Beritaneka.com—Himpunan Alumni (HA) IPB University menyerahkan donasi sebesar Rp 1,3 milyar kepada IPB University. Dana yang diserahkan itu kontribusi alumni IPB membantu masyarakat yang terpapar pandemi Covid-19.
Donasi itu diserahkan langsung oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) HA IPB University, Fathan Kamil kepada Rektor IPB University, Prof Arif Satria di Kampus Dramaga, Bogor 28/7.
Bantuan donasi terdiri dari 120 unit tabung oksigen kapasitas enam meter kubik senilai Rp 342,5 juta, 60 unit regulator senilai Rp 72 juta, 500 unit selang oksigen nasal canula dan 100 selang masker senilai Rp 9,5 juta.
Baca juga: Mahasiswa IPB KKN, Ajari Masyarakat Akuaponik dan Hidroponik
Donasi ini juga menanggung biaya isi ulang tabung oksigen selama tiga bulan senilai Rp 360 juta, bantuan biaya makanan pasien selama tiga bulan senilai Rp 420 juta dan paket obat-obatan senilai Rp 114.435.000.
Ketua DPP HA-IPB University, Fathan Kamil mengapresiasi seluruh lapisan alumni di berbagai daerah dari berbagai angkatan atas keikutsertaan dalam program donasi ini. Semangat yang ditunjukkan alumni IPB University ini, sebutnya, merupakan bentuk komitmen alumni membersamai almamater.
“Terima kasih pada para alumni dan berbagai komponen yang telah bekerja keras menyalurkan energi positifnya. Energi positif ini menunjukkan adanya peningkatan bagaimana kita turut berkontribusi untuk almamater dan untuk bangsa ini. Mudah-mudahan langkah ini terus menjadi partisipasi aktif yang strategis ke depan. Alumni akan terus bersama untuk mendorong tumbuh kembang almamater lebih baik,” ujarnya.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria menyambut baik dan mengapresiasi langkah HA IPB University ini. Ia menyampaikan apresiasi kepada alumni yang telah terlibat dalam donasi ini. Pengadaan tabung oksigen akan sangat membantu penyembuhan pasien yang membutuhkan.
“Saat ini IPB University telah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi pandemi COVID-19. Sejak tahun lalu, asrama dialihfungsikan menjadi tempat bagi warga IPB University menjalani isolasi. Berkat kerjasama dengan Pemerintah Kota Bogor, IPB University menyediakan satu gedung asrama lagi untuk warga IPB University maupun warga Bogor yang bergejala ringan untuk isolasi,” terang Rektor.
Selain itu, lanjutnya, vaksinasi terus dilakukan secara masif. Setelah dosen dan tenaga kependidikan, dalam waktu dekat IPB University akan menyediakan vaksin untuk mahasiswa, keluarga besar IPB University dan masyarakat lingkar kampus.
Tak hanya itu, IPB University dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah menghasilkan instalasi oxygen concentrator plant. Hal ini sebagai langkah untuk memberikan jaminan pasokan oksigen untuk kepentingan rumah sakit terutama di Bogor. Ke depan, IPB University juga akan membuka rumah sakit lapang bekerja sama dengan rumah sakit swasta di Bogor.
Baca juga: Indonesia Darurat Sampah, Pakar IPB: Setiap Orang harus Bertindak Nyata
“Semoga support alumni terus mengalir. Semoga Allah membalas niat dan karya baik dari seluruh alumni. Saya berharap kita selalu kompak untuk bersama menyelesaikan masalah bangsa,” tutur Prof Arif.
Turut hadir Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Kerja Sama, dan Hubungan Alumni sekaligus Ketua Crisis Center COVID-19 IPB University, Prof Dodik Ridho Nurrochmat dan Kepala Biro Komunikasi, Yatri Indah Kusumastuti. Sementara dari pihak HA IPB University, hadir Sekjen HA, Walneg S. Jas dan Ketua Umum Aksi Relawan Mandiri (ARM) HA IPB University, Ahmad Husein.
“Semoga semua donasi dan bantuan ini dapat bermanfaat untuk membantu menyelamatkan nyawa dan kesembuhan seluruh pasien isolasi mandiri yang kini tengah berjuang memenangkan hidup melawan COVID-19. Semoga Allah meridhai segala usaha kita ini,” ujar Ketua ARM HA-IPB, Ir. Ahmad Husein, M.Si.
Beritaneka.com—Mahasiswa IPB University melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor. Salah satu kegiatan yang digelar webinar “Hidroponik dan Budikdamber sebagai Alternatif Pertanian pada Lahan Terbatas”. Tampil sebagai nara sumber Dr Tatag Budiardi, Dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).
Menurut Tatag, sistem budidaya tanaman Akuaponik dan Hidroponik muncul karena adanya fenomena “urban farming”. Akuaponik adalah teknologi yang memadukan teknik bercocok tanam dan budidaya ikan pada lahan yang sempit.
