Beritaneka.com, Jakarta —Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong seluruh jajaran pemerintah untuk optimistis menghadapi situasi perekonomian global tahun depan yang masih penuh dengan ketidakpastian. Di sisi lain, Presiden juga mengingatkan jajarannya untuk tetap waspada dan berhati-hati.
Hal ini disampaikan Presiden saat menyerahkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Tahun Anggaran 2023, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (01/12/2022) pagi.
“Kita semuanya harus memiliki sense of crisis, betul-betul siap atas segala berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi, yang tanpa kita prediksi, yang tanpa kita hitung, semuanya kita harus siap. Bukan hanya untuk mampu bertahan, tetapi juga bisa memanfaatkan setiap peluang yang ada,” ujarnya.
Baca Juga:
- Realisasi APBN Capai Rp876 Triliun hingga November 2022
- Kesetaraan dan Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia
- Pemerintah Turunkan Bunga KUR Super Mikro Jadi 3 Persen
- Fokus APBN Beralih dari Pandemi ke Krisis Global
Presiden pun mengapresiasi semua pihak yang telah bekerja keras untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional di tengah gejolak perekonomian dunia.
“Di tengah situasi ekonomi dunia yang sedang bergolak, alhamdulillah ekonomi kita termasuk yang terbaik. Bahkan, Managing Director dari IMF mengatakan bahwa di tengah dunia yang gelap, Indonesia adalah titik terang. Ini adalah kerja keras kita semuanya,” ucapnya.
Berbagai indikator menunjukkan kinerja perekonomian Indonesia yang cukup menggembirakan di tahun ini. Di kuartal II-2022 ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,44 persen dan di kuartal III-2022 bahkan mampu tumbuh lebih baik, yaitu di angka 5,72 persen.
“Tingkat inflasi masih cukup terkendali di sekitar 5 [persen]. Terakhir, saya mendapatkan angka 5,8 [persen], di saat rata-rata inflasi dunia di atas 10 persen dan bahkan ada yang mencapai lebih dari 75 persen,” ungkapnya.
Indikator lainnya, volume perdagangan Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan hingga mencapai 58 persen. Neraca perdagangan Indonesia juga mencatatkan surplus selama 30 bulan berturut-turut.
“Ini juga sesuatu yang harus kita syukuri. Tetapi sekali lagi, perlu saya ingatkan, kita tetap harus waspada, kita tetap harus hati-hati. Semuanya harus memiliki perasaan yang sama bahwa keadaan sekarang ini, utamanya global, ekonomi global memang tidak berada pada posisi yang normal, tidak sedang dalam keadaan yang baik-baik saja, tidak,” pungkas Presiden.
Beritaneka.com, Jakarta —Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis Indonesia terhindar dari resesi pada tahun depan atau 2023 mendatang. Airlangga mengungkapkan, saat ini memang ekonomi global dihadapkan pada ketidakpastian dan tantangan, di mana pertumbuhan global terkoreksi ke bawah sementara inflasi naik ke atas.
Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 menunjukkan kinerja impresif. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 2022 telah melebihi pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi, atau 2019. Ekonomi Indonesia di kuartal III mencatatkan pertumbuhan impresif, yaitu 5,72 persen atau 1,81 persen secara quarter-to-quarter (qtq), atau secara kumulatif 5,4 persen,” kata Menko Airlangga dalam Konferensi Pers Capaian Pertumbuhan Ekonomi Triwulan ke-3 di Jakarta, Senin (7/11/2022).
Menko Perekonomian menjelaskan, dengan memperhitungkan berbagai risiko pertumbuhan ekonomi pada 2022, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi diproyeksikan optimis di angka 5,2 persen dan masih bisa menembus angka 5,3 persen pada 2023.
Baca Juga:
- Koperasi dan Oligarki
- Presiden Jokowi Dorong Kemandirian Gula Nasional
- Kendalikan Bahaya Merokok, Pemerintah Naikkan Cukai Hasil Tembakau
- Resiliensi Ekonomi Indonesia Siap Hadapi Krisis Global Tahun Depan
- Migrasi Siaran TV Digital, Mahfud MD: Kualitas Siaran Lebih Baik
“Berbagai lembaga internasional juga memproyeksikan bahwa pertumbuhan Indonesia di 2023 berada di kisaran 4,7-5,1 persen. Tahun depan Indonesia diharapkan bisa jauh dari resesi,” kata Menko Airlangga.
Salah satu faktor penopangnya adalah sektor konsumsi domestik Indonesia yang kuat. Menko Airlangga membeberkan, konsumsi domestik Indonesia sebesar 50,38 persen di kuartal III 2022 bisa menambah daya tahan perekonomian.
“Ketergantungan kita terhadap nilai eksportir hanya sebesar 26,23 persen. Tentunya gejolak di pasar global ini relatif bisa terendam oleh konsumsi,” katanya. Ditambah lagi, dibandingkan inflasi, Indonesia dalam beberapa bulan terakhir condong mengalami deflasi. Airlangga juga menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia juga berada sedikit di atas angka inflasi.
“Inflasi Oktober 2022 di 5,71 persen dan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2022 sebesar 5,72 persen. Kita juga lihat dari sisi investasi ada peningkatan, sehingga penyerapan oleh investor domestik jadi bantalan terhadap keluarnya modal asing,” katanya.
Beritaneka.com, Jakarta —Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, saat ini ekonomi global sedang tidak baik-baik saja. Tekanan pandemi Covid-19 lebih dari dua setengah tahun, dan konflik geopolitik perang Rusia-Ukraina akan berdampak eskalatif pada krisis ekonomi, rawan pangan, resesi dan inflasi meninggi yang saat ini sudah dirasakan sejumlah negara di Eropa dan Amerika.
