Beritaneka.com, Jakarta—PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamax cs mulai hari ini, Rabu (1/3/2023). Dilansir dari laman resmi Pertamina, harga Pertamax di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur naik Rp500/liter menjadi Rp13.300 dari harga sebelumnya Rp 12.800/liter.
Kemudian harga Pertamax Turbo juga naik Rp 250/liter. Pertamax Turbo kini dijual menjadi Rp 15.100/liter dari sebelumnya Rp 14.850/liter.
Harga Dexlite turun Rp 1.200/liter. Dexlite di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur kini lebih murah menjadi Rp 14.950/liter dari sebelumnya Rp 16.150/liter.
Pertamina Dex juga tercatat mengalami penurunan Rp 1.000/liter. Kini Pertamina Dex di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur menjadi Rp 15.850/liter dari sebelumnya Rp 16.850/liter.
Selanjutnya, harga Pertamax untuk wilayah Bali, NTT, NTB, Kalimantan, dan Sulawesi naik. Harga Pertamax di Bali, NTT, NTB naik Rp 500, dari sebelumnya Rp 12.800/liter menjadi Rp 13.300/liter. Sementara Pertamax Turbo ikut naik, dari Rp 14.850/liter menjadi Rp 15.100/liter. Dexlite turun, dari sebelumnya Rp 16.150/liter menjadi Rp 14.950/liter.
Kemudian, Pertamina Dex juga turun dari Rp 16.850/liter menjadi Rp 15.850/liter. Kemudian, di wilayah Kalimantan harga Pertamax naik, dari Rp 13.050/liter menjadi Rp 13.550/liter. Pertamax Turbo juga naik, dari Rp 15.150/liter menjadi Rp 15.400/liter. Harga Dexlite turun, dari Rp 16.500/liter menjadi Rp 15.250/liter. Pertamina Dex juga turun, dari Rp 17.200/liter menjadi Rp 16.150/liter.
Di Wilayah Sulawesi juga mengalami perubahan harga yang sama dengan Kalimantan untuk BBM Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Sementara itu, harga BBM subsidi, yaitu Pertalite dan Bio Solar tidak berubah, yaitu Rp 10.000/liter, dan Rp 6.800/liter.
PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamax cs mulai hari ini, Rabu (1/3/2023). Dilansir dari laman resmi Pertamina, harga Pertamax di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur naik Rp500/liter menjadi Rp13.300 dari harga sebelumnya Rp 12.800/liter.
Kemudian harga Pertamax Turbo juga naik Rp 250/liter. Pertamax Turbo kini dijual menjadi Rp 15.100/liter dari sebelumnya Rp 14.850/liter.
Harga Dexlite turun Rp 1.200/liter. Dexlite di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur kini lebih murah menjadi Rp 14.950/liter dari sebelumnya Rp 16.150/liter.
Pertamina Dex juga tercatat mengalami penurunan Rp 1.000/liter. Kini Pertamina Dex di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur menjadi Rp 15.850/liter dari sebelumnya Rp 16.850/liter.
Selanjutnya, harga Pertamax untuk wilayah Bali, NTT, NTB, Kalimantan, dan Sulawesi naik. Harga Pertamax di Bali, NTT, NTB naik Rp 500, dari sebelumnya Rp 12.800/liter menjadi Rp 13.300/liter. Sementara Pertamax Turbo ikut naik, dari Rp 14.850/liter menjadi Rp 15.100/liter. Dexlite turun, dari sebelumnya Rp 16.150/liter menjadi Rp 14.950/liter.
Kemudian, Pertamina Dex juga turun dari Rp 16.850/liter menjadi Rp 15.850/liter. Kemudian, di wilayah Kalimantan harga Pertamax naik, dari Rp 13.050/liter menjadi Rp 13.550/liter. Pertamax Turbo juga naik, dari Rp 15.150/liter menjadi Rp 15.400/liter. Harga Dexlite turun, dari Rp 16.500/liter menjadi Rp 15.250/liter. Pertamina Dex juga turun, dari Rp 17.200/liter menjadi Rp 16.150/liter.