Akuaponik merupakan teknologi produksi pangan yang memiliki kemampuan untuk produksi dalam ruang yang efisien dan pada tempat yang tidak biasa. Teknologi ini cocok digunakan untuk menanam ikan dan sayuran secara berkelanjutan. Unit produksi akuaponik berpotensi diterapkan untuk ketahanan pangan baik skala rumah tangga maupun skala komersial pada berbagai tingkat teknologi dan ukuran.
“Teknik akuaponik dapat menghasilkan produksi ikan dan sayuran sebagai bahan pangan yang terkontrol proses produksinya dan kualitas yang baik,” ujarnya.
Baca juga: Aplikasi IJAH Analytics, Sistem Prediksi Formula Jamu yang Mutakhir
Prinsip kerja sistem akuaponik pada dasarnya menggunakan nutrisi yang ditambahkan ke sistem akuaponik seoptimal dan seefisien mungkin dengan menghasilkan dua produk yaitu ikan dan sayuran.
Sistem akuaponik tersebut memanfaatkan air secara hemat dan efisien untuk kegiatan produksi dengan memaksimumkan penggunaan lahan atau unit produksi. Komoditas ikan yang biasa dibudidayakan pada sistem ini biasanya adalah ikan lele, nila, mujair, dan patin.
Pemilihan jenis ikan yang akan dibudidayakan tersebut perlu memperhatikan kemampuan ikan untuk dapat bertahan hidup pada kondisi tertentu. Sementara sayuran yang biasa diterapkan dengan sistem ini berupa kangkung, sawi, dan caisim.
Peralatan yang digunakan untuk menciptakan sistem ini tergolong sangat sederhana yaitu dapat menggunakan ember bekas dan gelas plastik yang sudah tidak terpakai.
Monitoring perlu dilakukan secara berkala dengan memperhatikan kondisi hara yang digunakan, kualitas air yang terjaga, serta tingkat padat tebar ikan yang dibudidayakan.
“Budikdamber merupakan solusi yang sangat tepat untuk diterapkan pada lahan yang terbatas untuk melakukan produksi ikan dan sayuran pada waktu yang sama, tentunya dengan kontrol yang dijaga sehingga kualitas dan kuantitas yang dihasilkan memiliki nilai yang sangat baik,” imbuhnya.
Baca juga: Di Masa Pandemi Petani Binaan IPB University Bisa Ekspor
Selain Dr Tatag, kegiatan ini juga menghadirkan Dr Hamim, Dosen IPB University dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Sesuai dengan kepakarannya, Dr Hamim menjelaskan kandungan hara pada sistem hidroponik.
Nutrisi (hara) untuk tanaman hidroponik dapat disalurkan melalui pemberian pupuk cair. Pupuk yang cocok serta banyak dijual di pasaran contohnya adalah pupuk AB-mix, VeggieMix, dan Royal Hidroponik.
Komoditas yang cocok untuk hidroponik pada umumnya adalah jenis buah-buahan seperti melon, tomat, dan strawberry; dan jenis sayuran seperti selada, seledri, daun bawang, dan sawi hijau.
Pemeliharaan hidroponik pada umumnya dilakukan pengontrolan pada sirkulasi nutrisi, menjaga pH media, memperhatikan kecukupan aerasi, pengamatan morfologi, dan pengatasan penyakit, serta pemanenan.
Pemanenan tanaman dengan sistem hidroponik ini dilakukan berdasarkan jenis tanaman dengan pelaksanaan panen secara serempak, berulang, ataupun bertahap. Pemasaran hasil tanaman hidroponik dapat dilakukan pada super market, restoran/catering/hotel, atau online market.
“Tanaman dengan sistem hidroponik ini memiliki potensi yang sangat tinggi karena memiliki kualitas produk yang baik, tren konsumen masa mendatang, dan perkembangan online market,” imbuhnya.
Beritaneka.com—Sampah, hingga kini masih persoalan besar. Perlu kerja keras dan kesadaran masyarakat untuk mengatasinya. Mengatasi sampah bisa dimulai dari lingkungan rumah tangga. Pemerintah mengambil peran melakukan pemberdayaan masyarakat agar memiliki pemahaman cara mengelolah sampah yang benar.
“Permasalahan sampah paling utama di Indonesia adalah sampah organik. Jangan buang sampah organik ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Olah di tempat asalnya dengan basis pemberdayaan masyarakat agar masyarakat semakin pintar, lingkungan bersih dan sehat serta APBN/APBD hemat,” ucap Prof Arief Sabdo Yuwono, Guru Besar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Baca juga: Dukung Integrasi Data Jokowi, IPB Sodorkan Data Desa Presisi
Pakar Teknik Sanitasi Lingkungan IPB University menyampaikan memberikan penjelasan terkait pengelolaan limbah padat skala rumah tangga dan komunal. Sebagaimana diketahui bersama, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) maupun TPS hingga truk pengangkut sampah itu identik dengan kata kumuh dan bau. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di beberapa negara Eropa.
“Itu akibat melimpahnya sampah organik. Apabila masyarakat di tiap rumah tangga mau mengolah sampah organiknya sendiri dengan menjadikannya lebih bermanfaat (seperti kompos), tentu tukang sampah nantinya hanya akan membawa sampah an-organik. Tentu tidak akan membawa kesan bau. Truk-truk pengangkut sampah yang ada di seluruh Indonesia tidak akan membawa bau ataupun meninggalkan cairan akibat sampah yang akan mengalir di sepanjang jalan yang dilewatinya,” imbuhnya.