Krisis global tersebut bisa merembet ke negara-negara Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan laporan World Economic Outlook IMF, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi berada di level 3,2 persen pada tahun 2022 dan turun 2,7 persen untuk tahun depan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah mengingatkan tahun 2023 perekonomian akan suram, bahkan cenderung gelap.
Menurut Ekonom Politik Pembangunan Dr. Rino A. Sa’danoer, peringatan pemerintah tersebut bukan untuk menakut-nakuti atau pesimistis. Namun, justru untuk meningkatkan kewaspadaan agar bangsa dan negara ini siap menghadapi gejolak ekonomi global.
Baca Juga:
- Migrasi Siaran TV Digital, Mahfud MD: Kualitas Siaran Lebih Baik
- Ekonomi Indonesia Tahan Resesi, JK: Jangan Pesimis!
- Sebanyak 20,5 Juta Pelaku UMKM Sudah Masuk Ekosistem Digital
“Jika memang prediksi suram ini terjadi, maka yang perlu dipersiapkan dari sekarang adalah mengupayakan kebutuhan dasar secara swadaya seperti bertani sayur, buah, ubi, dan beternak di lingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat. Krisis pangan bisa melanda dengan cepat. Yang penting kita bisa memenuhi kebutuhan gizi dasar seperti protein, karbohidrat dan lemak,” kata Dr Rino A. Sa’danoer, Ketua Koperasi Aliansi Rakyat Indonesia Makmur (Karima).
Dr Rino menyarankan agar warga menunda konsumsi kebutuhan sekunder dari sekarang, sehingga pendapatan bisa disisihkan untuk kebutuhan masa depan. “Sisihkan pendapatan untuk membeli emas. Kemudian, membiasakan diri untuk menggunakan energi secara hemat,” kata alumni S2 dan S3 di Philipps University, Marburg, Jerman. ini.
Krisis global, tambah Dr Rino, harus disikapi dengan optimistis. Jangan panik. “Siapkan mental untuk menghadapi krisis dan dampaknya,” kata Dr Rino yang pernah bekerja lebih dari 10 tahun di bagian International Finance Commerzbank, Jerman.
Dr Rino menegaskan, pemerintah harus menunda proyek mercusuar yang menggerogoti sumber daya negara, keuangan negara. “Pemerintah perlu membuat program strategis ‘kencangkan ikat pinggang’. Selain itu, menggunakan momentum kenaikan harga komoditas untuk menggalakkan ekspor sehingga meningkatkan devisa negara,” kata Dr Rino, mantan Director Global Business Development at Asia Mediterranean Network.
Pemerintah perlu merancang investasi untuk meningkatkan produksi pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan memperkuat jaring pengamanan sosial dalam menghadapi krisis ekonomi global tahun 2023. “Membuat program gerakan penghematan energi untuk rakyat, melakukan efisiensi di semua lini bagi birokrasi pemerintah,” pungkas Dr. Rino.
Beritaneka.com, Jakarta —Mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan perekonomian Indonesia memiliki daya tahan yang kuat dalam menghadapi resesi global pada 2023 mendatang. JK menyebutkan, krisis dunia saat ini memang nyata, dimulai dari Covid-19 hingga dampak yang ditimbulkan akibat ketegangan geopolitik akibat perang Rusia dan Ukraina.
Salah satu krisis yang telah melanda dunia sejak 2019 akhir, yakni pandemi Covid-19, sudah sangat tertangani saat ini. Menurutnya, hal ini akan mengembalikan perekonomian ke kondisi normal. “Saya yakin resesi dunia ini tidak banyak menyentuh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Memang kita khawatir, tapi kita memiliki kesempatan dalam kekhawatiran ini, jangan semua pesimistis,” kata JK, Rabu (2/11/2022).
JK mengatakan, berdasarkan proyeksi dari World Bank, perekonomian Indonesia masih berpotensi tumbuh pada kisaran 5 persen pada 2023, juga sejumlah negara Asean lainnya, seperti Vietnam pada kisaran 7,5 persen, dan Filipina pada kisaran 6,5–7 persen.
Baca Juga:
- Pameran Indo Defence 2022, Presiden Apresiasi Perkembangan Industri Pertahanan
- Sebanyak 20,5 Juta Pelaku UMKM Sudah Masuk Ekosistem Digital
- IMOS 2022 Dibuka Mulai Hari Ini, Pengunjung Bisa Test Ride Banyak Motor Baru
- Kemnaker Luncurkan Platform SIAPkerja, Permudah Masyarakat Cari Kerja
- Sebanyak 200 Vial Obat Gangguan Ginjal Akut Fomepizole Tiba di Tanah Air
- Mentan: Stok Beras Nasional Mencukupi, Produksi Beras Tahun Ini Tinggi
Menurut JK, dengan proyeksi tersebut, Indonesia memiliki peluang yang lebih baik lagi di tengah terjadinya resesi global. Hal ini pun terjadi saat harga komoditas yang melonjak tinggi akibat krisis energi, Indonesia mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas unggulan, seperti batu bara dan CPO.
Nilai ekspor Indonesia melonjak signifikan dan mendorong surplus neraca perdagangan selama 29 bulan beruntun hingga September 2022.
Sebelumnya, JK menegur Menteri Keuangan Sri Mulyani agar tidak menakut-nakuti masyarakat atas situasi ekonomi tahun depan. “Saya bilang ke SMI (Sri Mulyani) jangan kasih takut orang, tahun depan akan kiamat. Saya telepon, jangan gitu. Jangan kasih takut,” kata dia. JK juga mengingatkan Indonesia harus menghadapi semua persoalan yang muncul, tak terkecuali krisis ekonomi, krisis pangan, bahkan krisis energi.