB University terhadap inovasi teknologi robotika yang dihasilkan, menyediakan biaya operasional penanaman melon mulai dari penyediaan media tanam, peralatan irigasi hingga fertigasi.
Baca juga: Temukan Alat Deteksi Ayam Halal, Tim Mahasiswa IPB Raih Medali Emas di Jepang
Jenis melon yang dapat dipanen menggunakan melon-harvesting robot adalah melon golden Alisha F1. Melon ini telah ditanam dan dibudidayakan dalam smart greenhouse melon.
Dr Dwi Guntoro, mengatakan bahwa melon golden Alisha F1 merupakan salah satu melon yang memiliki sifat tahan terhadap penyakit virus. Melon ini memiliki warna kulit kuning cerah dan sangat cocok ditanam di dalam greenhouse.
“Ketika matang, rasa daging buahnya sangat manis dan teksturnya crunchy/krispi, tidak lembek seperti buah melon yang umum dijual di pasaran,” ujar Dr Dwi Guntoro, Asisten Direktur Stasiun Lapang Direktorat Bisnis IPB University.
Dosen IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura ini pun menjelaskan, permintaan pasar terhadap melon ini sangat tinggi dan harganya cukup tinggi dan stabil. Oleh karena itu, katanya, ATP IPB University berusaha meningkatkan volume produksi serta kualitasnya.