Baca juga: Terkait Merdeka Belajar, Rektor IPB Nilai Perlu Regulasi yang Kondusif
Menurutnya, setiap orang harus mampu memberikan tindakan nyata untuk melakukan pemilahan sampah. Mulai dari dirinya sendiri, keluarganya, hingga jangkauan yang lebih luas lagi.
“Berhentilah berwacana, mulailah memilah sampah dari rumah Anda besok pagi. Dan berikan solusi nyata untuk negeri. Jangan hanya omdo (omong doang),” ucap Prof Arief di akhir sesi webinar.
Pernyataan Prof Arief Sabdo Yuwono disampaikan saat Tim mahasiswa IPB University yang melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah mengadakan webinar Pengelolaan Sampah, (25/7). Webinar ini dihadiri oleh para mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, pengurus bank sampah dan pemuda karang taruna Desa Tuwel, Kabupaten Tegal.
Beritaneka.com—Presiden Jokowi telah menetapkan pengintegrasian data sebagai dasar pembuatan kebijakan. Keputusan Presiden Jokowi itu disambut baik IPB Unversity. Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), IPB Unversity menggelar Merdesa Talk Seri Dua, Sabtu (24/7). Acara ini menghadirkan penggagas Data Desa Presisi (DDP) IPB University, Dr Sofyan Sjaf, Inspirator Pengembangan DDP, Jenal dan Anggota DPR RI, Rieke Diah Pitaloka.
Dalam sambutannya, Rektor IPB University Prof Arif Satria mengatakan akurasi data desa sebagai unit terkecil itu sangat menentukan.
“Karena akurasi data desa sangat berpengaruh pada akurasi data kecamatan, akurasi data kabupaten, data provinsi dan terakhir pada data nasional. Jadi kalau data desanya tidak akurat, maka dapat dipastikan data nasionalnya juga tidak akurat. Kalau perencanaan pembangunan berbasis pada data yang tak akurat, maka perencanaan itu bisa berbahaya,” ujar Arief Satria.
Baca juga: IPB Gandeng University of Nottingham Kembangkan Biomaterial Terjangkau untuk Implan Tulang
Arief menegaskan, gagasan dan capaian DDP inovasi Dr Sofyan Sjaf ini sangat luar biasa. Menurut Prof Arif, DDP sudah direspons Menteri Dalam Negeri dan Menteri Sosial, dan ia sendiri juga sudah menyampaikannya kepada Presiden Jokowi.
“Melihat capaian DDP ini, beliau (Presiden Jokowi) sangat antusias sekali. Karena ini merupakan cara mendapatkan data secara akurat, secara spasial ataupun numerik,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, penggagas DDP, Dr Sofyan Syaf menjelaskan bahwa DDP terinspirasi dari legacy (warisan) dari 531 tokoh-tokoh se Indonesia yang tergabung dalam Dewan Perancang Nasional (Depernas). Depernas memastikan keharusan adanya data sebagai bentuk Democratic Rural Development (DRD) yang mengutamakan partisipasi rakyat secara demokratis.
“DRD ini juga yang menjadi patokan ideologis dan filosofis dalam DDP untuk menghasilkan data akurat,” ujar Wakil Kepala LPPM IPB University bidang Pengabdian kepada Masyarakat ini.
Menurutnya, masalah data yang dihadapi desa ini belum tuntas terselesaikan hingga sekarang. Ia memastikan adanya galat data hingga (hampir) 50 persen. Terutama pada data Potensi Desa (Podes) keluaran Badan Pusat Statistik (BPS) yang tak sesuai dengan kondisi riil pedesaan.
“Ada lima masalah pendataan desa yang sudah saya paparkan dalam buku Involusi Republik Merdesa (2019). Bengkalai masalah itu yakni warga desa sebagai obyek, kurangnya kreativitas dalam penyusunan data desa, minimnya akses data terutama data desa berbasis spasial, rendahnya Sumberdaya Manusia (SDM) aparat desa, hingga data desa yang masih disusun dan diolah secara manual,” jelasnya.
Menanggapi hal ini, Rieke Dyah Pitaloka menyebut istilah ‘Intelektual Kolektif’ dari Pierre Bourdieau, yang menurutnya penting dalam pengembangan DDP.
“Kita dulu punya legacy Dewan Perencanaan Nasional (Depernas) yang anggotanya bukan hanya dari semua parpol yang diakui masa itu, tapi juga ada perwakilan dari golongan, suku agama, mazhab pemikiran dan pakar berbagai universitas. “Buku Putih’ Depernas mengutamakan data akurat, bukan sekedar taksiran dalam perencanaan pembangunan. Oleh karena itu, semua pihak harus sama-sama membangun satu data yang akurat dan presisi. Perguruan tinggi harus dilibatkan secara aktif. Sehingga memastikan perlunya ‘keputusan politik berbasis riset’. Tapi perguruan tinggi harus menghasilkan riset ilmiah yang mudah dipahami masyarakat,” ujarnya.