Di Wilayah Sulawesi juga mengalami perubahan harga yang sama dengan Kalimantan untuk BBM Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Sementara itu, harga BBM subsidi, yaitu Pertalite dan Bio Solar tidak berubah, yaitu Rp 10.000/liter, dan Rp 6.800/liter.
Oleh Anthony Budiawan
Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
Beritaneka.com, Jakarta —Bahan Bakar Minyak, BBM, merupakan barang kebutuhan (necessity goods) yang menguasai hajat hidup orang banyak. BBM dikonsumsi masyarakat luas, dari kendaraan pribadi hingga transportasi umum dan taksi, dari pertanian hingga nelayan, dan lain-lainnya.
BBM juga merupakan komponen biaya produksi dan distribusi yang cukup signifikan. Kalau harga BBM naik, biaya produksi dan distribusi juga akan naik, menyebabkan inflasi, membuat daya beli masyarakat tergerus. Di negara berkembang seperti Indonesia, kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan tingkat kemiskinan.
Di tengah kenaikan harga minyak mentah dunia, pemerintah menaikkan harga pertalite dan solar pada 3 September lalu. Sangat tinggi, lebih dari 30 persen. Alasannya, untuk mengurangi subsidi BBM. Kalau tidak, APBN akan jebol, demikian alasan horor yang dikemukakan.
Apa benar APBN akan jebol? Tidak ada yang tahu. Lagi pula, apa artinya ‘jebol’? Pemerintah tidak transparan dalam menghitung neraca keuangan BBM. Berapa pendapatan dan subsidi BBM akibat kenaikan harga minyak mentah? Tidak jelas!
Kenaikan harga BBM ini langsung menuai protes dari masyarakat luas. Tentu saja ada juga yang mendukung.
Protes umumnya berasal dari kelompok bawah. Kenaikan harga BBM akan berakibat buruk bagi mereka. Jumlah kelompok bawah ini sangat besar, merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia.
Kelompok pendukung terkesan sangat liberal, harga BBM harus merujuk harga internasional, untuk mengurangi atau bahkan menghapus subsidi BBM. Selain itu mereka juga beralasan subsidi BBM tidak tepat sasaran, jadi harus dicabut. Tetapi dampaknya terhadap masyarakat miskin sepertinya kurang dipedulikan.
Jadi, berapa harga BBM yang pantas di Indonesia?
Apakah harus mengikuti harga internasional dengan mencabut subsidi, seperti yang dilakukan banyak negara maju antara lain Amerika Serikat, Eropa, Jepang, bahkan Singapore, Hong Kong atau Korea Selatan?
Atau sebaiknya meniru Malaysia, yang memberlakukan harga BBM (tertentu) cukup rendah bagi warganya?
Jawaban untuk itu, harusnya cukup sederhana. BBM adalah barang yang menguasai hajat hidup orang banyak. Maka itu harga BBM wajib terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Terjangkau, artinya relatif dibandingkan dengan penghasilan masyarakat.
Kalau harga BBM di Indonesia setinggi di Singapore, sekitar Rp30.000 – Rp40.000 per liter, maka sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan BBM-nya untuk aktivitas sehari-hari. Karena penghasilan masyarakat Indonesia jauh lebih rendah dari masyarakat Singapore dan negara maju lainnya. Pendapatan per kapita Indonesia tahun 2021 hanya 4.292 dolar AS, sedangkan Singapore sudah mencapai 72.794 dolar AS, atau 17 kali lipat dari Indonesia.
Selain itu, menurut data Bank Dunia, jumlah rakyat miskin Indonesia mencapai 50,3 persen dari jumlah penduduk pada 2021, setara 138,9 juta orang, dengan pendapatan di bawah Rp1 juta per orang per bulan (atau 5,5 dolar AS, kurs PPP 2011). Sedangkan Singapore dan negara maju lainnya tidak ada penduduk miskin dengan pendapatan sebesar itu.
Dengan pendapatan per kapita yang sangat rendah, ditambah jumlah penduduk miskin yang sangat besar, mayoritas masyarakat Indonesia tidak mampu membeli BBM dengan harga internasional.
