Beritaneka.com—PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menyatakan, telah mengoperasikan lebih dari 50 unit bus listrik. Pengoperasian bus listrik ini sebagai upaya untuk mengurangi tingkat polusi udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Direktur Operasi dan Keselamatan Transjakarta Daud Joseph mengatakan, jumlah bus listrik yang telah beroperasi pada rute Transjakarta saat ini sebanyak 52 unit yang berasal dari empat produsen kendaraan atau pabrikan.
Seluruh bus listrik tersebut, dioperasikan pada rute-rute yang berada di daerah Jakarta Selatan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah perusahaan dalam mengkaji pengurangan emisi yang didapat dari pengoperasian bus listrik.
“Bus listrik kami khususkan beroperasi di Jakarta Selatan untuk dipantau emisi yang dikeluarkan dan apakah sudah bisa berkontribusi untuk menurunkan emisi di Jakarta,” kata Daud dalam Konferensi Pers, dikutip hari ini.
Daud menjelaskan, bus listrik tersebut dioperasikan pada 3 rute Transjakarta. Pertama, rute Lebak Bulus-Universitas Indonesia dan sebaliknya dengan nomor trayek D21. Rute tersebut merupakan salah satu yang terpadat pada layanan Transjakarta dengan rata-rata sekitar 8.000 penumpang setiap harinya.
Berikutnya, rute 7A dengan tujuan Kampung Rambutan-Lebak Bulus dan sebaliknya. Pengoperasian bus listrik di wilayah ini dilakukan karena rute ini melewati salah satu wilayah yang tengah berkembang di Jakarta, yakni jalan TB Simatupang.
Sementara Bus listrik lainnya melayani rute 1E dengan tujuan Pondok Labu-Blok M dan sebaliknya. Ia mengatakan, rute ini melewati daerah Fatmawati yang saat ini memiliki banyak pemukiman padat penduduk.
“Kemudian, di daerah Blok M itu selain ada pusat perbelanjaan, juga merupakan simpul transportasi ke moda atau rute lainnya. Kami menyediakan layanan ke arah Kampung Rambutan, Kota, Pesanggrahan, dan Bintaro, sehingga daerah ini memang diprediksi akan melayani jumlah penumpang yang besar,” kata Daud.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta sudah melakukan upaya guna mengurangi polusi yakni dengan menambah 100 unit bus listrik untuk Transjakarta di tahun 2023.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, menyebutkan, pengadaan 100 bus listrik sebagai upaya untuk mendorong elektrifikasi di layanan angkutan umum untuk mengurangi polusi Jakarta.
“Penambahan armada Transjakarta bertujuan mendorong warga yang sehari-hari masih menggunakan kendaraan bermotor pribadi beralih ke moda transportasi massal bus listrik yang tidak memiliki polusi udara,” katanya.
Beritaneka.com—Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mulai menerapkan kebijakan work from home (WFH) bagi aparatur sipil negara (ASN). WFH berlaku mulai 21 Agustus hingga 21 Oktober 2023. Kebijakan WFH merupakan salah satu upaya mengurangi polusi udara hingga kemacetan di Ibu Kota.
Skema yang diterapkan yakni 50 persen WFH dan 50 persen hadir fisik ke kantor. Lalu pada 4-7 September 2023 atau selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN, ASN yang WFH ditingkatkan menjadi 75 persen.
Pj Gubernur DKI, Heru Budi Hartono meyakini ASN tetap bekerja secara efisien dari rumah. Dia berkaca pada kondisi saat pandemi Covid-19 lalu. “Iya, pertama waktu Covid-19 juga kita bisa bekerja efisien. Berikutnya salah satunya mengatasi kemacetan di titik-titik tertentu, kita uji coba,” kata Heru.
Beritaneka.com—Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) menaburkan garam di langit Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Sebanyak 800 kilogram (kg) garam ditaburkan untuk menurunkan hujan dalam rangka mengurangi polusi udara di Jabodetabek.
Menurut laporan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) penyemaian mulai dilakukan sejak Sabtu (19/8/2023) dengan 1 sorti penerbangan. Penyemaian awan hampir selama 2 jam penebangan (14.15-16.00 WIB) dengan menaburkan garam semai sekitar 800 kg di atas ketinggian 9000-10.000 kaki.
Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN Budi Harsoyo menjelaskan, TMC untuk mengurangi polusi udara di wilayah Jabodetabek baru pertama dilakukan. Posko TMC dipusatkan di Bandara Lanud Husein Sastranegara Bandung.
“Sabtu kemarin sudah dilaksanakan satu sorti penerbangan dengan target penyemaian di wilayah Kabupaten Cianjur, Depok, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat,” kata Budi dalam keterangannya, Senin (21/8/2023).
Budi menambahkan kegiatan TMC untuk mengurangi polutan sudah pernah dilakukan oleh beberapa negara yaitu China, Korea Selatan, Thailand, dan India. Sementara di Indonesia baru pertama kali dilaksanakan di wilayah Jabodetabek dengan menggunakan dana siap pakai BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
Menurut Budi, cara yang lebih efektif untuk mengurangi polutan di daerah tertentu memang dengan menjatuhkan atau mengguyurnya dengan air hujan. Namun jika hal tersebut tidak memungkinkan dilakukan, maka TMC dapat dilakukan dengan menargetkan “mengganggu” stabilitas atmosfer.
Caranya dengan menaburkan bahan semai dalam bentuk dry ice atau es kering di ketinggian tertentu di udara. Di situ terdapat semacam hamparan awan serupa karpet panjang. Hal itu terjadi karena tidak adanya perbedaan temperatur di titik ketinggian tersebut atau isotherm yang kemudian menimbulkan lapisan inversi.
“Nah, ini yang akan kita ganggu, dibuka ibaratnya, sehingga kumpulan-kumpulan polutan yang terkungkung di sekitar wilayah Jakarta bisa terus naik ke atas,” terang Budi.
Namun demikian, metode TMC tanpa hujan tersebut memerlukan persiapan matang. Untuk saat ini lanjut Budi, pihaknya belum siap, masih perlu mendesain dan membuat konsul untuk menempatkan dry ice di didalam kabin pesawat.
“Dry ice ini yaitu CO2. Jika packaging dan handling di pesawat sembarangan, kru bisa kehabisan oksigen atau hypoksia,” ujarnya.
Menurut Budi, ada satu alternatif bahan semai lain yang bisa dicoba dan lebih memungkinkan untuk diimplementasikan, yaitu menggunakan kapur tohor. Bedanya, kalau dry ice mengondisikan udara agar menjadi lebih dingin, sementara dengan kapur tohor sebaliknya, mengkondisikan udara menjadi lebih panas. “Tapi prinsipnya sama, mengondisikan suhu di lapisan isotherm pada ketinggian tertentu untuk mengganggu kestabilan atmosfer,” pungkasnya.