Baca juga: Rektor IPB University: Saatnya Indonesia Pemimpin Industri Halal Dunia
Jenal, Kepala Desa Gelaranyar, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menyambung diskusi ini dengan membeberkan semua keunggulan DDP. Jenal berinisiatif menggunakan DDP untuk membangun desanya.
“Tak ada keraguan lagi. DDP ini 99 persen tepat. Namun sayang, ada satu kekurangannya, yakni dari sisi pemerintah. Pemerintah pusat semestinya membuat regulasi nasional penggunaan DDP,” pungkasnya.
Kepala LPPM IPB University, Dr Ernan Rustiadi juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya, ini bukan masalah teknologi yang tak bisa dikuasai. Tapi permasalahannya adalah maukah konsep DDP ini diterapkan oleh negara.
“Teknologinya ada, kemampuan kita ada, SDM kita juga mampu. Bahkan proses-proses pengembangan Data Desa Presisi yang dikembangan Unit Desa Presisi dilakukan secara partisipatif dengan masyarakat desa. Jadi masyarakat desa pun sekarang sudah sangat terbiasa dengan gadget, sudah ngerti GPS (Global Positioning System), bahkan ngerti juga analisis-analisis pedesaaan,” ujarnya. Dr Ernan optimis DDP akan menjadi solusi bagi kemajuan dan akselerasi pembangunan pedesaan.
Beritaneka.com—Peneliti IPB University dari Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Dr Yessie Widya Sari, mengatakan bahwa tidak semua lapisan masyarakat mendapatkan akses yang memadai terhadap layanan kesehatan berkualitas. Terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia.
Layanan kesehatan yang dimaksud diantaranya terkait dengan trauma tulang, TBC tulang, kanker tulang dan patah tulang. Semua layanan tersebut masuk dalam salah satu Prioritas Kesehatan Nasional Indonesia 2020-2024.
“Bahan implan tulang yang diperlukan untuk pengobatan, mayoritas masih produk impor dengan harga yang tinggi. Maka dari itu, diperlukan riset terkait pengembangan bahan implan tulang untuk aplikasi biomedis yang dapat terjangkau oleh masyarakat,” ujarnya.
Baca juga: Terapkan Sustainability Science, Rektor IPB Raih Top Three Lecturers dari UNTA Taiwan
Oleh karena itu, menurut Dr Yessie, Departemen Fisika IPB University bersama lima institusi lainnya menggelar lokakarya yang membahas pembuatan biomaterial perbaikan tulang sebagai bahan perawatan kesehatan terjangkau di Indonesia.
Kelima institusi tersebut adalah Fakultas Teknik (University of Nottingham, Inggris), Departemen Fisika (Universitas Indonesia), Stem Cell and Cancer Institute (Kalbe Farma), RSUP Persahabatan dan Ikatan Fisikawan Kedokteran Indonesia.
Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria menyampaikan bahwa tema yang diangkat dalam lokakarya ini sangat relevan untuk menyediakan layanan kesehatan yang terjangkau bagi penduduk Indonesia.
“Kolaborasi proyek ini bermula dari penghargaan British Council, Newton Fund Institutional Links antara University of Nottingham dan IPB University. Saat itu judul dari proyeknya adalah ‘Development and Manufacture of FDA Approved Bone Repair Materials: Establishing Affordable Healthcare in Indonesia’. Kolaborasi ini berpusat pada transfer pengetahuan untuk pembuatan biomaterial perbaikan tulang. Tujuannya untuk menyediakan layanan kesehatan yang terjangkau bagi penduduk Indonesia,” ujarnya.
Dr Yessie selaku Koordinator Proyek dari IPB University menambahkan bahwa kemitraan ini juga bertujuan untuk meningkatkan komunitas ilmiah dan penelitian Indonesia yang dapat memberikan dampak kepada masyarakat.
“Apabila biomaterial pengganti tulang yang terjangkau ini dapat terwujud, tidak menutup kemungkinan di masa mendatang kita mampu dan ahli dalam membuat bahan alat kesehatan lainnya di Indonesia,” imbuh Dosen Muda IPB University penerima GlobeAsia’s 99 Most Inspiring Women ini.
Baca juga:Rektor IPB University: Saatnya Indonesia Pemimpin Industri Halal Dunia
Lokakarya ini dihadiri Ir Sodikin Sadek, MKes dari Kementerian Kesehatan RI yang menjelaskan terkait jalur regulasi alat kesehatan di Indonesia dan tiga dokter ortopedi (Dr dr Ferdiansyah, Sp.OT, Dr dr Norman Zainal dan dr Sigit Daru Cahayadi, Sp.OT) yang menjelaskan tentang berbagai jenis biomaterial komersial yang ada serta tahapan komersialisasi biomaterial.
Ada juga Assoc Professor Dr Ifty Ahmed (University of Nottingham) yang menyampaikan terkait transfer pengetahuan teknologi biomaterial dari Inggris ke Indonesia, dr Sandy Qlintang (Biofarma Adiluhung) yang menjelaskan tentang perkembangan terapi sel yang sedang berlangsung di Indonesia.