Meskipun harga BBM di Indonesia lebih rendah dari negara maju, tetapi rasio atau persentase pengeluaran BBM terhadap penghasilan bersih (disposable income) di Indonesia lebih tinggi dari negara maju.
Yang lebih memprihatinkan, kelompok masyarakat bawah menanggung beban kenaikan harga BBM jauh lebih berat dari kelompok atas. Menurut salah satu studi di Amerika Serikat, rasio pengeluaran BBM terhadap penghasilan masyarakat berpendapatan rendah bisa capai 11 sampai 38 persen dari penghasilan bersihnya. Sedangkan kelompok menengah atas hanya 2,8 hingga 4,9 persen saja.
Maka itu, kenaikan harga BBM akan membuat masyarakat miskin semakin bertambah miskin. Belum memperhitungkan inflasi yang akan melonjak akibat kenaikan harga BBM.
Bagi Indonesia dengan jumlah penduduk miskin sangat besar, kenaikan harga BBM dan pengurangan subsidi jelas akan membuat jumlah penduduk miskin meningkat.
Di samping itu, masyarakat pedesaan akan menanggung beban kenaikan harga BBM lebih besar dibandingkan masyarakat perkotaan. Kemiskinan pedesaan akan melonjak.
Maka itu, kenaikan harga BBM di tengah inflasi yang tinggi saat ini sangat tidak tepat. Mencabut subsidi BBM akan membuat masyarakat miskin menjadi lebih miskin, dan membuat jumlah penduduk miskin meningkat. Maka itu, mereka masih sangat perlu dibantu.
Artinya, menentukan harga BBM, barang yang menguasai hajat hidup orang banyak, wajib memperhatikan penghasilan masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan BBM untuk aktivitas sehari-hari, dan mempertahankan ekonomi sosial masyarakat agar tidak bertambah miskin.
Beritaneka.com, Jakarta —Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mencatat 50.000 kendaraan pengguna BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar sudah mendaftar di MyPertamina sejak dibuka pada 1 Juli 2022 lalu.
“Sejak Jumat, 1 Juli 2022 sampai Senin, 4 Juli 2022 malam, kami mendapatkan antusiasme yang sangat tinggi dari masyarakat yang telah mendaftarkan kendaraannya di website subsiditepat.mypertamina.id,” kata Sekretaris Perusahaan pada PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting dalam keterangannya, Selasa (5/7/2022).
Saat ini, pendaftaran masih dibuka bagi konsumen yang ingin mendaftarkan kendaraannya sebagai penerima BBM subsidi. Selain melalui website subsiditepat.mypertamina.id secara langsung, pendaftaran juga dapat diakses melalui aplikasi MyPertamina.
Baca Juga:
Dibuka Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 35, Cek Syaratnya
Pengguna (user) aplikasi MyPertamina saat ini juga bertambah sebanyak 4 juta dalam waktu 4 hari dari berbagai daerah di Indonesia. Besarnya antusiasme untuk menjadi pengguna MyPertamina menunjukkan para pengguna kendaraan bermotor antusiasme dengan langkah yang dilakukan Pertamina.
Untuk mempermudah pendaftaran, bagi masyarakat yang tidak memiliki handphone, dapat datang ke booth pendaftaran yang telah disediakan di SPBU Pertamina. Terdapat petugas yang akan membantu masyarakat mendaftar secara langsung.
“Kami melihat bahwa telah terbangun pemahaman dan kesadaran di masyarakat mengenai penyaluran BBM subdisi untuk tepat sasaran. Saluran pendaftaran yang beragam (website, aplikasi dan di SPBU) juga telah berjalan baik,” ujarnya.
Karena itu, dia menuturkan, pendaftaran akan diteruskan sampai seluruh masyarakat Indonesia yang berhak mendapatkan BBM subsidi, mendaftar. “Mari kita sama-sama pastikan BBM Subsidi dikonsumsi oleh masyarakat yang tepat dan berhak,” kata Irto.