Oleh: M. Jamiluddin Ritonga, Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul
Beritaneka.com—Pertemuan tujuh Ketua Umum dan Sekjen Partai dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara dipenuhi puja puji. Para Ketua Umum Partai memuji habis keberhasilan Jokowi dalam menangani pandemi Covid-19.
Ketua Umum Gerindra menilai, penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan Pemerintahan Jokowi sudah efektif dan sudah berada di jalan yang benar.
Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, memuji Jokowi karena secara cepat menangani pandemi Covid-19. Bahkan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, menilai Presiden Jokowi sudah excellent dalam penanganan pandemi Covid-19 di tanah air.
Baca juga: Makna Dibalik Baliho Kaesang
Penilaian senada diungkapkan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskantar. Menurutnya, penanganan pandemi Covid-19 di bawah kepemimpinan Jokowi sudah berhasil, sehingga apapun yang dilakukan pemerintah harus didukung.
Bahkan pujian juga dilayangkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. “Kita sudah benar, makanya saya bilang dukung bapak. Jalur kita sudah betul,” tegas Megawati.
Puja puji semacam itu mengingatkan sikap dan perilaku elit di era Orde Baru. Para petinggi negeri bila bertemu Presiden Soeharto selalu berisi puja puji. Tidak ada yang berani menyatakan jalur kita sudah melenceng, apalagi di jalur yang salah.
Sikap asal bapak senang (ABS) itu tentu berbahaya bagi perkembangan Indonesia. Presiden tidak diberi situasi dan kondisi yang sebenarnya. Akibatnya bisa saja membuat presiden terlena, sehingga meneruskan kebijakan yang sudah diambil.
Padahal survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 20 – 25 Juni 2021 memperlihatkan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan Presiden menangani pandemi Covid-19 menurun dari 56,5 persen menjadi 43 persen.
Baca juga: Pemerintah Pilih PPKM Darurat Karena Lebih Ekonomis
Dari survei yang dilakukan berbagai lembaga survei juga menunjukkan, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi terus menurun.
Jadi, puja puji yang disampaikan para ketua umum partai itu kiranya tidak sepenuhnya mencerminkan realitas yang sebenarnya. Pandemi Covid-19 dan dampaknya masih menghantui negeri tercinta. Hal itu terlihat dengan masih diberlakukannya PPKM di Indonesia.
Belum lagi kesulitan hidup yang dihadapi masyarakat yang terus meningkat akibat dampak pandemi Covid-19. Mereka ini sudah mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Karena itu, sudah saatnya di era resformasi sikap ABS dihilangkan. Sebab, dominannya sikap ABS di era Orde Baru telah merusak berbagai tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tentu bangsa ini tidak boleh mengulang kesalahan yang sama. Sebab, keledai saja tidak mau masuk lubang yang sama.
Penulis buku:
- Perang Bush Memburu Osama
- Tipologi Pesan Persuasif
- Riset Kehumasan
Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996 – 1999