Sementara itu, Assoc Professor University of Norttingham, Dr Bagus Muljadi menyampaikan terkait proyek UK-ICIS (konsorsium yang menyatukan Universitas Nottingham, Warwick dan Coventry, bersama-sama dengan Institut Teknologi Bandung, IPB University dan Universitas Gadjah Mada di Indonesia).
Dr Susanti (peneliti awal karir di University of Nottingham) juga memberikan penjelasan tentang jalur komersialisasi dan dampak terkait penelitiannya dari PathGen. Tujuan risetnya adalah untuk memberikan diagnostik molekuler berbiaya rendah pada kanker dan penyakit lainnya ke dalam implementasi klinis.
Beritaneka.com—Nama Indonesia kembali berkibar di dunia internasional. Kali ini datang dari dunia pendidikan. Rektor IPB University, Prof Arif Satria dinobatkan sebagai Top Three Lecturer pada Master’s Lecture Series on Sustainability yang diselenggarakan oleh University Network for Tropical Agricultural (UNTA) dan National Pingtung University of Science and Technology (NPUST), Taiwan. Penghargaan ini dikeluarkan oleh UNTA dan NPUST pada 14 Juli 2021 lalu.
“Alhamdulillah mendapat kiriman sertifikat penghargaan Top Three Lecturer pada Seri Kuliah Progran Master dengan Topik Sustainability di bawah Program UNTA yang bekerjasama dengan NPUST di Taiwan,” jelasnya Satria melalui keterangan tertulis kepada wartawan.
Pemberian penghargaan ini erat kaitannya dengan pengembangan dan penerapan Sustainability Science. Sustainability Science adalah disiplin akademis yang berkembang menggunakan pendekatan transdisipliner untuk mengatasi kompleksitas dan ketidakpastian serta problem masyarakat global. Bidang ilmu yang muncul ini berkaitan dengan sistem alam dan sosial yang kompleks yang mempengaruhi keberlanjutan itu sendiri.
Baca juga: Rektor IPB University: Saatnya Indonesia Pemimpin Industri Halal Dunia
Prof Arif Satria mengatakan, IPB University sebagai perguruan tinggi berbasis pertanian secara luas, selama bertahun-tahun telah mengembangkan kurikulum terkait pentingnya integrasi ilmu-ilmu keberlanjutan (sustainability sciences) dalam pembangunan. Kurikulum tersebut tentunya telah mempertimbangkan kebutuhan generasi sekarang dan mendatang.
Dikatakannya, berbagai mata kuliah yang dapat dipilih oleh mahasiswa multi gelar dari IPB University telah menganjurkan pendekatan transdisipliner salah satunya dengan membentuk berbagai konsorsium penelitian yang melibatkan ragam pemangku kepentingan baik nasional maupun internasional.
“Di sisi lain, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) telah menjadi platform global dan dampaknya dipantau di tingkat nasional hingga perguruan tinggi, ” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa Indonesia sendiri memiliki komitmen kuat terhadap SDGs dan telah menetapkan roadmap dan target SDGs menuju 2030. “Sehingga IPB University, sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia, sangat mementingkan pemanfaatan platform global ini.
Salah satu langkah penting yang dilakukan IPB University untuk mengarusutamakan Sustainability Sciences dalam spektrum akademiknya ialah dengan mendirikan Center for Transdisciplinary and Sustainability Science (CTSS), ” imbuhnya.
Baca juga: Terkait Merdeka Belajar, Rektor IPB Nilai Perlu Regulasi yang Kondusif
Dikatakannya, sejak didirikan, CTSS IPB University telah memposisikan diri sebagai hub atau platform komunikasi antara akademisi dan pemangku kepentingan lainnya. Seperti pembuat kebijakan, sektor bisnis/industri, masyarakat sipil, dan komunitas lokal.
“Karya akademik IPB University berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan dengan tidak hanya menghasilkan publikasi di jurnal bereputasi, namun juga upaya penerapan yang sudah diadopsi oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Dalam rangkaian kuliah UNTA ini, ilmu-ilmu keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam (misalnya, sektor berbasis darat dan laut) dibahas secara eksplisit dengan pendekatan kasus di Indonesia, ” jelasnya.
Beritaneka.com—Prof Bambang Hero Saharjo, Guru Besar IPB University mendapat piagam penghargaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan tahun 2020. Penghargaan tersebut diberikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Republik Indonesia No. 40 tahun 2021 tanggal 5 April 2021 tentang Penetapan Penerima Penghargaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2020.
Salah satu yang menjadi dasar pemberian penghargaan tersebut adalah Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: S.100/MENLHK/PPI/PPI.4/2/2021 tanggal 21 Februari 2021 tentang Pemberian Penghargaan kepada Tim Satgas Karhutla di Tingkat Pusat dan Daerah.
“Saya terkejut ketika mendapat penghargaan tersebut, selain karena saya bekerja tidak untuk mengharapkan penghargaan, juga karena apa yang saya lakukan itu sesungguhnya bukan sesuatu yang istimewa, dan mungkin banyak kolega lain dapat melakukannya bahkan mungkin lebih baik,” ujar Prof Bambang Hero, pakar Lingkungan dan Kebakaran Hutan IPB University.
Baca juga: Rektor IPB University: Saatnya Indonesia Pemimpin Industri Halal Dunia
Ia pun merasa bersyukur dan menjadikannya sebagai pelecut untuk bisa bekerja lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Prof Bambang Hero menjelaskan, pemberian penghargaan berdasarkan evaluasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan tahun 2020. Pada tahun 2020, diketahui bahwa luas lahan terbakar mengalami penurunan luas yang signifikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 82 persen. Penurunan salah satunya disebabkan oleh adanya peningkatan sinergitas bersama antar kementerian maupun lembaga baik di pusat dan daerah.
“Saya bekerja tidak mengharapkan penghargaan dan sudah saya lakukan sejak puluhan tahun. Adapun yang menilai apakah saya berhak untuk mendapatkan penghargaan itu adalah bukan atas permintaan saya tetapi dilakukan oleh pihak yang berkompeten,” ujar Prof Bambang Hero, Guru Besar IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan.
Dirinya menyebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang melihat dan mengevaluasi kegiatan pengendalian kebakaran yang ia lakukan. “Saya sendiri tidak merasa dinilai ketika melakukan kegiatan tersebut mulai dari pendidikan, penelitian, pelatihan, kegiatan investigasi terkait penegakan hukum hukum, dan lain sebagainya, yang saya biasa lakukan dari tahun ke tahun,” tambah Prof Bambang Hero.
Berdasarkan SK Menkopolhukam No. 4 tahun 2021, ia mengaku bahwa pemberian penghargaan tersebut dilakukan atas koordinasi, kontribusi aktif dan aksi reponsif dalam rangka pengendalian kebakaran hutan dan lahan tahun 2020.
Sebagai akademisi, dosen IPB University itu mengatakan, ada banyak hal yang bisa dilakukan meskipun dari hal yang kecil. Dirinya pun berkomitmen akan tetap melanjutkan kegiatan yang sudah ia kerjakan sejak puluhan tahun lalu. Baik dalam kegiatan riset di dalam maupun luar negeri termasuk mempublikasikannya.
“Saya merasa tidak sedikit teman-teman yang membutuhkan data hasil penelitian yang clear untuk dijadikan sebagai referensi seperti penelitian yang kami lakukan dengan bantuan dana dari NASA yang sudah berjalan sekitar 9 tahun,” ujar Prof Bambang.
Baca juga: Rehabilitasi Ekosistem, Bappenas Beri Mandat IPB Kelola Pesisir Raja Ampat
Ia bersama timnya juga saat ini sedang mengembangkan Regional Fire Management Resource Center Southeast Asia. Pengembangan tersebut di-support oleh Global Fire Monitoring Center dengan bantuan dana dari Pemerintah Jerman serta didukung oleh Max Plank Institute of Chemistry University of Freiburg.
“Kerjasama dengan pihak terkait dengan bidang kehutanan seperti KLHK juga terus dilanjutkan, dan program-program lainnya yang berkaitan,” tegas Prof Bambang.
Dosen IPB University itu berpesan, “Kita semua dapat membantu menyelamatkan hutan yang tersisa sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, lakukanlah dengan baik meskipun itu tampaknya seperti tidak ada artinya.”
Beritaneka.com—Indonesia sudah terkenal akan kekayaan tanaman obat. Namun demikian, masih banyak tanaman obat lokal yang belum dieksplorasi lebih lanjut. Pengusaha industri obat herbal atau jamu serta masyarakat, menggunakan ramuan yang telah diwariskan untuk mengobati penyakit tertentu. Padahal masih banyak tanaman Indonesia yang belum dieksplorasi yang berpotensi untuk mengobati berbagai penyakit.
Dr Wisnu Ananta Kusuma, Dosen Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menciptakan IJAH Analytics. IJAH adalah kependekan dari Indonesia Jamu Herbs. Yakni aplikasi yang dapat memberikan solusi untuk menyusun formula jamu yang efektif.
Aplikasi yang dirintis oleh Sekretaris Pusat Studi Biofarmaka Tropika (Trop BRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), IPB University ini melibatkan dosen, peneliti, dan mahasiswa IPB University sejak tahun 2013. Pembuatan aplikasi ini dilatarbelakangi oleh keinginan melakukan saintifikasi jamu.
Baca juga: Pakar Bioekologi Laut Ungkap Fakta Di Balik Segitiga Terumbu Karang Dunia
Aplikasi tersebut adalah sebuah sistem untuk memformulasikan obat herbal baru. Sistem tersebut dibangun berbasis network pharmacology dan menggunakan metode machine learning. Data yang terdapat pada IJAH meliputi data tanaman yang banyak diambil dari situs jamu.ipb.ac.id dan KnapSack, data senyawa yang diambil dari PubChem, data protein dari Uniprot, dan data penyakit dari OMIM.
“Kita ingin IJAH ini dapat menampung data biodiversitas tanaman beserta senyawa, serta protein target dan penyakit. IJAH juga memiliki kemampuan yang memungkinkan bagi peneliti, industri jamu besar maupun rumahan untuk dapat menghasilkan kandidat formula jamu,” jelasnya
Prediksi formula ini dilakukan dengan menginputkan data tanaman atau senyawa untuk mengetahui target penyakitnya. Atau dengan menginputkan penyakit tertentu untuk mengetahui tanaman atau senyawa yang berpotensi menyembuhkan penyakit tersebut. Namun kandidar formula ini harus tetap diuji secara pra klinis maupun klinis, sesuai prosedur dari Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM).
Di awal pandemi, prinsip dalam IJAH Analytics telah digunakan untuk melakukan penapisan (screening) tanaman yang berpotensi sebagai anti virus COVID-19. Antara lain jambu biji merah, kelor dan jeruk. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil pemodelan farmakopor yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dari pemodelan ini, senyawa-senyawa flavonoid yang diperoleh adalah hesperidin dan quercetin yang divalidasi dengan metode molecular docking terhadap protein 3CLPro dengan lopinavir sebagai kontrolnya. Saat ini penelitian tersebut sedang dilakukan uji pra klinis.
“Harus ada upaya kolaborasi antar peneliti sehingga basis data IJAH ini semakin lengkap dengan diperkaya oleh informasi tanaman lokal dan senyawa dari para peneliti di Indonesia. Dengan demikian IJAH dimanfaatkan tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, namun juga oleh masyarakat dunia dan dikenal sebagai aplikasi yang bercirikan Indonesia karena berisi komoditas tanaman lokal Indonesia,” imbuhnya.
Baca juga: Tantangan Diagnosis Virus Pada Tanaman
IJAH Analytics memiliki dua versi, versi pertama dinamakan SI-IJAH. SI-IJAH ini telah mendapatkan penghargaan 107 inovasi nasional dan telah menghasilkan produk jamu antidiabetes bernama Gluco R-1.
Bekerja sama dengan PT Biofarmaka Indonesia, produk tersebut telah lolos uji serta siap edar. IJAH versi kedua, yaitu IJAH Analytics dan telah mendapatkan hak cipta yang dapat diakses secara gratis melalui http://ijah.apps.cs.ipb.ac.id/.
Pada IJAH Analytics versi kedua ini terdapat fitur untuk menemukan protein yang berperan penting terkait penyakit, memprediksi interaksi senyawa protein dan melakukan formulasi jamu. Adapun tantangan pengembangan aplikasi ini adalah terkait dengan kesulitan memperoleh data senyawa dan tanaman lokal.
Pengembangan lebih lanjut dari IJAH Analytics dilakukan dengan menambahkan fitur sinergisitas antar senyawa. Pada roadmap juga telah direncanakan untuk mengembangkan I-PRIME (IPB Precision Herbal Medicine Discovery System) yang menggabungkan prinsip IJAH Analytics dan Integrated Single Nucleotide Polymorphism Pipeline (ISNIP).
Hal ini untuk menanggapi perkembangan precision medicine, sebuah paradigma baru pengobatan presisi yang mempertimbangkan profil genetik.
“Penggabungan kedua prinsip tersebut bermanfaat untuk merancang obat herbal yang memperhatikan profil genetik pasiennya. Sehingga diharapkan tidak akan memberikan efek samping yang berbahaya,” jelasnya.
Beritaneka.com—Hari Raya Idul Adha tidak lama lagi. Namun situasi pandemi COVID-19 tidak kunjung usai sehingga dapat menyulitkan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan kurban. Tata cara pelaksanaannya pun harus disesuaikan dengan mematuhi protokol kesehatan tanpa mengurangi nilai halal dan thayyib.
Demi memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pelaksanaan kurban selama pandemi, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta Kementerian Pertanian Republik Indonesia menggelar Webinar dengan topik “Pelaksanaan Kegiatan Kurban pada Situasi Pandemi COVID-19”, minggu ketiga Juni 2021.
Drh Supratikno, Dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan menyebutkan pelaksanaan kurban secara syar’i di masa pandemi harus tetap berpegang teguh pada dalil yakni bersikap ihsan kepada binatang sembelihan. Petugas penyembelih kini sudah mengetahui pengetahuan yang cukup, hanya perlu menyesuaikan trik yang tepat untuk menyiasati kegiatan kurban di kala pandemi.
Baca juga: Terkait Merdeka Belajar, Rektor IPB Nilai Perlu Regulasi yang Kondusif
Hal yang paling diutamakan menurutnya adalah petugas penyembelih telah benar-benar memastikan bahwa tata cara penyembelihan telah sesuai dengan syariah Islam. Hal lain yang perlu diperhatikan yakni fasilitas kurban karena tempat penyembelihan di luar Rumah Potong Hewan (RPH) sebagian besar masih kurang memadai.
Ia menyarankan kegiatan kurban agar sebaiknya dilakukan di RPH saja, ditambah petugasnya yang telah kompeten.
Peneliti di Halal Science Center (HSC) IPB University ini juga menyebutkan ada tiga kunci utama dalam penyembelihan yakni lingkungan tempat penyembelihan, kompetensi petugas, dan peralatan yang sesuai.
Selain itu, penyembelihan juga harus didasarkan pada lima prinsip dalam kesejahteraan hewan di samping syariah Islam. Hal tersebut patut diingat karena manajemen stress pada hewan kurban akan mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan.
Di masa pandemi, jumlah panitia disarankan tidak melebihi lima orang. Sedikitnya jumlah panitia akan mengurangi risiko penularan serta kontaminasi bakteri kepada daging.
“Ketika di tempat perobohan dan penyembelihan, hanya butuh lima orang dan pasti berdekatan sehingga harus diberi fasilitas yang mumpuni, diberi kacamata googles, masker yang nyaman, sarung tangan kain yang nyaman, serta jangan memakai pakaian yang mencolok,” jelas Pakar Juru Sembelih Halal (Juleha) IPB University ini.
Dr Med Vet drh Denny Widaya Lukman, Dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan juga menambahkan bahwa masyarakat tidak perlu takut hewan kurban akan menularkan COVID-19. Berdasarkan laporan, tidak pernah ada penularan COVID-19 yang berasal dari hewan, termasuk hewan potong. Adapun penularannya diakibatkan dari kontaminasi oleh petugas penyembelih. Sehingga sangat perlu memperhatikan kehigienisan tempat penyembelihan.
Baca juga: Rehabilitasi Ekosistem, Bappenas Beri Mandat IPB Kelola Pesisir Raja Ampat
Ia juga mengingatkan agar tempat penyembelihan tidak menjadi sumber pencemaran. Mengingat banyak laporan pembuangan limbah kurban masih dilakukan ke saluran pembuangan umum. Petugas juga perlu memperhatikan kebersihan di tempat penanganan daging.
Hal tersebut wajib diterapkan pada petugas yang menangani daging, peralatan yang kontak dengan daging, proses, serta tempat pemotongan dan penanganan berlangsung. Bila diabaikan, bakteri dapat berkembang biak dengan cepat bahkan dalam hitungan menit bila kondisinya optimal untuk tumbuh.
“Saya berharap agar jangan sampai kita mengotori daging sehingga menjadi kurang thayyib bagi penerima kurban, inilah yang menjadi tanggung jawab kita bersama. Terutama para penyelenggara hewan kurban agar daging yang dihasilkan tetap halal dan thayyib,” pungkasnya.
Beritaneka.com—Lautan Indonesia kaya akan berbagai jenis biota laut yang juga merupakan sumber pangan bagi masyarakat. Penggunaan informasi genetik menjadi bagian penting untuk medukung ketahanan pangan tersebut.
Untuk itu Indonesia harus mengembangkan Bank Genetik dan Bioinformatik Kelautan dan Perikanan,“ ujar Rektor IPB University, Prof Arif Satria dalam Webinar dan Peluncuran Indonesian Marine and Fisheries Genetic Network (Inmafigen), beberapa waktu lalu.
Baca juga: Rektor IPB University: Saatnya Indonesia Pemimpin Industri Halal Dunia
Kegiatan ini digelar oleh Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan/FPIK (HAC) IPB University bekerja sama dengan sembilan perguruan tinggi di Indonesia.
Dekan FPIK IPB University, Dr Fredinan Yulianda menyambut baik berdirinya lembaga yang fokus di bidang genetika ini. “Hal ini yang sudah ditunggu-tunggu karena genetik merupakan bagian penting dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan,” imbuh Pakar Konservasi dan Ekowisata IPB University ini.
Hal senada disampaikan pula oleh Dr Budhi Hascaryo yang mewakili HAC IPB University. Menurut Pakar Perkapalan IPB University ini, kehadiran lembaga ini termasuk baru dimana jejaring alumni sudah mulai masuk ke bidang akademik.
Dalam kesempatan terpisah Ketua Inmafigen, Dr Beginer Subhan menjelaskan bahwa lembaga ini diinisiasi para peneliti dari sepuluh perguruan tinggi di Indonesia. Mereka berasal dari IPB University, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas Lampung, Universitas Udayana, Universitas Brawijaya, Universitas Syiah Kuala, Universitas Maritim Raja Ali Haji dan Universitas Nomensen.
“Sampai saat ini kami sudah memiliki empat proyek kerjasama yang terkait dengan eDNA dengan koordinator Dr Hawis Madduppa (peneliti IPB University), genomic dengan koordinator Dr Sapto (Universitas Airlangga), gene expression oleh Dr Munti Sarida (Universitas Lampung) dan DANN Barcoding Kerapu oleh Dr Nur Fadli (Universitas Syiah Kuala),“ ungkap Pakar Terumbu Karang IPB University ini.
Baca juga: Terkait Merdeka Belajar, Rektor IPB Nilai Perlu Regulasi yang Kondusif
Menurut Dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK ini, sudah ada lebih dari 100 orang yang mendaftar sebagai anggota Inmafigen. Mereka berasal dari berbagai kalangan seperti peneliti, dosen, mahasiswa bahkan praktisi.
Kegiatan yang mengambil tema “The Future Trends of Marine & Fisheries Genetic on Sustainable Food Industry” ini menghadirkan Atdikbud Indonesia untuk Jepang sekaligus Dosen IPB University dari FPIK, Prof Yusli Wardiatno.